Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Disabotase
Sudah tiga hari sejak Zayden dan pasukan ksatria putih berkelana mencari pelaku yang disebut-sebut sebagai penyihir yang lebih agung dari Margaretta. Orang yang katanya ada dibalik semua ini.
"Yang Mulia, bagaimana jika istirahat dulu?" ajak Jay.
"Iya, kuda-kuda kita juga perlu istirahat." jawab Zayden.
"Baik, Yang Mulia. Kalau begitu kami akan membangun tenda di sini," ucap Jay lagi.
Zayden setuju. Ini tempat yang bagus untuk istirahat.
Saat ini Zayden dan Pasukan Ksatria Putih sedang berada di sebuah padang rumput yang sangat luas. Di depan tenda mereka, terhampar bunga-bunga liar yang indah dan berwarna-warni. Kupu-kupu terbang di atasnya dan jumlahnya banyak sekali. Di sepanjang padang rumput, pohon-pohon buah persik berjajar dan buahnya sangat banyak, kadang-kadang ada satu-dua monyet yang memakannya. Tempat itu bernama Padang Persik dan Madu, sebab di sana para petani mengumpulkan buah persik dan madu untuk dijual.
***
Sementara itu di istana, Arsha sudah keluar dari perawatan di Menara Medis. Selama tiga hari terakhir dia benar-benar berjuang mati-matian bernapas. Saat ini teman bicara Arsha sedang berkunjung ke istana, dia adalah anak perempuan seumuran yang berambut panjang dengan mata cokelat.
"Yang Mulia Putri, saya sangat senang karena kondisi Tuan Putri sudah membaik sekarang. Saya sangat merindukan anda," ucap anak itu.
"Terima kasih atas perhatian anda, Jeanette." jawab Arsha.
"Oh iya, saya membawakan hadiah untuk anda, Tuan Putri. Saya membelinya kemarin karena teringat dengan Tuan Putri. Lihat, saya juga membeli yang sama. Kita akan memakainya kembaran!" ucap Jeanette semangat.
Arsha bisa melihat kalau itu adalah gelang yang bagus. Warnanya biru berpilin indah dengan satu permata kecil sebagai mainannya.
"Bagus sekali gelang ini," puji Arsha.
"Saya membelinya karena berpikir ini pasti cocok dengan mata Tuan Putri." ucap Jeanette.
"Terima kasih, Jeanette." jawab Arsha sambil tersenyum.
"Izinkan saya memasangkan gelang ini pada Tuan Putri,"
Arsha tidak menolak saat Jeanette memasangkan gelang itu padanya. Jeanette sendiri sudah memakai gelang dengan model yang sama, hanya saja permata miliknya berwarna cokelat muda.
Setelah gelang itu terpasang, Jeanette dan Arsha saling menyejajarkan tangan mereka.
"Lihat! Cantik sekali! Ini adalah gelang persahabatan kita!" seru Jeanette riang.
Arsha tertawa, dia setuju.
Tanpa disadari oleh Arsha dan Jeanette, sesuatu dari semak muncul dan terlempar ke arah mereka. Setelah benda itu jatuh di dekat mereka, gelang yang mereka pakai bersinar terang dan sebuah ledakan muncul. Itu adalah ledakan sihir.
"Yang Mulia Putri!" panggil Deon saat melihat ledakan sihir yang kuat dan besar meliputi seluruh tubuh Arsha dan temannya Jeanette.
Elyri segera melapor pada Baginda Raja. Dia datang dengan tergesa-gesa dan sangat panik.
"Baginda! Tuan Putri terkena ledakan sihir!" seru Elyri dengan suara bergetar. Dia menerobos masuk ke ruang rapat tanpa izin terlebih dulu.
Raja Finn tersentak, begitu pula dengan para menteri yang ada di ruangan itu. Tanpa basa-basi, Raja Finn bangun dari duduknya dan berlari ke taman dimana Arsha dan Jeanette sedang berbincang.
Raja Finn menggunakan kekuatan cincin yang dimiliki khas oleh para raja, kelak cincin itu akan diwariskan pada Zayden juga. Itu adalah cincin yang didalamnya sudah diisi oleh spirit cahaya.
Dalam sekejap, spirit cahaya keluar dari cincin itu dan masuk ke dalam ledakan sihir. Seketika ledakan dahsyat terdengar karena spirit dan sihir beradu. Lalu perlahan keadaan mulai pulih, pandangan kembali normal dan tidak ada lagi kilatan cahaya yang muncul.
