NovelToon NovelToon
Di Antara Cahaya Yang Luruh

Di Antara Cahaya Yang Luruh

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Irma syafitri Gultom

Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.

Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.

Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.

Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kisah Dua Sudut Pandang Yang Berbeda, Dan Perkenalan Yang Lebih Dalam.

.

.

Kenapa ini bisa terjadi sampai seperti ini?

Itulah pertanyaan yang terus menerus bergema memenuhi pemikiran gadis berambut hitam yang di sanggul rendah itu.

Ya.....

Kenapa ini bisa terjadi sampai seperti ini?

Dan jawabannya...?

Sejujurnya..... dia sendiri tidak tahu!

Dan dia tidak mengerti!!!

Gadis itu menghela nafas panjang.

Hal-hal sial selalu saja menimpa dirimu heh?

Dia benar-benar tidak ingin ini terjadi, tidak tahu kenapa ini bisa terjadi, dan terlalu lelah memikirkan hal yang terjadi saat ini.

Revander dan Tobito berjalan mendekati keempat orang dewasa yang tampak berhenti dengan obrolan mereka saat melihat mereka berada di sana.

Tatapan bingung terlihat jelas pada wajah mereka.

“Dek?”

Tobito meletakkan mapan berisik pesanan mereka di atas meja dengan senyuman hormatnya.

“Tuan, Nyonya.” Pria pirang itu sedikit membungkukkan tubuhnya memberi sebuah penghormatan kepada orang tuanya.

Gadis itu sedikit mengepalkan tangannya perlahan, berusaha menghilangkan kegugupan yang sudah memenuhi hati dan pikirnya hari ini.

Terus sekarang apa yang harus dia katakan kepada mereka?

Pertanyaan bagus Revander, apa yang akan kamu katakan kepada mereka sekarang ini?

Gadis itu kembali menghela nafas panjang.

Dirimu tidak membantu sama sekali, dan kamu tahu itu bukan?

“Ya, Bu.... adek pergi dulu ya...”

“Kemana?” tanya pria paru baya itu sedikit meninggikan suaranya seperti biasa.

Seperti biasa

Namun masih tetap berhasil membuat bulu kudu sang gadis langsung berdiri bahkan di tengah-tengah keramaian pesta seperti ini.

“Teman..... teman adek datang, jadi..... adek mau menyapanya sebentar...”

Ayolah otak bekerjalah untuk kali ini saja.

“Memang siapa temanmu?” suara pria paru baya itu semakin terasa tidak mengenakkan.

Dan dia yakin....

Dia yakin jika semakin lama dia berdiri di sini, semakin banyak ucapan-ucapan yang tidak penting terdengar dari mulutnya, maka hasilnya akan semakin tidak menyenangkan.

Uuuuhhh....

Ya memang siapa temanmu?

Teman kuliah yang sering kamu katakan kepada mereka selama ini?

Mau sampai kapan terus mengatakan hal itu kepada mereka?

Uuuuhhh....

Ya mau sampai kapan?

“Teman kuliah Nona Revander terdahulu, Tuan. Kebetulan sekali, suami dari pengantin adalah seorang rekan kerja dari perusahaan yang sama.”

Ahhh.....

Tobito, berusaha berkilah untuknya?

“Dan kedatangan saya kemari juga ingin meminta izin dari Anda orang tua Nona Revander, untuk membawa Nona ke hadapan Tuan saya.”

Err.....

Entah kenapa dia merasa itu bukanlah hal yang dapat membantu dia ataupun Tobito untuk sekarang ini.

“Ah... iya ayah, teman Reva...” tanpa sadar dia memegang tangan Tobito berusaha menarik mundur tangan pria pirang itu perlahan. “Jadi, adek pergi dulu ya, Yah....”

Dia bisa merasakan tubuh pria itu sedikit menegang, namun untuk sekarang dia tidak akan terlalu peduli dengan itu.

Yang terpenting sekarang adalah untuk segera pergi dari tempat ini.

Setelah beberapa langkah mereka menjauh dari meja itu, Revander pun melepaskan genggamannya dari Tobito.

