NovelToon NovelToon
CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pembantu / Pernikahan rahasia
Popularitas:190.1k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

Sean, seorang Casanova yang mencintai kebebasan. Sean memiliki standar tinggi untuk setiap wanita yang ditidurinya. Namun, ia harus terikat pernikahan untuk sebuah warisan dari orang tuanya. Nanda Ayunda seorang gadis yatim piatu, berkulit hitam manis, dan menutup tubuhnya dengan jilbab, terpaksa menyanggupi tuntutan Sean karena ulah licik dari sang Casanova.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8

"Kamu masak apa?"

Nanda yang tengah memasak sup ikan patin menoleh. Sean berjalan masuk ke dapur dengan rambut basah yang sedang ia keringkan menggunakan handuk kecil. Lelaki bertubuh kekar itu mengenakan kaus krem dan celana pendek. Ia duduk setelah menarik kursi dan langsung menyomot satu pergedel di atas meja.

"Sup ikan patin dan pergedel," sahut Nanda cepat, lalu buru-buru menarik piring berisi pergedel menjauh dari Sean. Lelaki yang sedang mengunyah itu langsung mendelik padanya.

"Aku hanya masak untuk diri sendiri. Kalau Kak Sean habiskan, aku makan apa?"

"Kamu kok pelit sekali."

"Kakak nggak bilang kalau mau pulang. Jadi, aku masak untuk diri sendiri."

"Itu masih ada lima pergedel. Apa mau kamu makan semua?"

"Kalau dibiarkan, pasti sudah habis sebelum nasi matang."

Sean tertawa tanpa suara. "Oke, aku harus bayar berapa untuk bisa makan itu?"

"Pergedel atau satu porsi makan?"

"Ck! Satu porsi makan!"

"Sebentar, biar kuhitung." Dengan piring pergedel masih dalam dekapan, Nanda mulai menghitung dengan jarinya. "Dua puluh lima ribu."

Sean mengeluarkan selembar uang biru. "Untuk dua kali makan."

Dengan senyum merekah, Nanda segera menarik uang itu dan memasukkannya ke dalam saku.

"Senang banget."

"Tentu saja, ini uang. Tidak ada wanita yang menolak uang."

Melihat wajah Nanda yang berseri-seri, Sean merasa geli. "Cepat sajikan makananku! Pelanggan sudah lapar," ujarnya, menirukan gaya seorang pembeli kelaparan.

"Baik, tunggu sebentar, Tuan!"

Nanda kembali mengaduk sup ikan patinnya, mengoreksi rasa, lalu menambahkan sedikit penyedap. Setelah yakin pas, ia mematikan kompor dan memindahkan sup ke wadah, kemudian meletakkannya di meja bersama piring pergedel tadi.

Ia menyiapkan dua piring—satu untuk dirinya, satu untuk Sean. Mengambil nasi, menuangkan sup patin di atasnya, dan menambahkan pergedel serta sambal.

"Silakan dinikmati," ucapnya sambil meletakkan piring di depan Sean.

"Ini cukup menggugah selera."

Nanda tersenyum, lalu mengisi piringnya sendiri dengan nasi, sup ikan patin, pergedel, dan sambal.

"Boleh aku memberi nilai?" tanya Sean setelah dua suapan masuk ke mulutnya. "Ini rating jujur."

Nanda tidak langsung menanggapi. Ia menengadahkan tangan untuk berdoa, lalu terdengar suara "Aamiin" dari bibirnya.

"Silakan. Mana tahu nanti aku bisa buka restoran seperti Tante Gea."

"Bintang empat setengah."

Nanda mengernyit, urung memasukkan suapan ke mulut.

"Kok pakai setengah? Kenapa nggak sekalian lima? Dibulatkan gitu," cetusnya sebelum akhirnya menyuap nasi ke mulut.

"Aku nggak suka ikan patin. Rasanya kayak makan tanah."

"Oh, itu karena nggak pandai ngolahnya. Coba deh makan patinnya, ada rasa tanah nggak?"

Sean melirik potongan ikan patin di piringnya.

"Coba dulu, Kak. Baru kasih rating. Baru juga coba pergedel sama supnya. Ikannya belum, udah komplain dan kasih rating."

"Ogah, aku nggak suka."

"Kenapa nggak suka?"

"Kan udah kubilang tadi, rasanya kayak tanah!"

Mata Sean membola saat Nanda dengan cepat memasukkan sepotong ikan patin ke mulutnya.

"Kamu!? Berani sekali!!"

"Kunyah, kunyah, telan."

Sean makin mendelik pada wanita itu, sementara tatapan Nanda justru lembut.

"Kunyah, kunyah, telan. Baru kasih rating. Masa cuma gara-gara patin ratingku turun setengah," gerutu Nanda sambil cemberut.

"Kunyah, kunyah, telan!"

Tatapan mereka beradu. Refleks, Sean menuruti kata-kata Nanda. Ia mengunyah, lalu menelan. Tidak ada rasa tanah.

Enak!

"Bagaimana?" Nanda menatap penuh harap.

"Tidak enak! Ratingmu jadi anjlok, dua setengah!"

Mata Nanda mendelik seketika. Jawaban Sean sungguh di luar ekspektasi.

"Masa sih?"

Nanda mencoba memakan ikan di piringnya sendiri—menggunakan sendok yang tadi ia gunakan untuk menyuapi Sean. Lelaki itu menatapnya dengan pandangan yang sulit dijabarkan.

"Enak kok. Enggak ada rasa tanah. Kayaknya lidah Kak Sean yang bermasalah."

Sean mendengus, lalu melanjutkan makan malamnya yang sempat tertunda.

