Mei Lin, seorang dokter muda dari tahun 2025, sedang dalam perjalanan darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang ketika sebuah kecelakaan tak terduga melemparkannya ke masa lalu. Terhempas ke laut dan terbangun di tengah medan perang, ia menemukan dirinya berada di kamp Pangeran Mahkota Rong Sheng dari Dinasti Xianhua, yang terluka parah dan sekarat.
Dengan insting medisnya, Mei Lin menggunakan alat-alat modern dari ransel besarnya untuk menyelamatkan nyawa sang pangeran, mengira ini hanyalah lokasi syuting drama kolosal. Namun, kesalahpahaman itu sirna saat anak buah Rong Sheng tiba dan justru menangkapnya. Dari situlah, takdir Mei Lin dan Rong Sheng terjalin.
Di tengah intrik istana dan ancaman musuh, Mei Lin harus beradaptasi dengan dunia yang sama sekali asing, sementara pengetahuannya dari masa depan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup dinasti. Bisakah seorang dokter dari masa depan mengubah takdir sebuah kerajaan kuno?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R. Seftia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 07: Wanita Berbaju Merah
"Aku?!" Rong Sheng terlihat bingung. "Bagaimana mungkin aku bisa membantu dirimu untuk kembali ke langit?"
"Aku yakin kau bisa. Sebelumnya, kau lah orang yang telah memanggilku ke sini!" Mei Lin sangat yakin jika Rong Sheng lah orang yang telah memanggil dirinya. Karena di telpon itu jelas terdengar jika seseorang yang butuh bantuan itu sedang menunggu di hutan bambu; dan secara kebetulan Mei Lin bertemu dengan Rong Sheng di hutan bambu juga.
Jika memang benar Rong Sheng adalah orang yang telah memanggil dirinya, maka kemungkinan besar, Rong Sheng jugalah yang menjadi kunci agar Mei Lin bisa kembali ke dunianya.
"Aku? Bagaimana mungkin aku memiliki kemampuan seperti itu? Bukan aku yang memanggilmu." Rong Sheng mengelak.
"Tidak, tidak. Coba pikirkan lagi. Pikirkan detik-detik saat kau perlu bantuan dan berdoa. Apakah mungkin ada hal aneh yang terjadi? Dan coba ingat-ingat lagi, ada hal apa saja disekitar kita saat itu," pinta Mei Lin. "Saat aku sangat kebingungan sampai tidak bisa memperhatikan sekitar."
Rong Sheng terdiam sesaat sebelum akhirnya mengiyakan perkataan Mei Lin. "Akan ku coba ingat-ingat. Tetapi untuk saat ini, tinggallah di sini. Tempat ini adalah tempat paling aman untukmu."
Mei Lin mengangguk. Tepat pada saat itu, mereka sampai di depan pintu kamar Mei Lin.
"Aku akan masuk sekarang. Terima kasih untuk semua yang telah kau berikan. Aku bersumpah, aku tidak akan melupakan hal itu. Selagi aku belum bisa menemukan jalan pulang, aku akan memberikan segala hal yang aku bisa untuk Dinasti Xianhua. Aku berjanji."
"Seharusnya aku lah yang mengatakan hal itu. Terima kasih banyak untuk bantuan yang telah kau berikan. Aku berjanji akan melindungi dirimu dari apapun juga. Aku bersumpah atas nyawaku."
Senang rasanya mendengar hal yang sangat manis dari seorang pria dengan wajah tampan. Sebelum ini, Mei Lin hanya bertemu dengan laki-laki brengsek yang tidak berguna. Selalu memanfaatkan dirinya, mengambil uang dan keuntungan dari dirinya, kemudian pergi meninggalkan Mei Lin begitu saja.
Namun, Rong Sheng berbeda. Dia laki-laki yang bertanggung jawab dan sangat baik. Sikapnya hangat, ramah dan hal itu benar-benar bisa membuat hati Mei Lin merasa tenang.
"Andai aku bisa bertemu dengan laki-laki seperti itu di duniaku. Hidupku pasti bahagia. Tapi, aku terlalu sial, karena setiap menjalin hubungan, aku pasti berakhir dengan laki-laki tak berguna dan brengsek!" Mei Lin menyandarkan tubuhnya di tepi tempat tidur, menikmati cemilan.
Mei Lin menikmati waktu sendirinya, sampai tiba-tiba ketukan pintu membuatnya terbangun dan langsung membukakan pintu. Itu, Zhi Ruo!
"Oh!? Kau... bukankah kau tabib di sini?" Mei Lin mengingat jelas wajah itu. Wajah yang sebelumnya meragukan dirinya.
Zhi Ruo tersenyum. "Benar. Senang mengetahui diriku diingat oleh tabib utusan langit."
Mei Lin tertawa canggung. "Itu bukan hal yang luar biasa." Mei Lin merasa kurang nyaman ketika orang-orang terus memanggil dirinya tabib utusan langit. Padahal, dia belum pernah ke langit. "Kalau boleh tahu, ada perlu apa kemari? Ada yang bisa ku bantu?"
Zhi Ruo mengangguk. "Jika Anda tidak keberatan. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan."
"Tidak perlu bicara formal denganku. Namaku, Mei Lin. Kau bisa memanggilku dengan namaku. Jika dilihat-lihat, sepertinya kita seumuran." Mei Lin tak ingin membatasi dirinya dengan membiarkan orang lain berbicara formal dengannya. "Jadi, kalau boleh tau, apa yang bisa aku bantu?"