“Maafkan aku Tuan Tobito, aku tidak bermaksud...---“

“Tidak apa Nona Revander.” Balas Tobito masih dengan senyuman. “Seharusnya saya lah yang meminta maaf kepada Anda telah melangkah terlalu jauh ke dalam kehidupan pribadi Anda.”

Eeerr.....

“T-tidak masalah Tuan Tobito, itu bukan sebuah masalah sama sekali.”

.

Flauza menatap kepadanya dengan senyuman lebar khas miliknya seperti biasa.

Terduduk di kursi itu dengan kaki yang menyilang dan tangan saling bertautan di depan dada, pria berambut cokelat, berbaju batik hitam dan emas begitu elegan dan terlihat sangat mahal.

“Sejak kapan kamu datang ke sini?”

“Selamat siang My Revander.” Ucap pria itu dengan tenang, tatapan mata mereka berdua saling bertemu satu sama lain. “Bagaimana dengan kabarmu hari ini.” Lanjutnya lagi tanpa menguatkan suaranya lebih banyak walaupun mereka di tengah-tengah kebisingan yang cukup luar biasa.

Revander berdiri di depan Flauza, kepala gadis itu sedikit menunduk agar dirinya dapat menatap langsung kepada wajah pria itu.

Dia dapat merasakan beberapa pasang mata mulai menatap ke arah dirinya.

“Selamat siang juga Flauza.” Pria itu memukul pelan kursi kosong di sampingnya, memberi isyarat lembut untuk gadisnya duduk di sana.

Revander pun hanya diam dan mengikuti keinginannya.

“Kamu tidak memberi tahuku, jika kamu akan pergi ke sebuah pesta pernikahan juga.”

Flauza menatap gadis itu secara terus menerus.

“Haruskah aku?” balasnya dengan jenaka, seakan berusaha menggoda gadis itu agar memberikan dirinya ekspresi yang lebih beragam lagi.

“Welll, sebenarnya tidak harus....” sedangkan Revander masih hanya menatap ke depan dimana orang-orang masih tampak bernyanyi dan menari mengikuti alunan musik yang masih bergema kuat. “Aku datang tidak lama ini, hanya saja ini cukup mengejutkan, melihat seorang sepertimu datang ke pesta undangan seperti ini.”

Flauza tertawa mendengar betapa ketusnya suara gadisnya itu walaupun wajah itu tidak terlalu berumah banyak.

Ohhh....

Pria itu pasti menikmati hal ini bukan?

Tentu saja dia menikmati hal ini.

“Aku datang karena dia membuat sebuah pengumuman pesta pernikahannya dalam beberapa hari yang lalu.” Flauza mulai kembali berbicara. “dan hanya sebuah kebetulan saja, jika kita bisa kembali berjumpa di tempat seperti ini. Bukankah hal ini adalah hal yang bagus?”

Uhhh.....

Hal yang bagus?

Dan lagi.....

“Bagaimana pula bisa kamu mengetahui jika aku berada di sini?” tanya Revander lagi, tidak puas dengan penjelasan dari Flauza.

“Hmmmm.... bukankah aku pernah berkata untuk tetap mengaktifkan ponsel milikmu, beberapa hari yang lalu?”

Uuhhh.....

Dia bahkan lupa jika, pria ini sudah menyadap ponsel pribadinya.

“Penjelasanmu itu terdengar seperti sebuah bualan omong kosong semata.” Balas gadis itu lagi. “Dan kamu benar-benar melakukan sesuatu dengan ponselku?”

Pria itu kembali tertawa lebih kuat dari pada yang sebelumnya, dan itu berhasil membuat orang-orang benar-benar melihat ke arah mereka.

“Oohhh.... My Revander.... I never lie, never...” dan saat pria itu berhenti menatap kembali kepada sang gadis berambut hitam itu. “Specially for you...”

Entah kenapa dia dapat melihat kilatan mata cokelat madu itu seperti lebih terang dari pada sebelumnya.

Atau hanya efek biasan cahaya lampu ruangan ini?

.

.

.

“But,

...

....

...

I also never tell the truth, for people who I never care, who just mare pawn in my play game.”

.

.

.

Hah?

Gadis itu berkedip beberapa kali mendengar hal itu.

