NovelToon NovelToon
TamaSora (Friend With Benefits)

TamaSora (Friend With Benefits)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Kantor / Office Romance
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mima

"Cinta ini tak pernah punya nama... tapi juga tak pernah benar-benar pergi."

Sora tahu sejak awal, hubungannya dengan Tama tak akan berakhir bahagia. Sebagai atasannya, Tama tak pernah menjanjikan apa-apa—kecuali hari-hari penuh gairah.

Dan segalanya semakin kacau saat Tama tiba-tiba menggandeng wanita lain—Giselle, anak baru yang bahkan belum sebulan bergabung di tim mereka. Hancur dan merasa dikhianati, Sora memutuskan menjauh... tanpa tahu bahwa semuanya hanyalah sandiwara.

Tama punya misi. Dan hanya dengan mendekati Giselle, dia bisa menemukan kunci untuk menyelamatkan perusahaan dari ancaman dalam bayang-bayang.

Namun di tengah kebohongan dan intrik kantor, cinta yang selama ini ditekan mulai menuntut untuk diakui. Bisakah kebenaran menyatukan mereka kembali? Atau justru menghancurkan keduanya untuk selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Poor Sora.

“Brengsek lo, Tam! Lepasin gue!” Sora sama sekali tidak tertarik dengan penawaran dada atau paha dalam yang diberikan Tama. Fakta bahwa laki-laki itu membawa kondom di dalam celananya membuat dia kecewa berat. Yang ada di dalam kepala Tama sekarang hanyalah sex sex dan sex. Dia mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorong bahu pria itu hingga tak sengaja membuat kepala Tama terbentur ke pintu.

“AH!” Laki-laki itu memekik kecil. Sora segera mundur dengan wajah yang sudah memerah.

“Apa yang ada di pikiran lo sekarang hanya tentang seks? Apa lo butuh gue hanya karena pengen tidur sama gue?! Karena butuh badan gue untuk pelampiasan nafsu lo? Lo bajingan, tau nggak?!” Dada Sora bergerak naik turun tak beraturan. Tatapan kecewa dia lemparkan kepada pria yang masih memegangi kepala belakangnya.

“Gue cinta sama lo, Tam!”

“Sampai mati pun gue hanya cinta sama lo." Air mata Sora mulai meleleh. "Tapi bukan berarti gue harus nurutin semua kemauan lo untuk membuktikan cinta gue ke lo ‘kan? Nggak harus kayak gini, Tama!”

“Udah berapa kali dibilangin, fokus sama urusan pak Rahmat dulu! Semakin cepat lo beresin, semakin cepat kita bareng lagi. Lo paham nggak sih??”

“Ini yang terakhir lo nyoba-nyoba melewati batas. Sekali lagi kayak gini, lo bakalan liat gue benar-benar pergi dari kehidupan lo!”

Sora menganggap Tama mendengar semua kalimatnya, karena sejak tadi pria itu hanya diam, tak berkutik. Terserahlah dia mau marah atau gimana. Sora harus menyampaikan ini. Dia tidak ingin Tama selalu melewati batas yang masih jelas-jelas ada di depan mata. Bukankah lebih enak kalau mereka melakukan itu tanpa adanya bayang-bayang Giselle? Iya ‘kan?

Dan rupanya malam itu menjadi malam terakhir Sora melihat Tama di apartemennya. Karena keesokan harinya, laki-laki itu pindah ke apartemennya yang lama. Sora mengetahui ini dari Julian. Akhirnya, setelah dulu sempat bilang akan pindah tapi taunya tidak.

Dan sikap Tama di kantor ikut berubah drastis ke Sora. Dingin, sama sekali tak bersahabat. Sungguh dahsyat efek dari ditolak bercinta. Ckckck.

“Bukannya udah dibilangin yang ini jangan sampai nggak bayar? Kok lo masih kasih keringanan untuk mundur bulan depan sih?”

Suara Tama yang bernada kesal itu terdengar memenuhi ruangan divisi AR. Sekarang dia sedang memeriksa pekerjaan Sora tentang customer yang belum bayar padahal sudah lewat jatuh tempo.

“Ownernya lagi liburan, Tam. Purchasingnya belum bisa kontek beliau. Jadi nggak bisa bayar dulu.”

“Dan lo percaya? Sebelum ownernya liburan, apa si purchasing nggak remind kalau mereka ada pembayaran yang akan jatuh tempo? Lo udah berapa tahun kerja di sini? Akal-akalan yang kayak gitu masih aja dipercaya."

Sora menahan napas. Tidak berencana mejawab lagi.

“Pokoknya sebelum closing akhir bulan, dia harus bayar. Kalau enggak, insentif lo bakal gue potong untuk bayarin.”

