Sebagai murid pindahan, Qiara Natasha lupa bahwa mencari tahu tentang 'isu pacaran' diantara Sangga Evans dan Adara Lathesia yang beredar di lingkungan asrama nusa bangsa, akan mengantarkannya pada sebuah masalah besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunny0065, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuduhan
Dokter pribadi milik asrama nusa bangsa menepuk kuat pundak kanan Sangga.
"Pacarmu baik-baik saja, masalahnya hanya kehilangan cairan tubuh akibat dehidrasi, sebentar lagi dia kembali siuman," kata dokter bernama Aga.
Sangga diam seribu bahasa memandang datar gadis terbaring di atas bangsal.
"Temani dia selagi belum bangun," pesan dr. Aga lalu melenggang pergi.
Pintu berkaca bening berderet ngilu ketika dr. Aga meninggalkan ruangan. Sangga merogoh ponsel di kantung almamater, melihat nama penelpon di layar bendanya, Gibran.
"Ada apa." Sangga mengangkat panggilan.
"Gimana kadan Natasha, udah siuman?"
Di ujung sana, Gibran perhatian. Sangga meremas ponsel, memandang lama wajah Natasha.
"Hallo, diam aja Lo, gimana Natasha?" berondong Gibran.
"Sesuai harapan, dia baik-baik aja," pungkas Sangga dan mematikan sambungan.
Memastikan takkan ada orang memasuki ruangan, Sangga menumpukan telapak tangan ke bibir bangsal, badannya sedikit condong ke depan, menelisik pahatan wajah sempurna Natasha.
Natasha melenguh, sayup-sayup membuka mata.
"Gue di mana?"
"Kamar."
Natasha beringsut bangun memegang samping kepalanya yang terasa berat nan pening.
"Untuk apa Lo sekap gue di kamar?" tuduh Natasha dengan suara lemah.
"Ini kamar rawat bukan kamar pribadi gue, dasar cewek merepotkan," sahut Sangga sengaja menyematkan sindiran halus diakhir kata.
Natasha balik menyahut kesal, "Berapa nominal yang Lo minta? Sebutin, biar gue balas jasa kebaikan Lo udah nolongin gue, lain kali kalau enggak ikhlas nolong jangan sok peduli."
Sangga tersenyum sinis. "Gue emang enggak ada keinginan nolong siapapun tanpa alasan jelas kecuali orang itu lemah di hadapan gue. Udah lah, lupain soal balas jasa karena gue enggak butuh uang Lo sepeserpun, kalau Lo merasa punya hutang budi ke gue, cukup bilang makasih."
*
Usai mengikuti mata pelajaran bahasa indonesia, alarm istirahat bunyi.
"Kantin, yuk!" seru Gibran mengajak jajan.
"Gas!" sahut Kevin.
"Ada pizza?" tanya Natasha sambil memasukkan buku ke dalam tas.
"Di kantin asrama, menunya lengkap Lo suka pizza apa? Jamur, suwir ayam, potongan keju, sosis, selai saus manis, pedas, kerang tiram? Semua ada!" sahut Alleta antuasias.
"Ngomongin soal makanan jadi tambah laper, ayok, dong, serbu kantin!" tidak sabar Kevin.
"Yuk!"
Penghuni kelas Xl A, menuju lantai 4, Natasha memicingkan mata menyaksikan kemesraan Adara memeluk sebelah lengan Sangga.
"Mereka berdua pacaran?" monolog Natasha.
Alleta yang mendengar suara pelan penasaran temannya menyenggol pinggang Natasha.
"Benar. Adara sama Sangga pacaran," bisik Alleta memberitahu.
Natasha menoleh dan bertanya. "Pacarannya udah lama?"
"Belum, mereka baru jalani hubungan dua bulan. Adara beruntung banget dapat gebetan smart model Sangga."
"Beruntung?" ragu Natasha.
"Gue iri lihat Adara dimanjain Sangga, masa depan cewek cantik terjamin cerah. Kapan gue lengser dari jabatan jomblo, bosan gue bepergian jauh sendiri terus, enggak ada support sistem buat belajar, tiap malam orang lain asyik telponan sama ayang nya, gue malah peluk guling mulu," lanjut Alleta mengiba.
"Di kelas kita ada Gibran, Kevin, Dimas sama cowok lainnya, kenapa Lo enggak coba pacaran dari salah satu mereka? Menurut gue, mereka pada ganteng, kok, tinggal Lo pilih aja," kata Natasha.
"Benar sih, mereka ganteng."
"Diantara mereka, perasaan Lo lebih condong ke siapa?" kepo Natasha.
Nyaman mencurahkan isi hati, Alleta melingkarkan tangan ke lengan Natasha dengan kepala turut bersandar di bahu kiri.
"Awalnya perasaan gue mantap ke Sangga, tau-tau Adara pacarnya dia, gue enggak ngarep lagi, sekarang gue lagi merhatiin Gibran. Di fase ini, gue belum ngerasain apa-apa ke dia," cerita Alleta.
"Semua butuh proses. Gue yakin, Lo pasti dapat cowok lebih dari Sangga. Semangat mencari pacar!" ucap Natasha menyemangati.
"Thank you dukungannya my friend!" seru Alleta.
Suasana kantin ramai pembeli. Yang tadinya datang bergerombol kini sebagian penghuni kelas Xl A, berpisah di meja pilihan masing-masing.
Ketika Kevin memintanya memilih makanan di buku menu, Natasha menunjuk pizza bertabur toping sosis, minumannya memesan es teh.
Sementara Gibran dan Alleta tidak sengaja memesan menu serupa, Bakmie dan teh Sosro.
"Pesan apapun yang kamu suka nanti aku makan," kata Sangga enggan repot-repot memilih.
"Ya udah, chicken pedas, mie ayam sama jus orange," putus Adara.
Setelah mencatat semua pesanan anak-anak, pelayan beranjak pergi.
"Pas di gedung kesehatan, kamu ngapain aja di sana?" cakap Adara sambil bertopang dagu di kepalan tangan yang kedua sikutnya menumpu di atas meja.
"Enggak lakuin apa-apa," jawab Sangga.
"Kebetulan! Gue baru ingat sesuatu, boleh numpang nanya kenapa saat gue telpon, Lo main putus komunikasi? Kaget gue," timpal Gibran.
"Tombol merah tertekan," bohong Sangga.
"Ditekan apa sengaja!" dengkus Kevin menangkap adanya tanda-tanda ketidakjujuran.
Sangga mengunci kontak lurus ke dalam netra milik Kevin, ekspresi datar tengah ditampilkannya berubah semakin dingin sulit ditebak oleh siapapun yang melihatnya.
"Gue sengaja mengakhiri telpon karena permintaan Natasha," sambung Sangga.
Kontan, Gibran, Kevin, Alleta serta Adara kompak mengernyit.
"Gue enggak tahu apa-apa!" ujar Natasha, feeling-nya mengatakan sesuatu buruk akan terjadi.