"Aku ingin meminta agar diajari bagaimana caranya membuat obat untuk penyakit yang sebelumnya diderita oleh Kaisar. Dengan ilmu itu, mungkin di masa depan aku bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa," ungkap Zhi Ruo.
"Oh... kau ingin tahu tentang itu ternyata. Baiklah. Aku akan memberitahu kepadamu tentang bagaimana cara membuat obat itu. Dan sebagai tambahan, aku akan mengajarkanmu untuk bisa membuat obat lain. Aku yakin hal itu akan sangat membantu untuk dimasa depan."
Setelah setuju, Mei Lin kemudian dibawa ke ruangan tempat dimana para tabib meracik banyak obat-obatan herbal dan juga merawat tanaman obat-obatan. Di sana, hal yang tak asing dilihat oleh Mei Lin, membuatnya merasa tidak sedang berada dalam dunia lain.
Tidak membutuhkan waktu yang lama. Pelajaran dimulai dengan banyak tabib lain yang menonton, mencatat dan berusaha untuk mengingat setiap penjelasan yang diberikan Mei Lin.
Bukan hanya memberitahu cara untuk membuat obat cacar, Mei Lin juga memberitahu cara untuk membuat obat lain.
Sebelumnya, Mei Lin berusaha untuk mengingat kembali tentang pelajaran sejarah yang dulu ia pelajari di sekolah. Mei Lin ingat, pada sejarah tertulis jika Kaisar Wu Jiang meninggal dunia akibat penyakit cacar yang dideritanya. Tetapi, Mei Lin telah berubah sejarah dengan menyelamatkannya. Dan tepat beberapa minggu setelah kematian Kaisar, sebuah penyakit menyerang penduduk. Penyakit itu disebabkan oleh makanan yang diberikan oleh salah seorang bangsawan, mengakibatkan para penduduk yang memakannya mengalami diare parah, dan bahkan menimbulkan korban jiwa.
Saat kekacauan itu terjadi, tidak ada tabib yang bisa mengobati. Tetapi, kini ada Mei Lin! Dia bisa mencegah hal itu terjadi. Dan kalaupun hal itu tetap akan terjadi, Mei Lin bisa menghentikannya dengan kemampuannya. Sama seperti dia menyelamatkan Kaisar... Mei Lin akan menyelamatkan penduduk Dinasti Xianhua juga!
Fokus dengan penjelasan dari Mei Lin, Zhi Ruo tidak menyadari jika sejak tadi ada sosok lain yang memperhatikan mereka. Seseorang dengan kehadiran yang terasa dingin dan mengancam. Mendekat ke arah Mei Lin.
"Jadi, kau orangnya?" Suara seorang wanita langsung mengalihkan fokus Mei Lin. Ia menatap ke arah sumber suara. Seorang wanita dengan pakaian berwarna merah menyala. Matanya tajam, tegas dan menakutkan. Mei Lin tak mengenalnya. Ini adalah kali pertama mereka bertemu.
"Kau orang yang telah menyelamatkan Pangeran Rong Sheng dan Kaisar? Kau adalah tabib dari langit itu? Apakah kau benar-benar seperti yang orang-orang katakan? Atau... semua itu hanya kebohongan yang kau ciptakan?"
Wanita itu. Mei Lin bahkan tidak mengenal wanita itu, tetapi wanita itu sudah meneduhkan hal yang tidak-tidak kepada Mei Lin. Dan saat itu, sudah jelas, wanita itu tidak menyukai Mei Lin. Mei Lin pun juga merasakan hal yang sama. Karena Mei Lin tidak akan menyukai seseorang yang tidak menyukainya.
"Sia---...."
"Tuan Putri." Zhi Ruo menyela, memberikan hormat kepada wanita yang dipanggilnya 'Tuan Putri'.
"Kau tidak akan memberikan hormat, tabib? Bukankah seharusnya kau menujukan rasa hormatmu kepadaku? Aku ini seorang putri! Aku calon ratu di Dinasti Xianhua!" Wanita itu memperkenalkan dirinya dengan penuh ketegasan dan sedikit amarah. "Aku, Putri Rui Xi!
"Ohh... begitu. Salam kenal kalau begitu. Aku, Mei Lin. Dan aku bukan utusan langit. Aku tidak ada hubungannya dengan langit," jelas Mei Lin.
"Jika bukan dari langit, lalu dari mana asalmu? Apakah kau benar-benar bukan dari pihak musuh?" Rui Xi memojokkan Mei Lin. "Asal kau tahu saja. Aku tidak semudah Rong Sheng dan Kaisar untuk percaya kepada seseorang. Jika sampai kau ketahuan melakukan sesuatu yang akan mengakibatkan kehancuran di sini, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!"
Mendengar ancaman Rui Xi, Mei Lin seketika langsung terdiam. Dan entah kenapa, tetapi, tiba-tiba saja Mei Lin teringat apa yang dikatakan oleh Madam Huang kepada dirinya sebelum ia berakhir di Dinasti Xianhua.
"Berhati-hatilah dengan wanita berbaju merah...?!"
***
Bersambung.
aku jadi ngebayangin klw aku kayak gitu pasti sama takut nya ataw bahkan lebih dari itu