Semua orang mendengar itu dengan jelas dan mereka prihatin. Ya, kecuali Giselle. Axel, Jo, Julian dan Kayla tidak tau apa yang terjadi di antara dua orang ini. Yang mereka tau, keduanya sedang perang dingin. Setidaknya selama tiga hari terakhir.

Yang mereka lihat, Tama selalu sinis dan tidak ramah kepada Sora. Sangat jauh dari biasanya. Tapi, giliran mereka menginterogasi Sora, perempuan itu selalu bilang ‘mungkin karena insiden di aula kemarin’. Jawaban yang sama dari waktu ke waktu.

Keesokan harinya Tama kembali menekan Sora gara-gara salah input tanggal penerimaan giro.

“Ini siapa yang input giro Arta Boga? Lo, Ra?”

Sora yang sejak tadi menulis sesuatu di buku, mengangkat kepalanya ke arah depan.

“Iya. Kenapa, Tam?”

“Coba cek di program lo. Kasih tau gue kalau lo ada kesalahan.”

Dengan cekatan Sora mengaktifkan layar komputer dan membuka program miliknya. Dia juga mengambil giro fisik dari brankas untuk menyamakan ulang data yang dia input. Setidaknya dia butuh waktu sekitar lima menit, sampai menemukan apa yang salah.

“Oh, kayaknya gue salah input tanggal penerimaannya.” Perempuan itu menggaruk jidatnya yang tak gatal. Duh, malu sekali.

“Bukan kayaknya, tapi memang salah. Perbaiki.”

“Oke.”

Kayla berinisiatif memperbaiki bundelan berkas yang tadinya Sora keluarkan, dan dia masukkan kembali ke dalam brankas. Dia iba melihat temannya yang mulai kelabakan menghadapi sikap Tama.

Sebenarnya ada apa sih di antara mereka ini? Sepanjang yang Kayla tau, mereka belum pernah ada di dalam situasi yang seperti ini. Yang dipermasalahkan Tama itu bukan hal besar. Biasanya juga kalau ada salah, bisa ngomong baik-baik. Nggak harus kayak gini.

“Next time kalau salah lagi gue akan turunin SP. Biar lo lebih teliti.”

“Itu berlebihan, Bos.” Tiba-tiba Axel menyela. Dia juga jengah atas sikap semena-mena Tama.

Namun yang diajak bicara hanya diam, tak berkenan untuk menanggapi. Memang dasar laki-laki kurang ajar nih si Tama.

Setelah selesai memperbaiki di program, Sora tak lupa memberi tahu Tama. Sampai detik ini, dia masih berusaha berpikiran positif. Kesalahan yang Tama temukan memang benar adanya. Dia memang kurang teliti. Persoalan bagaimana pria itu menyampaikannya, Sora memang harus banyak-banyak bersabar. Banyak-banyak mengelus dada. Hanya dialah yang tau kenapa laki-laki itu berubah menjadi orang bejat. Dan Sora mendapati dirinya semakin kecewa karena ternyata Tama itu seperti ini.

“Kok bisa hilang? Lo tau kan itu dokumen penting?”

Another day, another case. Kali ini Sora kelimpungan karena ada dokumen asli kontra bon salah satu customer yang tidak dia temukan di dalam file.

“Seingat gue semuanya udah masuk ke dalam sini, Tam.” Sora membela diri. Memang, setiap supir delivery selesai kirim dan setor dokumen ke Sora, dia langsung menyimpan baik-baik setelah memprosesnya di sistem. Setidaknya, itu lah yang dia ingat.

“Buktinya nggak ada kan? Kalau itu kececer dan sampai ke tangan customer, lalu mereka ngaku-ngaku udah bayar, lo mau tanggung jawab?”

Julian berdiri dari kursinya, berniat membantu Sora.

“Biar gue aja. Lo duduk aja,” perintahnya. Dia tau Sora sudah terlalu sering ditekan. Besar kemungkinan dia tidak akan bisa berpikir tenang dalam melakukan apapun.

Tapi berkas itu memang hilang. Seteliti apapun Julian mencari, dia tetap tidak menemukannya. Sialnya, yang hilang bukan cuma satu, melainkan tiga berkas.

“Ampun deh.” Tama menutup wajah dengan kedua tangan sejenak, lalu menyugar rambut ke belakang setelahnya. Satu saja sudah bikin pusing, apa lagi tiga.

Dia beranjak dari kursi dan menghampiri kubikel Sora. Setelah satu minggu berasa anti dekat-dekat dengan wanita itu, akhirnya kaki Tama melangkah juga. Ada gejolak amarah yang ingin dia lepaskan persis di depan wajah seorang Sora Abigail.