Malam di Teras

"Bagaimana ngajar renangnya?"

Nanda menoleh ke sisi kanannya. Sean yang baru saja keluar ikut duduk di teras halaman belakang.

"Sampai sekarang semua berjalan lancar. Aku dapat uang, dan juga hiburan," ucap Nanda sambil meletakkan buku novelnya di meja di sisi kanan, sebagai pembatas antara dirinya dan Sean.

"Apa yang dariku masih kurang?" Lelaki itu menyelipkan rokok di bibirnya.

"Uang yang mana?" Kening Nanda berkerut.

"Uang yang mana kamu bilang? Setiap bulan aku selalu mengirimi kamu uang jatah bulanan. Harusnya aku nggak perlu bayar buat makan."

Sean menyembulkan asap rokoknya.

"Oh, yang itu? Kamu bilang itu gaji," Nanda mengangguk. "Jadi itu bukan nafkah."

"Dasar wanita!" Sean mendengus.

Mereka terdiam. Nanda kembali membaca, sementara Sean asyik dengan rokoknya.

"Kenapa di rumah?"

"Ini rumahku. Nggak ada larangan aku bermalam di sini."

"Ah, iya, iya, Tuan Casanova."

Sean terkekeh mendengar sebutan itu.

"Sepertinya kamu lagi dekat sama orang gudang."

Nanda tertegun, menatap Sean.

"Jangan kaget begitu. Aku tahu kamu sering pergi sama mandor gudang."

"Oh, Mas Irham? Dia keponakannya salah satu anak didikku."

Sean tertawa kecil. "Modusnya boleh juga," gumamnya. Masih terdengar oleh Nanda, dan ia merasa cukup kesal.

"Mau modus juga nggak apa. Yang penting nggak zina," sindir Nanda dengan senyum meremehkan.

"Apa maksudmu?" tanya Sean tak terima.

"Bercinta dengan sembarang wanita yang bukan istrinya itu sama saja zina."

"Ah, iya. Kamu kan istriku. Bagaimana kalau bercinta saja denganmu biar nggak zina? Humm?"

Nanda mendelik dan cepat-cepat beranjak.

"Ogah! Nanti tertular penyakit kelamin!" serunya sambil berlari masuk ke dalam.

"Apa!?"

Sean langsung bangkit. Merasa diremehkan, ia pun mengejar.

Nanda yang panik segera masuk ke kamar dan mengunci pintu.

"Hei! Buka!"

"Nggak mau! Nanti kamu perkosa!"

Sean tertawa jengkel.

"Baiklah. Kalau nggak mau buka, hati-hati saja nanti malam aku menyelinap ke kamarmu! Aku punya kunci duplikat!"

Nanda tersentak. Ia buru-buru menarik sofa, meja, dan apa pun yang bisa digunakan untuk mengganjal pintu.

Mendengar suara barang-barang bergeser, Sean tersenyum puas.

"Selamat tidak tidur tenang!" gumamnya, lalu berjalan menuju kamarnya sendiri.

1
Ari Yulianti Ziat
Menurutku tokoh nanda ini terlalu mementingkan orang lain, tp terkesan kurang peka dgn perasaan dan keinginan suami sendiri.🙏
Arin
Mentang-mentang lagi program hamil, Nanda suruh tiap hari pakai baju saringan tahu🤣🤣🤣🤣 modusnya Sean....
Raffi Djaya
nda nda kok ya harus dibeli dulu seumur hidup baru nurut tapi memang anaknya penurut sebenarnya tapi ya itu terlalu mandiri ya sudahlah semua sesuai jalan cerita hidup masing-masing hingga menjadi kisah
partini: dia ga kepikiran terlalu jauh ,jadi ga ngeh apa terlalu polos
Sean jg cuma kasih clue dah tau bininya polos setengah mati
total 1 replies
Asyatun 1
lanjut
Uthie
Nurut dan patuh selalu aja yaa Nanda 👍😁
Nur Adam
lnjut
sutiasih kasih
mata km yg sowek ismi.... g usah bilang nanda murahan... ato mnggoda....
jgn merasa km putih n cantik... tpi klo hatimu busuk buat apaaaaaa....😂😂
Djuriya Herdanu
seruuu..up lagi thor..mumpung liburan
Neng Tina
lanjut lgh dong kak
sutiasih kasih
karepmu khi opo sih neng malika....
di sentuh suami g mau.... suami mundur mlah salah sangka😂😂
Dartihuti
Nikmati ja Nanda...
partini
macam bola liar mengeliding ga tau arah 🤦
kalea rizuky
kapok supir g ada akhlak
kalea rizuky
supir lemes
Asyatun 1
lanjut
Raffi Djaya
ternyata begono alurnya kandang menghilang dan menghindari menenangkan pikiran agar lebih bijak dalam mengambil keputusan walau ya gitu jadi salah paham
yang baca juga
partini
weh Weh mau hamil tapi pikiran bejibun ,,ibu hamil tuh ga boleh terlalu banyak pikiran harus rileks happy Giman di kandungan dah setelah lahir tuh anak ,,apa ga tau resiko ibu hamil banyak pikiran weh Weh Sean teryata kamu masih OGEB
sutiasih kasih
wah ismi g kapok ya....
nasibmu itu brgantung dgn kputusan nanda ya....
sutiasih kasih
km tuh aneh nanda..... punya suami n keluarganya sayangnya ugal"an ke km.... mlah kmunya milih cowok lain...
Uthie
Senang dehhh dengan balikannya mereka jadi suami istri yg sebenernya lagii 👍😍🤗🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!