Elara Vienne menyadari dirinya masuk ke dalam novel yang baru-baru ini ia baca. Tapi kenapa justru menjadi tokoh antagonis sampingan? Tokoh yang bahkan tidak bertahan lebih dari lima bab dalam cerita.
Tokoh antagonis ini benar-benar menyedihkan—tidak diakui oleh keluarga aslinya, dibenci oleh netizen, dan bahkan pacarnya direbut oleh sang putri asli.
Ketika bangun dia bahkan sudah kehilangan kesuciannya, sungguh Elara sangat terkejut. tapi kenapa laki-laki ini begitu mencintainya?
Let’s start the story.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly-Ra?, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Ada berita dari luar negeri?" tanya Arkan kepada asisten pribadinya lewat panggilan telepon.
Karena dia adalah investor terbesar, Arkan tentu saja diberi hak khusus untuk membawa ponsel. lagipula laki-laki itu tidak bisa hidup tanpa ponsel, dia perlu memantau pekerjaan bawahannya.
Sekarang Arvin sedang berada dalam restoran, di ruangan privat. Mendapati telfon dari majikannya, dia harus menunda makan dan mulai serius bekerja, "Tuan, tidak ada pergerakan sama sekali di luar negeri. Sepertinya dia masih merencanakan sesuatu."
Mendengar hal itu alis Arkan sedikit berkerut, tapi dia akhirnya menghela nafas, "Baiklah, awasi dia dengan baik." Setelah mengatakan hal itu, Arkan langsung menutup teleponnya.
**
"Ada apa? Kenapa bos menelpon?" tanya Livia sambil menopang dagunya, menatap Arvin penasaran.
Arvin mengusap alisnya merasa pusing, "Bos khawatir dengan pergerakan dari luar negeri, soalnya dia selalu diam saja beberapa hari ini."
Livia tentu tahu apa yang dimaksud, gadis itu mengangguk, "Sepertinya memang harus diwaspadai, belum lagi bos sudah menikah. Entah apa yang akan dia lakukan nanti."
"Jangan katakan hal buruk, doakan saja dia sedang mengalami kesialan."
"Kamu sangat pandai mengutuk orang."
"Tentu saja, menurutmu darimana aku belajar seperti ini?"
Livia mengangkat satu alisnya, tiba-tiba merasakan firasat buruk, tapi tanpa sadar bertanya, "Siapa?"
"Tentu saja, kamu," ucap Arvin dengan tersenyum tipis, menatap Livia penuh minat.
Benar saja Livia langsung mendengus kesal, lalu menatap Arvin tidak senang, dia mengalihkan pandangannya kepada makanan, dan tidak memperdulikan Arvin lagi.
Melihatnya makan seperti hamster kecil, jari Arvin merasa gatal, dia tanpa sadar mengulur satu tangannya. Dan mencubit pipi gembul Livia karena makanan, membuat gadis itu menatapnya terkejut.
Seakan waktu berhenti mereka berdua membeku beberapa detik, lalu Arvin segera tersadar dan menarik tangannya, dia berdiri dengan terbatuk canggung, "Aku akan pergi ke toilet."
"Um." Livia menundukkan kepalanya, dengan ekspresi tidak menentu.
Arvin juga berjalan cepat keluar ruangan privat, di toilet dia menatap cermin dengan wajah bodoh, ketika memikirkan pipi Livia yang terasa lembut, halus dan enak dicubit. Telinga Arvin memerah ketika memikirkannya. Sial! Dia sangat kecanduan untuk mencubit lagi.
"Kenapa dia selalu membuatku tidak waras!"
**
Setelah Arkan menutup telepon, laki-laki itu tidak langsung pergi tidur. Tapi menatap meja di ruangannya dengan wajah panas, memikirkan drama naskah tadi, membuat Arkan merasa kecanduan untuk bersikap seperti itu kepada Elara.
Imajinasi Arkan terputus ketika mendengar suara teriakan, itu dari kamar Elara. Arkan langsung bergegas keluar kamar. Laki-laki itu harap-harap cemas, takut terjadi sesuatu dengan istrinya.
"Maaf ... Aku cuman—"
"Diam!" ucap Elara dengan nada tegas, tidak ingin dibantah. Membuat paparazi yang berada ditangannya terdiam ketakutan.
"Bagaimana dia bisa memanjat kesini? Ini lantai dua kan?" tanya Alira dengan ragu, menatap kearah balkon dengan ekspresi rumit.
Mendengar hal itu, Elara semakin menekan paparazi tersebut yang membuatnya mengerang kesakitan, "Katakan! Bagaimana kamu memanjat?"
"Akh! Aku—aku sudah terlatih melakukan ini, melihat pintu balkon kalian tidak dikunci, aku—aku memikirkan untuk mengambil beberapa foto," ucap Paparazi dengan tersendat-sendat.
