NovelToon NovelToon
The Legend Of Zhang Jian

The Legend Of Zhang Jian

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:30.9k
Nilai: 5
Nama Author: Bang Regar

Zhang Jian adalah Pangeran, pendekar, pembual, dan penegak keadilan yang suka bikin onar.

Dia bukan murid biasa di Sekte Kunlun, ia datang membawa warisan legendaris: Cincin Naga Langit, peninggalan Siluman Naga dari dunia lain yang membuatnya kebal terhadap serangan Qi dan nyaris tak terkalahkan.

Akan tetapi, tak ada kekuatan yang abadi.

Cincin itu hanya akan melindunginya selama sepuluh tahun. Setelah itu? Dia akan menjadi sasaran empuk di dunia yang tak mengenal belas kasihan. Dunia di mana para pendekar saling menyingkirkan demi kejayaan sekte, harta karun langit, dan ramalan kuno yang bisa mengguncang tatanan alam.

Ketika Sekte Demon mengancam kehancuran dunia, Zhang Jian harus memilih: tetap menjadi bayangan dari kekuatan pinjaman, atau membuka jalan sendiri sebagai pendekar sejati.

Langit tak akan selamanya berpihak.
Bisakah seorang pembual menjadi legenda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Regar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kota Chang An

Rombongan Zhang Jian sampai di kota Chang An saat matahari tepat di atas kepala. Mereka turun bukan karena tujuan mereka berada di kota ini, melainkan karena rute transportasi kereta kuda milik Pengawal Besi tidak melintasi jalur menuju Klan Sun, yang terletak di wilayah terpencil pegunungan timur Kerajaan Yunhai.

Kota Chang An, meskipun hanya kota penyangga, memiliki hiruk pikuk tersendiri. Jalanan ramai dengan pedagang dan pengembara, aroma makanan jalanan bercampur dengan bau keringat kuda dan aroma dupa dari kuil kecil di sudut jalan. Kota ini sudah biasa didatangi para petualang dan pendekar dari berbagai daerah.

Karena waktu makan siang telah tiba dan perjalanan ke Klan Sun masih memakan waktu setengah hari berjalan kaki, Zhang Jian mengajak rombongan kecilnya untuk makan siang di restoran termewah di kota tersebut—Restoran Empat Bersaudara. Sebuah bangunan berlantai dua dengan arsitektur anggun, atap melengkung, dan pelayan-pelayan berbusana sutra biru langit.

Begitu mereka melangkah masuk, suasana restoran yang semula ramai seketika menjadi sedikit hening. Mata-mata tajam mengamati mereka. Sebagian besar pengunjung adalah pendekar pengembara dengan pakaian penuh debu perjalanan, sebagian membawa senjata mencolok seperti tombak, pedang besar, atau bahkan cambuk baja. Tidak satupun dari mereka memakai lambang sekte atau klan. 

Seorang pelayan segera menghampiri Zhang Jian dengan senyum ramah dan membungkuk dalam, “Selamat datang di Restoran Empat Bersaudara, Tuan muda. Silahkan duduk di area dekat jendela sana, itu adalah tempat terbaik untuk menikmati suasana kota.”

Zhang Jian mengangguk dan menyuruh rombongannya duduk. “Bawakan kami hidangan terbaik yang kalian punya. Minumannya teh dan juga susu kambing untuk si kecil Mei Mei.”

“Susu kambing?” Pelayan itu sempat heran.

“Iya. Aku melihat wanita di meja itu memesannya,” kata Zhang Jian sambil menunjuk ke seorang wanita berkerudung hitam yang duduk sendirian di pojok.

Pelayan itu mengangguk dan segera ke dapur. Xiao Mei duduk dengan senyum puas. “Akhirnya makan enak lagi. Aku sudah bosan makan roti kering selama perjalanan.”