Melihat itu, Axel dan Jo siaga. Wajah Tama sudah sungguh tidak bersahabat. Julian juga secara otomatis maju, menutupi Sora di belakangnya.

“Mau apa lo?” tanyanya kepada Tama.

“Minggir.”

“Ini udah berlebihan. She’s under pressure. Dan itu datangnya dari lo.” Julian menggertakkan gigi geram. Mau adu jotos pun ayok lah. Eneg dia.

“Pressure? Nggak ada pressure kalau dia kerja. Sekarang gue tanya. Apa lo sebodoh itu untuk menghilangkan dokumen penting? Bukan cuma satu, tapi tiga!”

“Dia juga nggak tau itu ada di mana! Jangan bilang dia ngilangin seakan-akan itu sebuah tindakan yang disengaja. Sora udah lima tahun kerja bareng lo dan lo tau dia anaknya teliti! Dia juga nggak sebodoh itu ngilangin dokumen penting! Ada kemungkinan kececer, keselip or something else!" Julian balas melotot.

“Lo mau jadi hero? Jangan buat dia doang! Lo tau kalau lo punya tanggung jawab yang lebih besar, tapi selalu lo hindari!”

Wah, apakah Tama akan membuka rahasia mereka berdua sekarang? Tidak mungkin. Kan ada Giselle?

“Stop. Lo udah ke mana-mana. Urusan kita cuma tentang Sora. Ini bukan sesuatu yang sama sekali tidak punya solusi. Kita bisa mencetak ulang invoice dan surat jalannya. Jangan terlalu berlebihan.” Julian menekan suaranya agar Tama luluh. Kasihan Sora kalau terlalu dipojokkan seperti ini. Toh semuanya bisa diatasi kok.

“Dan lo siap kena audit? Kayaknya lo juga mulai kehilangan akal sehat lo, Tam. Kalian berdua sebelas dua belas.”

Memang sih, reprint berkas untuk pengiriman yang sudah lewat sudah tentu akan mengundang pertanyaan dari tim audit. Kenapa reprint? Kenapa bisa hilang? Bisa-bisa seluruh tim AR akan diaudit dadakan untuk memastikan alasannya. Bukan hanya tim AR, tapi tim delivery juga. Semuanya akan diusut, satu per satu. Dan itu akan menambah kerjaan. Tama tidak setuju.

Tangan Julian mengepal dikatain kehilangan akal sehat. Sepertinya Tama dan Sora memang sedang ada masalah berat, sampai hati Tama sekebas ini. Sialnya Sora tidak mau cerita.

“Gue akan bantu cari. Lo duduk tenang aja di singgasana lo.” Dia memutar punggung Tama dan menepuk kedua bahu laki-laki itu dari belakang. Tidak akan membiarkan orang ini mengintimidasi Sora lagi dan lagi.

***

Sora mengangkat minuman kalengnya dengan bersemangat. Hal serupa dilakukan oleh Julian dan yang lain. Malam ini mereka sedang ada party kecil-kecilan di aula.

"Cheers karena sampai detik ini aula masih bisa beroperasi dan nggak jadi disegel!" seru Fabian.

"Cheerssss!" Anak-anak menyahut sambil tertawa kecil.

"Cheers untuk Julian dan Sora yang bentar lagi mau putus." Axel menimpali.

"Ha ha ha! Cheers!!"

Sora tertawa kencang. "Jadi, Julian, apakah ada kesan pesan yang ingin lo sampaikan sebelum kita resmi mengakhiri kontrak?" tanyanya sambil mengunyah cemilan yang dibawa Kayla.

"Satu kata. Jera."

Semua anak-anak tergelak. Sudah jelas maksud Julian apa.

"Jera gue, Ra, Ra. Nggak lagi-lagi deh cari masalah sama si kampret itu." Julian geleng-geleng kepala sambil tersenyum miring.

"Siapa yang kampret?" Tiba-tiba ada yang bertanya dari salah satu kursi tribun. Anak-anak yang sejak tadi duduk melingkar di tengah lapangan otomatis mendongak.

Tama dan Giselle?

Lagi?

Sejak kapan mereka datang? Benar-benar tidak ada yang sadar.

"Ya lo lah. Pakai nanya!" Julian tidak peduli dengan Giselle. Tama harus segera membuka kedua matanya, dan melihat kalau hubungan dia dan Sora sudah sekacau ini.

Tadi Sora melihat ke belakang hanya selama dua detik. Setelah itu dia kembali fokus pada cemilannya. Padahal hatinya sedang gembira. Amukan Tama tadi siang sudah berhasil dia lupakan sejenak.