“Lagi pula, itu untuk keamanan dirimu sendiri, My Revander. Tidak kurang dan tidak lebih.” Pria itu kembali menatap lurus pada panggung pengantin di depan sana.

Sedangkan Revander?

Terdengar helaan nafas yang cukup kuat dari mulut gadis itu.

Tubuh gadis itu sedikit terbungkuk lemas, namun dia tidak berkata hal apa pun lebih jauh lagi.

Memang apa yang mau di tanyakan lagi?

Walaupun nanti bertanya, ujung-ujungnya menghasilkan hal yang sama bukan?

Jadi....

Ya sudalah......

Toh mau di apakah lagi?, hidupnya memang sudah seperti ini.

Seperti biasa yang dia lakukan.

Dengar, diam, dan di terima saja.

Iris hitamnya kini terfokus pada kedua pasangan baru itu, masih tersenyum menyambut tamu-tamu yang datang ke pada mereka, memberi sambutan dan ucapan selamat atas hari besar mereka ini.

Jika dilihat-lihat.....

Pesta pernikahan ini....

Mewah, indah, dan juga susunan acaranya juga rapi.

Kapan ya....

Dia bisa merasakan memiliki pesta pernikahan seperti ini?

Well.....

Dengan kondisi seperti ini?

Calonnya saja tidak ada sudah, mau mengayal-ayal memiliki pesta nikah yang mewah seperti ini.

Calon?

Itu laki-laki kaya yang sedang duduk dengan arogannya di sampingmu itu?

Apa maksudmu hah?

Kenapa?

Bukankah dia sesuai dengan kriteriamu.....~

Tampan, Kaya, dan bisa mendengarkanmu.....

Dan juga tidak perlu di ragukan lagi bukan? Pria di sampingmu itu adalah seorang yang cerdas dari segi mental dan intelektual.

Revander mendengus kesal, mendengar pemikiran randomnya yang tiba-tiba saja tidak jelas.

Heh?

Berhentilah berpikir yang aneh-aneh dasar sialan!

“Sesuatu di dalam pikiranmu, My Revander?” suara berat pria itu kembali terdengar tepat di telinga sebelah kirinya, membuat sang gadis refleks memundurkan dirinya dan melihat ke sumber suara itu.

“Flauza! Apa yang kamu lakukan?”

“Kamu terlihat sedang tenggelam di suatu tempat yang tidak bisa aku jangkau, maka dari itu aku berusaha menyadarkanmu.” Flauza menegakkan tubuhnya kembali. “Aku benar-benar penasaran dengan isi di dalam kepala kecilmu itu, My Revander.”

Kedua alis gadis itu terangkat tinggi membuat kerutan di kening putih berbedak tipis itu.

“Memang kenapa dengan isi kepalaku?”

Tangan kekar Flauza terangkat perlahan, mengelus lembut rambut hitam yang ter sanggul indah itu. “Tidak ada yang salah dengan isi kepalamu, namun jika aku mengetahuinya, mungkin ini akan membuat segalanya lebih muda.”

“Kamu berkata dengan arti yang sulit di mengerti lagi...”

 “Apakah kamu lapar My Revander? Ini sudah melewati jam makan siang.”

“aku...? tadi sih sudah makan, kamu sendiri bagaimana? Tadi saat aku mencoba makannya, masakkan mereka cukup pedas.” Sang gadis terus memberi pertanyaan demi pertanyaan kepada pria itu.

Iris mata kecokelatan pria itu kembali melembut.

“Aku belum menikmati hidangan di tempat.” Balas Flauza dengan tenang. “Aku tidak berniat untuk menikmati hidangan di tempat seperti ini.”

“Hah? Kenapa?”

Flauza tidak menjawab pertanyaan gadis itu lagi.

“Kamu tidak pernah datang ke pesta pernikahan seperti ini ya?” tanya Revander lagi.

“ya....” gumam pria itu singkat masih dengan senyuman yang tidak berubah. “Ini pertama kalinya.”

“Dan kamu tidak menikmatinya.” Celetuk Revander.

Flauza tertawa kecil. “Kamu tidak salah.”