Wan Yunsheng mengusap perutnya yang gendut. “Kita harus beli kuda. Menurut kusir kereta kuda Pengawal Besi, dari sini ke Klan Sun butuh waktu berjalan kaki setengah hari.”

Zhang Jian menggeleng. “Kuda sangat mahal. Kita harus menjual Batu Spiritual lagi kalau mau membelinya. Sekarang saja masing-masing dari kita sudah menjual satu untuk misi ini untuk biaya perjalanan. Kalau jatah bulanan kita habis, bagaimana kita berkultivasi sampai akhir bulan?”

“Memangnya berapa harga seekor kuda, Pangeran eh … Ketua Jian?” tanya Lu Han penasaran.

Zhang Jian memberitahu anggota faksi Kerajaan Naga Agungnya agar jangan memanggilnya “Pangeran” saat di luar Sekte Kunlun, karena itu bisa membuat orang lain salah paham, dan mengira dirinya sebagai Pangeran negeri ini.

“Seribu koin emas,” jawab Zhang Jian.

Lu Han melongo. “Itu ... sepuluh Batu Spiritual kelas rendah!” Dia menghela nafas panjang. “Kalau begitu, lebih baik kita jalan kaki saja.”

Sementara itu, di salah satu sudut ruangan, percakapan mencurigakan berlangsung. Seorang wanita yang mengenakan penutup wajah berbisik, “Apakah mereka murid Sekte Kunlun yang ditugaskan ke Klan Sun?”

Seorang pria kekar berusia empat puluhan mengangguk pelan. “Pasti. Lihat aura mereka. Mereka baru turun gunung. Klan Sun pasti menyewa mereka untuk urusan penting.”

Tak jauh dari mereka, meja lain dihuni oleh sekelompok pria kasar yang dipimpin oleh seorang lelaki botak dengan dua gigi emas dan senjata kapak besar tergantung di punggungnya. Dia tertawa keras sambil menarik seorang pelayan wanita dan mendudukkannya di pangkuannya.

“Minum arak bersamaku, manis,” katanya dengan kasar.

Pelayan itu berusaha melepaskan diri. Teman-teman si botak tertawa keras sambil menenggak arak.

Seorang pria tua yang adalah pemilik restoran berjalan cepat menghampiri mereka. Suaranya gemetar, “Bos Serigala Hitam, tolong lepaskan dia. Dia hanya pelayan.”

Bos Serigala Hitam menyeringai. “Kalau aku tidak mau, apa yang bisa kau lakukan? Bahkan Tuan Kota Chang An membungkuk jika melewati kami!”

Bisik-bisik pengunjung terdengar di dekat meja rombongan Zhang Jian. “Mereka lagi, Bandit-bandit Serigala Hitam itu selalu berbuat ulah.”

“Mereka bahkan ditakuti oleh penjaga kota. Bosnya itu pendekar Jin Dan,” kata yang lain.

Mendengar itu, Zhang Jian mengambil sumpit bambu, kemudian mengalirkan Qi. Namun sebelum ia bertindak, dari meja lain seorang Pendekar Pengembara mengirim suara telepati.

“Murid Kunlun, jika kau ingin selamat, jangan ikut campur. Dunia luar tak seperti apa yang kau bayangkan. Kadang mundur adalah pilihan bijak.”

Zhang Jian belum menguasai seni telepati, tapi ia menangkap maksudnya. Dia hanya menoleh dan tersenyum ke arah pendekar itu.

Dan dalam sekejap, sumpit bambu melesat bagaikan anak panah ke arah Bos Serigala Hitam.

Bos itu merasakan aura Qi dalam serangan tersebut dan segera mengayunkan kapaknya. Sumpit itu hancur berkeping-keping.

Seisi restoran menoleh, mencari sumber serangan itu. Mereka terkejut ada yang berani menyerang bos bandit Serigala Hitam yang paling ditakuti di kota Chang An ini.