"Memangnya apa hubungan gue sama pacar kontrak lo?" Tama ingin sekali diakui. Ingin orang-orang memberikan validasi akan betapa spesialnya Tama di hati Sora. Bahkan dia sendiripun tidak mengingat siapa yang sedang duduk di sebelahnya.

"Udah deh, nggak usah sok misterius. By the way lo ngapain ke sini? Bukannya lo nggak suka dekat-dekat sama Sora?" Skakmat!

"Jul." Sora yang kaget dengan pertanyaan itu langsung melotot tajam ke arah Julian.

"Oh, kayaknya mood Bapak SPV kita ini lagi sangat baik. Sampai lupa kalau seminggu ini dia kayak singa yang nggak berhenti mengaum." Jo mengejek.

"Gue hanya ingin memastikan kalian nggak menyalahgunakan aula lagi." Tama menjawab dengan idealis. Padahal aslinya...

"Tenang aja, Bos. Aman dan terkendali, kayak janji gue minggu lalu." Fabian menjadikan dua jarinya hingga membentuk huruf 'O'.

Dada Sora tiba-tiba berdebar. Bukan karena Tama. Dia juga tidak tau kenapa. Yang jelas tubuhnya mulai terasa panas dan... gatal.

"Kenapa, Ra?" Kayla menyadari Sora yang beberapa kali menggaruk leher dan tangannya. "Kok muka lo merah banget? Ini bentol-bentol dari mana?"

Mendengar itu semua mata tertuju kepada Sora. Termasuk si mata elang yang sejak tadi menatap punggung gadis itu.

"Lo kenapa, Ra?" Julian ikut panik.

Satu lompatan dari tribun membuat semua orang tersentak. Tama sudah berlari mendekat. Gila! Si Giselle sampai ditinggalin! Ck ck ck!

"Lo makan apa barusan?" tanyanya, sudah menopang Sora di dada. Perempuan itu mulai kesulitan bernapas.

"Yang ini, Tam. So-Sora ada alergi kah?" Kayla menunjuk bungkus cemilan yang dia bawa.

Tama meraih bungkusan tersebut dan membaca komposisinya.

"Shit! Dia alergi kacang! Ke rumah sakit sekarang!" Dia membopong tubuh Sora dengan cepat. Panik, takut, khawatir seakan menyerangnya secara bertubi-tubi.

"Bro!" Julian menghadang.

"Minggir! Dia harus segera mendapat pertolongan!"

"Biar gue yang bawa. Cewek lo ada di sini." Kembali Julian mengingatkan. "Jangan buat Sora berada dalam masalah."

Pun dengan susah payah Sora mengulurkan tangan, minta Julian mengambilnya dari pangkuan Tama. Dia masih ingin hidup dengan damai.

"Gue nggak peduli. MINGGIR!"

***

1
Risma Waty
Semoga Julian punya hati yang tulus
Risma Waty
Tama, gas pollllll apalagi sudah halal begini ☺
Risma Waty
Kayla pinter juga nih ngeles dari pertanyaan Sora
Risma Waty
Ternyata mamanya Julian bukan mama kandung Tama.
Teh Fufah
masa d parkiran gk d bawa ngamar hahahaha
Risma Waty
Ya udah, gitu keluarga Tama nyampe, langsung aja dinikahkan tuh Tama & Sora. 😃
Risma Waty
Kayla dengan Julian aja kali ya 😄
Teh Fufah
pulang k jkarta sora langsung d kurung nihhh
Risma Waty
Manda.. siasat loe ketauan tuh sama tante Sora 😃
Teh Fufah
hmmmm legaaaa
Risma Waty
Kisahnya natural... ada juga seperti ini di dunia nyata.
Risma Waty
Semoga tidak ada lagi halangan buat Sora dan Tama bersatu
Teh Fufah
jempol tuk fahri
Jeng Ining
ketika Tuhan telah mentakdirkan berjodoh pasti Tuhan jg sudh menyiapkan jalan yg benar dn baik utk bersatu
Jeng Ining
udh sbegini gimana pemikiran Giselle ya🤔
Teh Fufah
cerita nya bsgus, cma mungkin author ny lun trknal d nt yaaaa
Mama Mima: Bantu share yah kakkk. hihiiiii. Terima kasih kakakkk
total 1 replies
Jeng Ining
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/ ada yg kebakaran tp gada apinya
Jeng Ining
nah ini dpt bgt feelnya tnpa typo nama, kita kek masuk beneran diantara mreka, terimakasih Kak, mdh²an ga cm updte 1 bab ya 🙏😁✌️
Asri setyo Prihatin
Luar biasa
Mama Mima
Terima kasih masukannya, Kakk. Padahal aku udah double check teruss. Ada aja yang kelolosan. Heuu... 🙏🏻🥹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!