Gadis itu kembali menghela nafas sejenak, dan bangkit dari kursinya. “Tunggulah sebentar di sini, mungkin kamu tidak bisa memakan hidangan utama di pesta ini, namun aku harap kamu tidak masalah dengan beberapa camilan kecil dan manis untuk di nikmati.” Revander meninggalkan sosok Flauza yang masih menatap dirinya dengan dalam itu.

Pergi ke tempat berbagai hidangan manis itu di sediakan dan kembali mengambil beberapa, kali ini untuk dirinya dan Flauza.

Beberapa menit selanjutnya sosok gadis itu kembali dengan mapan berisi dua gelas es buah dan dua piring kecil berisi kue-kue yang mungkin pria itu suka.

Well....

Selama ini dia tidak tahu pasti apa kesukaan pria berambut cokelat itu selain dirinya yang tidak terlalu tahan pedas, beberapa kali saat mereka makan bersama, Flauza tampak tidak terlalu memilih-milih makanan.

Dan saat dia memasak untuk pria itu.....

Dia hanya diam, tersenyum dan memakannya dengan hikmat.

Jadi.....

Selama ini dia merasa tidak terlalu susah mengikuti selera makan Flauza, kecuali mereka harus memakan, masakan kebarat-baratan.

Namun....

Itupun begitu jarang.

Sangat jarang,

Gadis itu meletakkan mapannya dan kembali duduk di samping pria itu.

“Ini...” Revander menyodorkan sepiring kecil berisi kue-kue itu. “Masakan mereka cukup enak kok, cobalah!”

Flauza menatap sekilas isi piring itu lalu tertuju ke gelas plastik yang juga baru dirinya letakkan di samping piring Flauza. “Aku....” tangan pria itu terjulur pelan mengambil kue cokelat lonjong yang di bungkus oleh plastik bening itu.

“Tidak tahu cara memakan, makanan seperti ini.”

“hah?!”

Flauza menoleh kepada sang gadis yang sedikit terkejut dan kebingungan itu. “Aku tidak tahu apa dan bagaimana menikmati makanan ini.”

Sedetik kemudian gadis itu tidak bisa menahan rasa geli dan gelak tawanya saat melihat ekspresi dari pria itu.

Tampan?

Kaya?

Dan cerdas?

Tapi.....

Lihatlah ini....

Lihatlah sesosok yang di anggap wah di mata kebanyakan orang-orang ternyata tidak mengerti untuk menikmati makanan sederhana seperti kue wajik ini.

“Ternyata Tuan Evangrandene, juga bisa tidak mengetahui sesuatu juga ya...” Gadis itu mengambil kue itu dari tangan Flauza, membuka plastik bening itu dengan satu gerakan dan meletakan sampahnya kembali pada piring kecil itu. “Ini adalah wajik, jika tidak salah kue ini dari Jawa, mungkin Jawa tengah? Aku juga tidak terlalu ingat itu.”

Revander menyodorkan kue itu ke pada wajah pria itu, dan di sambut oleh Flauza yang membuka mulutnya dengan perlahan. “Ini terbuat dari....., hmmmm..... Sticky rice, coconut milk and brown sugar, yang di masak secara lama dan di aduk perlahan.”

Flauza masih diam dan mengunyah kue itu secara perlahan. “bagaimana?”

Tanpa dirinya sadari....

Iris hitam gadis itu sedikit bersinar saat menceritakan tentang kue berwarna cokelat itu.

“Terlalu manis dan lengket.”

Revander kembali tertawa kecil kini jemarinya menekan kecil kepada hidung mancung pria itu, dan kembali mengambil kue lainya. kali ini satu dari dua kue berwarna hijau bulat dan di taburi sesuatu yang putih.

“Yang ini namanya klepon, bahan dasarnya masih sama tapi cara pembuatannya jauh berbeda.” Dia kembali menyodorkan kue itu kepada Flauza, dan pria itu hanya menerimanya dalam diam.

Saat kue bulat hijau itu sepenuhnya masuk ke dalam mulut pria itu, dan gigitan pertamanya sesuatu seperti ledakkan kecil terasa di dalam mulutnya.

Dan itu berhasil membuat pria yang biasanya selalu menunjukkan sifat dominan dan intimidasi itu, sedikit terkejut dan tidak siap akan hal itu.

