Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertanyaan Dave
"Apa maksudnya semua ini?" Tanya Dave masih kebingungan.
"Kita sudah tidak punya waktu. Jadi tolong kerjasamanya," sahut dokter.
"Buruan, mas. Itu anak kamu sedang bertarung nyawa di dalam. Pokoknya dia harus hidup, dia harus selamat," ucap Aulia.
Dave pun masuk ke dalam untuk diperiksa.
"Asya pasti bisa diselamatkan. Dia itu gadis yang kuat. Jadi tidak mudah baginya untuk mati." Ucap Vegam untuk memberi semangat pada Aulia yang tidak bisa berhenti dari tangisannya.
Aulia menoleh ke Vegam kemudian mengangguk. Keduanya saling diam. Tak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya isak tangis Aulia yang sesekali terdengar.
Vegam juga tidak mengajak Aulia bercanda seperti biasa. Karena pria itu tahu mana tempat yang tepat untuk bercanda, dan mana tempat yang seharusnya diam.
Di kediaman Dave. Lusia dengan tubuh bergetar penuh darah masuk ke dalam kamar.
Dia bingung bagaimana caranya bisa menyembunyikan semua bukti-bukti.
Lusia buru-buru menghubungi Aron.
"Hello, sayang." Jawab Aron.
"Aron! Aku tidak mau dipenjara. Aku baru saja membunuh Asya, dan saat ini aku sangat takut, Aron!" Ucap Lusia menjelaskan apa yang baru saja dia lakukan.
"Apa? Bodoh! Kenapa kau membunuhnya sekarang? Kita sudah punya rencana. Tapi kau terlalu buru-buru!" Panik Aron.
"Rencana kamu itu masih lama, Aron! Sementara kapan saja Aulia bisa membongkar rahasiaku!" Lusia kembali memarahi Aron.
"Kau pikir dengan membunuh Asya menggunakan tanganmu sendiri. Kau tidak berada dalam bahaya? Apa kau pernah berpikir? Semuanya akan terbongkar dengan sendirinya kalau Asya dimasukkan ke rumah sakit!" Bentak Aron.
Kali ini otak picik Aron sedikit meleset karena Lusia mengambil keputusan di luar rencananya.
"Tidak usah marah-marah! Ini aku harus bagaimana!" Lusia gemetaran.
"Cepat pergi dari rumah itu! Apapun alasannya kau harus segera pergi dari rumah itu. Kalau kau tidak ingin hidup mu berakhir dalam penjara!" Perintah Aron.
"Aku mau pergi ke mana?"
"Temui aku di tempat biasa."
Tit
Dasar Lusia bodoh. Dari dulu sikapnya tidak pernah berubah. Umpat Aron dalam hati.
Pria itu segera pergi dari rumah sakit untuk bertemu dengan Lusia.
Lusia mengganti pakaiannya. Kemudian ia juga mengambil beberapa helai pakaian dan dimasukkan ke dalam tas kemudian segera berlari turun ke lantai bawah untuk pergi dari rumah.
Tak sengaja ada seorang pelayan yang melihat dia berlari. Lah? Itu bukannya non Lusia? Kok dia bisa berlari? Apa aku salah lihat ya? Batin pelayan.
Sudah menunggu selama lebih dari satu jam. Namun ruang UGD masih belum terbuka juga.
Drrt drrt drrt
Tiba-tiba papa Aulia menghubunginya.
"Hello."
"Kau di mana, Aulia?" Tanya Badas.
"Aku di rumah sakit."
"Kirimi papa uang 5 miliar, papa lagi butuh uang,"
"Apa? 5 miliar? Aku mau ambil uang segitu gede dari mana? Papa jangan gila deh."
Tit
Aulia segera memutus panggilan daripada meladeni papanya yang hanya bikin pusing.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Vegam melihat Aulia yang tertekan.
"Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Mana ada seorang ibu yang baik-baik saja saat putrinya sedang berlawan dengan maut." Jawab Aulia berdiri dan mondar-mandir.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka lagi.
Aulia segera berlari menghampiri dokter. "Bagaimana, dokter? Apa putri saya bisa diselamatkan?" Tanya Aulia.
"Beruntung ibu cepat bawa putri ibu kemari. Dan akhirnya putri Ibu bisa diselamatkan."
"Alhamdulillah." Aulia memanjat rasa syukur saat mendengar putrinya ternyata bisa selamat.
**
Dalam ruangan inap.
Aulia berkaca-kaca melihat Asya yang terbaring lemas.
"Apa sebenarnya tidak aku tahu, Aulia?" Tanya Dave.