Taman istana berantakan porak poranda seperti baru saja diterjang angin topan. Arsha dan Jeanette terbaring tidak sadarkan diri. Kondisi mereka berdua sangat buruk. Gelang persahabatan mereka pun rusak.
"Panggil Guardian!" titah Raja Finn.
Bergegas, Deon menuju ke tempat Guardian dan menyampaikan kabar itu.
Raja Finn menggendong tubuh Arsha yang terkulai lemah, di tubuhnya ada banyak luka. Pun begitu dengan Jeanette yang digendong oleh ksatria pengawalnya. Mereka berdua lantas dibawa ke Menara Medis untuk mendapatkan perawatan.
****
"Bagaimana kondisi putriku?" tanya Raja Finn cemas.
"Kondisi Tuan Putri kritis, Baginda. Beliau perlu perawatan intensif, luka-lukanya sangat parah." jawab Cedric.
"Lalu bagaimana? Apa yang harus kulakukan agar putriku selamat?" tanya Raja Finn.
"Kita perlu bunga bulan, Baginda. Jika kita mengambil sedikit saja sari bunga bulan dan meminumkannya ada Tuan Putri, Tuan Putri pasti akan segera sembuh." jawab Cedric serius.
"Lalu apalagi yang kau tunggu? Ambillah bunga itu!" titah Raja Finn.
"Sayangnya tidak semudah itu, Baginda. Bunga bulan hanya tumbuh di Bukit Harapan setiap tanggal tiga puluh di bulan ke enam, lalu setelah mekar, bunga itu akan gugur satu per satu kelopaknya saat sudah dua puluh empat jam." jawab Cedric lagi.
"Bukit Harapan? Bukankah bukit itu hanya mitos? Jangan memperdayaku!" seru Raja Finn.
"Saya bersungguh-sungguh, Baginda. Bukit Harapan itu benar-benar ada." ucap Cedric serius.
"Apa kau pernah melihatnya?" tanya Raja Finn.
"Tentu saja, Baginda. Bukit Harapan tidak akan muncul jika seseorang berniat buruk padanya, Bukit Harapan hanya akan muncul kalau kita benar-benar mengharapkan sesuatu dan tidak punya niat buruk di balik itu. Bukit Harapan sama seperti yang diceritakan oleh orang-orang. Bukit itu luas dan indah dengan hamparan bunga bulan di mana-mana, bunga bulan menyala terang saat malam dan bersinar indah di siang hari. Sinarnya tidak menyakiti mata dan daunnya halus." jelas Cedric.
Terdengar seperti dongeng bagi Raja Finn, namun dia akan melakukan apapun untuk putrinya, meski itu harus mencari hal yang sama persis seperti di dongeng.
"Bagaimana kau bisa menemukan Bukit Harapan?" tanya Raja Finn.
"Apakah Baginda pernah mendengar kisah seorang anak yang nyaris kehilangan ibunya dan menemukan Bukit Harapan?" Cedric balik bertanya.
"Ya. Aku pernah mendengar dongeng itu," jawab Raja Finn.
Dokter Cedric tersenyum. "itu bukan dongeng, Baginda. Itu adalah kisah nyata. Anak laki-laki yang ada di cerita itu adalah saya. Dulu saat usia saya sebelas tahun, ibu saya mengalami sakit keras, beliau selalu mimisan dan mengalami demam tinggi. Suatu hari dokter datang memeriksa kondisi beliau dan mengatakan kalau umurnya tidak lama lagi, seharian itu saya menangisi ibu, menangisi nasib saya dan adik saya yang akan menjadi yatim piatu, sebab ayah saya pun telah tiada akibat terkena wabah. Satu-satunya keluarga yang kami punya hanyalah ibu. Lalu, saya teringat dengan buku metode penyembuhan yang pernah saya baca di perpustakaan kerajaan, di sana membahas tentang bunga bulan yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Berbulan-bulan saya mencari bunga itu bersama adik saya, tapi tidak ketemu juga, hingga akhirnya, suatu malam, saat saya mencoba mencari bunga bulan itu sendirian, sebuah bukit yang sebelumnya tidak pernah saya lihat pun muncul. Entah bagaimana munculnya. Dikarenakan keindahan bukit itu, saya pun masuk ke sana dan mendapati hamparan bunga bulan yang sangat luas. Itu adalah bunga bulan yang sama persis seperti yang saya baca di buku. Saya pun mengambil satu buah bunga bulan dan membawanya pulang untuk diberikan pada ibu saya. Dan ajaibnya, kondisi ibu saya langsung membaik." jelas Cedric panjang lebar.
Raja Finn melongo kaget. Ternyata dongeng itu sungguhan.
****