Dengan cepat Flauza menutup mulutnya dengan salah satu tangannya, tetapi itulah yang membuat sang gadis berambut hitam itu kembali tertawa melihat reaksinya.

Diapun segera mengambil tisu merah muda yang sengaja dia bawa juga, menarik tangan yang menutupi bibir pria itu, dan mengilapnya lembut.

“Terkejut?”

Flauza hanya menggeram pelan kepada gadis itu. “Tapi enak bukan?”

Iris mata cokelat terang milik pria itu masih tetap menatap dalam, mengawasi setiap gerak gerik dari sang gadis di sampingnya itu.

“Masih terlalu manis, dan juga sedikit lebih lengket.”

“hahaha.... kedua kue itu adalah kue kesukaanku. Sudah lama aku tidak memakannya.”

“Kenapa?”

“hmmm...?”

“Kenapa kamu sudah lama tidak memakannya?” ulang Flauza lagi, masih tetap menatap dalam sang gadis itu, suaranya sedikit memberat dan juga nada jenaka itu perlahan menghilang.

“Kenapa ya? Mungkin karena kue itu hanya di buat jika ada sebuah pesta pernikahan ada pula.” Balas Revander, mulai melahap salah satu kue bulat hijau itu dengan menggigit setengah bagiannya saja. “Atau karena cara memasaknya yang terlalu memakan waktu yang lama.”

“Bukankah kamu bisa membelinya kepada orang lain?” ucap Flauza dengan nada datarnya.

Ah....

Benar juga dengan pernyataan pria itu.

Tetapi.....

“Aku tidak memiliki terlalu banyak uang, untuk dapat membeli kue-kue seperti ini.” Jawab Revander santai sedikit menyandarkan dirinya sendiri pada kursi itu. “Mungkin..... harganya tidak seberapa, dua ribu untuk tiga? Atau sekitar lima ribu? Aku kurang mengetahuinya.” Lanjutnya lagi. “Tapi tetap saja, jika kamu tidak memiliki uang dan juga tidak bekerja, harga-harga murah itu tetap terasa mahal bagimu.”

Tutup gadis itu dengan melahap sisa kue hijau bulatnya itu sembari tersenyum lirih menatap lurus ke depan pada panggung pengantin di sana.

Entah kenapa, dari akhir ucapannya itu.

Terasa seperti keheningan yang memekakkan telinga di tengah-tengah kebisingan musik-musik pada pesta pernikahan ini.

Flauza yang mendengarkan hal itu juga, sedikit terteguh walaupun pria itu berhasil menutupi itu dengan cepat.

“Apakah, kamu ingin dua kue ini ada di saat kamu mengadakan sebuah pesta di masa depan, My Revander?”

Sang gadis yang masih dengan senyuman yang sama.

“Tentu saja, mungkin dengan begitu aku bisa memakan keduanya dengan lebih puas lagi...”

.

Seorang pembawa acara kembali berdiri di bawah panggung pengantin itu, kini orang itu mengatakan bahwa ini adalah waktunya untuk melakukan ‘siraman’ kepada kedua pasangan pengantin dari keluarga utama dan keluarga besar kedua mempelai.

Ahhh....

Ya....

Tradisi ini.

“Apa maksud dari hal ini?” tanya Flauza lagi, kini suara berat pria itu terdengar kembali normal.

“Itu hanya sebuah tradisi lama yang entah masih saja bertahan hingga sekarang.” Sekilas gadis itu menoleh ke belakang, mencari-cari keluarganya yang masih berkumpul di meja bundar yang sama itu.

“Apa kegunaannya?”

Revander mengangkat bahunya sekilas, sebelum kembali duduk dengan lurus menatap kedepan.

Kini panggung pengantin tampak lebih ramai dengan orang-orang asing yang dia duga itu dari keluar sang mempelai pria tengah melakukan tradisi siraman itu.

“Kamu tahu, seperti kebanyakan tradisi, tradisi lainnya, di katakan jika melakukan hal ini, untuk memohon berkat kepada Tuhan dalam kehidupan pernikahan mereka di masa depan.”

“apakah itu benar-benar terjadi?”

“hmmm...?”

“Berkat yang kamu pinta dengan melaksanakan tradisi ini, apakah itu benar-benar terjadi?”