Mata Bos Serigala Hitam menajam. Dia menatap rombongan Zhang Jian. “Berani sekali kau menyerangku diam-diam? Apakah sekte besar mengajarkan cara curang?”

Zhang Jian tertawa. “Mulutmu besar juga. Seorang bandit mengkritik Sekte besar? Apakah kau bosan hidup?”

Lu Han dan Wan Yunsheng ikut tertawa.

“Mungkin tidurnya terlalu miring sehingga otaknya tidak bisa berpikir,” canda Wan Yunsheng sarkastis.

“Apakah mereka sekumpulan bandit bodoh?” Zhang Fei menyeringai.

Pengunjung restoran terkejut mendengarnya dan tidak menyangka murid-murid Sekte Kunlun bernyali besar mengusik bandit-bandit Serigala Hitam. Bahkan tuan kota saja membayar upeti pada mereka agar mereka tidak mengganggu properti milik tuan kota.

Salah satu bawahan bandit menampar meja hingga hancur berkeping-keping. “Bos, biarkan aku menghajar bocah-bocah ini. Dan murid perempuannya akan ....”

Tatapannya menjalar ke Xiao Mei dan murid perempuan lainnya. Sudut bibirnya memancarkan seringai menjijikkan.

Pemilik restoran gemetar. “Tuan-tuan, tolong jangan bertarung di sini!”

Zhang Jian mendengus dingin, kesal bandit itu berani mengkhayalkan sesuatu yang kotor terhadap si kecil Xiao Mei dan anggota perempuan faksi Kerajaan Naga Agungnya.

“Bunuh bandit-bandit ini. Hama seperti ini harus dimusnahkan. Sebagai murid Sekte Kunlun, menegakkan keadilan adalah tugas kita!”

Kata-katanya membuat beberapa pengunjung restoran terdiam, lalu mulai berbisik ada yang kagum pada mereka, ada juga yang khawatir dengan keselamatan mereka.

Lu Han dan Wan Yunsheng berdiri serempak.

“Cukup kami berdua saja sudah cukup menghapus hama-hama menjijikkan itu,” kata Wan Yunsheng sambil menarik pedangnya.

Bilah pedangnya tiba-tiba menyala dengan aura Qi elemen api.

Bos Serigala Hitam mencibir. “ Ha-ha-ha awalnya kukira kesombongan kalian karena memiliki tehnik Kultivasi tingkat tinggi. Tapi ternyata kalian baru menguasai teknik rendahan itu, apakah kalian mau mati?”

Anak buahnya ikut tertawa terbahak-bahak, padahal mereka sempat khawatir karena harus melawan murid-murid Ranah Jin Dan. Namun, ternyata lawan mereka hanya sekumpulan katak dalam tempurung.

1
Ngix
sun'er oh sun er
maz tama
hahahaha bisa jatuh cinta pada pandangan pertama /Facepalm/
maz tama
ayooo Thor bantaaaaiiiiiii /Curse//Determined/
maz tama
akan ada pembantaian
maz tama
hahaha...memang pemimpin yg merakyat/Joyful/
maz tama
mantap Thor /Grin/
maz tama
selalu semangat thor
Ngix
lama kali gk up thur
Teguh Widodo
ok
Sarip Hidayat
waaahhh
bernuk
jut kan
y@y@
mungkin kata "Bawakan" TDK cocok utk kalimat disini Thor .
Bang Regar: kira-kira yang cocok apa nih buat ganti kata “bawakan”/ temani aja kali, ya?
total 1 replies
y@y@
💥👍🏼👍🏾👍🏼💥
Jan
lanjut
Ngix
hebat
saniscara patriawuha.
gassdd polllll manggg Regggg....
angin kelana
urusan makan gak ada yg nolak/Facepalm/
Yamti Suwadi: 😂😂😂😂😂
total 1 replies
saniscara patriawuha.
penggal penggall mangg zhongggg....
Ferry Zhou
lanjut ngab
Luthfi Afifzaidan
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!