Alis para tamu wanita mengendur, sepertinya paparazi ini tidak diperintah oleh siapapun. Untungnya dia hanya bertindak sendiri. Mereka tidak bisa memikirkan jika tidak ada Elara, seketika Alira dan Ayla memiliki wajah muram.
Seorang paparazi baru saja memasuki kamar mereka lewat pintu balkon, dan para tamu lupa untuk mengunci pintu balkon. dia memasuki kamar dengan mudah.
Tapi beruntungnya ada Elara, wanita itu sangat sensitif dengan suara apapun. Ketika dia mendengar suara membuka pintu. Ia langsung bangun dan melihat paparazi ingin mengambil foto, langsung saja Elara bergegas untuk menendangnya, dan menaklukkannya dengan satu gerakan.
Kini paparazi itu sedang terbaring dengan wajah menghadap lantai, dan Elara yang mengunci pergerakan paparazi itu dengan santai.
Alira dan Ayla terkejut melihat Elara yang menaklukkan paparazi dengan mudah, tidak lama kemudian orang-orang memasuki kamar mereka. Teriakan Ayla tadi cukup melengking untuk membangunkan semua orang.
"Apa yang terjadi?" tanya Keenan bingung, lalu melihat kearah seseorang laki-laki sedikit berisi, dengan kamera ditangannya. Sedang ditekan ke bawah oleh Elara.
Melihat tubuh ramping dan kurus Elara, rasanya mereka masih tidak percaya. Wanita itu sekuat itu. Tapi melihat raut wajah kesakitan Paparazi, tidak diragukan lagi Elara memang kuat.
"Dia menyelinap darimana?"
Sutradara Bayu dan para kru segera maju untuk menangani paparazi tersebut, dia mengambil kamera lalu melihat isinya, masih kosong. Sutradara menghela nafasnya lega, tapi menatap paparazi dengan wajah buruk. keamanan di villa ini harus ditingkatkan, jika tidak Tuan Arkan akan menarik investasinya.
"Dia masuk lewat balkon, kami lupa mengunci pintu balkon, dia belum sempat memotret tapi sudah aku taklukkan," Ucap Elara menjelaskan dengan malas, ini masih tengah malam. Dan dia masih mengantuk.
Arkan menatap dingin kearah sutradara, jelas dia tidak senang adanya kesalahan seperti ini, "Sutradara, sepertinya uangku kurang ya?"
Mendapati tatapan tajam dari investornya, keringat dingin sutradara mengalir di pelipisnya, "Tidak — tidak kurang sama sekali, ini memang kelalaian saya karena tidak menjaga lebih ketat di villa ini."
Sutradara Bayu berdiri tegak, dan menjelaskan dengan hati-hati, "Baiklah, kami akan meningkatkan keamanan disekitar Villa, selebihnya nanti aku memberikan kalian kompensasi."
Baru kali ini program yang ia jalani mengalami hal seperti ini, dia memang harus memberikan kompensasi untuk para tamu. agar mereka terpuaskan.
Mendengar adanya kompensasi para tamu mengangguk dengan nyaman, lagipula privasi adalah hal yang penting bagi para artis, Arkan juga mengangguk dengan puas.
Setelah itu para kru dan para tamu segera pergi dari kamar tamu wanita, operasi besar itu terlihat di sudut luar kamar kamera yang masih menyala. Penonton yang suka begadang dibuat terkejut, melihat seorang pria keluar dari kamar tamu wanita.
"Apa yang terjadi? Teriakan tadi benar-benar mengejutkan ku, lalu keluar seorang pria asing?"
"Sepertinya ada paparazi yang menyelinap masuk, lihat dia membawa kamera."
"Keamanan program ini begitu buruk bukan? Untung saja dia tertangkap."
"Siapa yang bisa menaklukkan pria itu? Dan apa yang terjadi di dalam kamar?"
"Berita ini akan booming, sutradara mungkin akan dimarahi."
Para kru program kabin cinta, sekali lagi mengecek keamanan seluruh Villa. Setelah dirasa hanya satu paparazi, mereka mulai tenang kembali. dan tim program begadang untuk mengurus masalah tersebut.
Sedangkan untuk para tamu mereka sudah kembali tidur dengan tenang, Entah apa yang akan dilakukan oleh kru dengan paparazi tersebut, mereka akan bertanya besok.
Dengan dukungan dari Mr A, sutradara Bayu akhirnya bisa menuntut perbuatan paparazi tersebut, menganggu privasi, dan menghalangi kelancaran program, dia tidak dipenjara tapi harus membayar denda.
Berita, adanya Paparazi tertangkap di program kabin cinta ditengah malam. Menjadi trending topik di seluruh internet, membuat para penonton memarahi sutradara karena keamanan yang buruk.
...----------------...