Berkat dalam kehidupan berumah tangga di masa depan?

“Sejujurnya..... aku juga tidak tahu tentang itu.” balas Revander. “Seperti yang ku katakan ini memang tradisi, atau mungkin semacam kebiasaan yang di lakukan saat pernikahan terjadi. Dan tentang kebenarannya.....Emmmm...”Revander mengedikkan bahunya dan sudut bibirnya sedikit terturun ke bawah. “Tidak ada yang tahu dengan hal itu.

“Terdengar seperti sesuatu yang membuang-buang tenaga dan waktu.”

Well.....

Tanggapan pria itu tidak salah.

“Jika kamu berpikiran seperti itu, bahkan melakukan pesta semewah ini jugalah hal yang membuat orang membuang tenaga, waktu dan juga tentu saja uang.” Balas Revander kini sang gadis mengambil gelas plastik berisi es buah yang tidak terlalu lagi dingin.

“Tetapi....” Revander meletakkan kembali gelas itu. “Terkadang sebuah hari kebahagiaan, tidak ada ruginya pula untuk di rayakan bukan?”

.

Lama percakapan antara keduanya terjadi, seorang bocah yang ida kenali datang membuat keduanya berhenti seketika.

“Iziq?” Revander mengedipkan matanya beberapa kali melihat sang keponakan terbesarnya itu datang kesini. “ada apa?” gadis itu mengangkat bocah laki-laki itu dengan lembut dan meletakkannya di atas pangkuannya.

“Tante, papi bilang sudah mau waktunya giliran kita.” Gumamnya bocah itu dengan sedikit cadel, walaupun umurnya masih empat setengah tahun. Revander semakin tersenyum lebar, dan mencium gemas pipi tembam bocah itu.

Tetapi bocah itu terus melihat ke arah pria yang juga masih menatap kepada mereka berdua.

“Om ini siapa Tante Reva?”

Ahh...

“Nama om ini Flauza, teman tante.” Balas Revander sedikit menaik turunkan bocah di pangkuannya ini.

“Om Flauza?” beo sang bocah.

“Iya...”

Pria itu tidak menjawab atau menyahut sedikitpun. “Coba kenalin diri Iziq dulu sama om Flauza, bagaimana?”

Bocah itu mengangguk menuruti perkataan gadis itu. “ Halo....om Flauza, nama saya... Iziq.” Lanjut bocah itu sedikit terbatah, tetap cukup percaya diri. “Iziq....”

“Keponakan....”

“Keponakan....”

“Tante.....”

“Tante.... Revander.” Gadis itu bertepuk tangan pelan merayakan keberhasilan kecil yang di capai oleh bocah kecil yang tersenyum dengan senang dan bangga, sedikit malu itu.

“Nah, sekarang tinggal si Omnya yang membalas....”

Flauza menaikkan kedua alisnya. “Apa yang ingin aku balas, My Revander.” Gadis itu mendengus kecil melihat pria itu, seperti tidak mengerti maksudnya.

“tentu saja membalas balik, memperkenalkan dirimu dengan Iziq!.... ayo cepat sedikit!, jangan bilang jika kamu tidak pernah memperkenalkan dirimu kepada orang lain?”

“hmmm.....”

“Jadi tidak pernah?”

Apa benar pria itu tidak pernah memperkenalkan dirinya kepada orang lain?

Hah?

“Bagaimana?” tanya Flauza lagi.

Hah?

“Kamu hanya perlu mengucapkan halo dengan senyuman ramah, lalu perkenalkan namamu.” Padu dan gadis dengan lembut, mengarakah sang pria itu dengan apa yang harus dia lakukan dalam hal-hal sederhana seperti ini.

Flauza memfokuskan pandangannya ke pada bocah laki-laki itu.

Tersenyum...... kaku?

“Halo Iziq..... Nama....—“

“Nama Om....”

“Nama Om, adalah..... Flauza Evangrandene.”

Ohh......

Lihatlah ini....

“Dan....”

“Dan.... Om adalah....teman... tantemu...?” sungguh hal yang benar-benar langkah bisa melihat sisi pria berambut cokelat ini sedikit menjadi kaku, di saat dirinya biasa terlihat begitu percaya diri, begitu arogan, dan begitu mengintimidasi orang-orang.

Revander bertepuk tangannya lagi, seakan merayakan keberhasilan kecil dari apa yang Flauza lakukan ini.

Dan gelak tawa sang gadis juga menyusul.

.

“Reva...!” suara lainnya itu berhasil menghentikan gelakkan tawa sang gadis, suasana hangat di tengah keramaian itu seketika berubah dan berhenti.

“Sudah giliran kita!.” Lanjut suara itu lagi.

Ahh.....

Betapa waktu cepat berlalu di saat kita mulai merasa bersenang-senang dengannya.

“Tampaknya aku harus pergi...” Revander memperbaiki sedikit posisi bocah kecil itu sebelum bangkit dan menggendong sang keponakan itu. “Maaf ya Flauza, aku pamit dulu.” Iris hitam sang gadis kembali bertemu dengan cokelat madu pria itu.

Sekilas....

Revander dapat melihat rasa ketidak senangan dari dalam mata indah itu.

Tapi....

Itu juga dengan cepat menghilang, saat pria itu hanya tersenyum jenaka kepada dirinya seperti biasa.

“Baiklah, My Revander.... dan terima kasih telah menemaniku.” Revander mengangguk pelan.

“Ayo Iziq, pamitan kepada om Flauza dulu.” Dengan pelan dia mengangkat salah satu tangan bocah itu, melakukan gerakan lembut melambaikan tangan kecil itu.

“Selamat tinggal Om Flauza, Iziq pamit dahulu ya....”

Dan pria itu.....

Membalas ragu lambaian tangan sang bocah kecil dalam gendongan gadisnya itu.

.

.

.

Perlahan seiring langkah kaki-kaki gadis berambut hitam itu menjauh melewati keramaian di tengah pesta pernikahan itu.

Rasa berat itu kembali terasa.

Satu meja bundar yang terletak pada barisan terdepan itu.....

Kembali terasa sunyi dan berat.....

Menyisakan sosok pria yang masih mengangkat tangannya walaupun sudah tidak memberikan lambaian itu lagi, karena seorang itu telah menjauh, mengikuti langkah-langkah orang-orang itu di terbelakang.

Senyuman dan tawa lepas yang baru saja terasa beberapa menit lalu kini sudah menghilang.

Dan di gantikan sebuah tatapan kosong dari mata hitam indah yang kembali menjadi gelap.

.

.

.

.

.

.

.

Flauza mendengus kuat saat kembali melihat semua itu.

Melihat senyuman yang berhasil dia dapatkan dari gadisnya yang tertawa lepas kepadanya. Kini semua usahanya langsung hilang tidak bersisa.

Matanya masih tak lepas, dari sang gadis yang kini melakukan tradisi yang tadi sempat mereka bicarakan.

Sebuah perbincangan santai, yang mengalir begitu saja secara natural terjadi di antara mereka, setelah beberapa hari tidak saling melihat dan memberi kabar.

And yet.....

Itu semua hanya bisa dia nikmati secara sementara.

Sementara.....

Dan dia......

Tidak puas akan hal ini.

“Tobito.....” panggil Flauza kembali menyilangkan kedua kakinya, dan melipat tangannya di depan dada.

Kini gadis itu tampak sedang mengobrol sesuatu kepada pengantin perempuan itu, dan begitu jelas dia merasa gugup dan tidak nyaman akan obrolan itu.

Damn It.....

Jika saja dia mengetahui apa yang mereka bicarakan.

Dan jika saja dia mengetahui apa yang sedang di pikirkan gadisnya itu.....

Mungkin saja ini semua akan lebih muda untuk dirinya mempertahankan senyuman dan tawa indah gadisnya itu.

“Have you got something interesting?” ucap pria itu lagi tak mengahlikan perhatiannya dari sang gadis itu.

“Beberapa tentang keluarga, pekerjaan penghasilan, pendidikan mereka, dan hal-hal pribadi lainya Tuanku.”

Flauza kembali mendengus kasar.

“All of those things are things that are not very useful to Tobito. Are you try make

disappointed me again, Tobito?” Itu bukanlah hal yang ingin dia ketahui.

Bukan.....

Dia ingin mengetahui tentang gadis itu.

“But my Lord......” Tobito kembali berbicara. “There is something quite interesting about the information, my lord.”

Flauza melirik sedikit kepada pria pirang yang masih berdiri di samping belakangnya itu. “Speak.”

“It was reported that Miss Revander's mother had experienced an unpleasant dismissal from her job first, but when I delved deeper, the dismissal occurred because Miss Revander's mother had experienced a significant decrease in work within three consecutive months.”

OOhh......

Sebuah informasi yang menarik, Indeed.

Kini sang gadis yang telah turun dari panggung pengantin itu, kembali berkumpul pada orang-orang yang dia sebut keluarga itu tampak tengah berbicara satu sama lainnya.

Tetapi tidak kepada gadisnya itu.

Flauza menerangi melihat semua hal itu.

Saat keluarga gadisnya mulai kembali melangkah pergi meninggalkan keramaian itu, dengan perlahan-lahan pandangannya juga terhalang oleh keramaian orang-orang berlalu lalang di sana.

Sedetik berikutnya pun Flauza bangkit dari duduknya itu.

Sudah tidak ada hal yang menarik lagi dari tempat sesak, berisik dan memuakkan ini.

“In that case, now is the time for us to take the leave Tobito. And don't forget to explain in detail any information you have obtained.”

“As You Wish My Lord.”

.

.

.

.

.

.

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir nich /Hey/
Er and Re: makasih udah mampir kak
total 1 replies
Noveria_MawarViani
ku berikan bunga untukmu
Noveria_MawarViani
aku datang
R 💤
hello q mampir thorr
R 💤: siap Kaka, bacanya nyicil duluu yaa 🙏🏻🤗
Er and Re: Terima kasih udah mampir kakak :)
total 2 replies
R 💤
belum tentu bisa dapat, susah cari kerja mah,, kadang malah gampang lewat online.. ya gak thor
Er and Re: kalau datang langsung malah gak jelas jalan kemana buat cari kerja XD
total 1 replies
Noveria_MawarViani
penasaran, nanti mampir lagi
Er and Re: makasih udah mampir yah kak :)
total 1 replies
Noveria_MawarViani
mampir juga ya kak
Noveria_MawarViani
selalu pesimis sepertiku
Noveria_MawarViani
cari kerja susah amat yak
Junta's mommy
sudah mampir ya Thor!
absen dulu aku
Er and Re: terimakasih udah mampir yah Kaka/Smile/
total 1 replies
Ario~𝖒𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☪
Kak, ini ceritanya bagus bgttt, aku nyicil sampe sini dulu yaa hehehe... alur dan penulisannya sudah okee, cuman ada bbrp yg perlu dibenahi, sperti penggunaan [di–]. Jadi kalau dia termasuk kata kerja, mereka harus disambung, contoh: dimakan, disinggahi, diduduki. Kalau kata tempat harus dipisah, contoh: di dermaga, di depan, di sana. that's right, yg lainnya udh sipp pokonya, semangat nulisnya ya kaa/Determined//Determined/
Er and Re: terima kasih sudah mampir ya kak /Smile/
total 1 replies
M.S
udah mampir kakak
Er and Re: makasih sudah mampir ya kak :)
total 1 replies
Er and Re
di Konoha si setahuku kak
angga
ini di negara mana , kalau di Indonesia susah nyari loker hehe
🔴🍁⧗⃟ᷢʷ🍌 ᷢ ͩ✨W⃠J͢aeᷢz°⚡♚⃝҉𓆊
Mampir⛹🏻‍♂️⛹🏻‍♂️
Er and Re: makasih sudah mampir kakak 😘
total 1 replies
Lestari
ceritanya bagus,tetep semangat ya . jangan lupa mampir 😉
Er and Re: makasih banyak udah mampir yah kakak
total 1 replies
saijou
Bahasa yang digunakan enak banget dibaca, sampe lupa waktu.
Er and Re: terima ksih banget telah mampir dan baca cerita punya ku kaka <3
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Bagus banget!!! Aku suka banget ceritanya 🥰
Er and Re: makasih ya kak telah menyukai cerita buatan aku <3
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!