Scandal Si Kembar

"Rei?? Jee?." Panggil Rakha melihat sekeliling mencari keberadaan kakak dan mantan kekasihnya itu. "Kemana mereka? bukankah tadi mau membahas urusan kerja di sini?."

Luke datang. "Kenapa?."

"Kemana mereka? pindah kemana?." Ujar Rakha.

Luke yang peka menggaruk kepalanya tak gatal. "Tidak tahu, biarkan sajalah palingan ngobrol pindah ke ruang kerja Rei, ayo kita main tenis lagi."

"Kau saja aku harus mengecek Jee!.."

Luke menahan tubuh Rakha. "Sudah ayo, Rei tak akan memakannya mereka profesional sibuk bahas proyek, bekerjasamalah jangan diganggu."

Walaupun sempat ragu namun karena Luke benar-benar sewot, akhirnya mereka kembali ke tempat lain untuk bermain tenis meja kembali.

Sementara itu..

Di balik tiang yang remang-remang, Rei menindih tubuh Jee membekap mulut wanita cantik itu agar tidak bersuara.

Dirasa Rakha dan Luke sudah menjauh, Jee melepas tangan Rei. Ia ngos-ngosan. "Kenapa harus sembunyi lagi!?."

"Jika Rakha tahu kau menangis dan aku memelukmu, bagaimana reaksi dia? apa kau akan membiarkan itu terjadi."

"Ck!.." Decak Jee kesal, apa yang diucapkan Rei tak salah juga.

Rei tersenyum sekilas, mata keduanya saling tatap dengan jarak yang begitu dekat. Posisi intim ini membuat keduanya dejavu mengingat mas lalu.

Pipi Jee merona ia mengalihkan pandangan, Rei ini benar-benar bahaya dan berbanding balik dengan Rakha.

"Jika Rakha sudah tidak ada tolong bangunlah..."

Rei tak langsung menjawab, tubuh keduanya bergesekan. Pria itu dapat merasakan gunung kembar Jee yang kenyal dan montok mengenai dada bidangnya.

"S*it!.." Sepertinya sesuatu di bawah sana juga ikut bangun.

Setelah dirasa aman, dengan perlahan Rei bangun dari posisinya. Tanpa bicara apapun Rei berdiri dan berlalu pergi masuk ke dalam rumah, tujuannya kini adalah kamar mandi menyelesaikan apa yang harus diselesaikan.

Jee masih terlentang di lantai, saat bersama pria itu ada saja kejadian yang membuatnya tegang. "Jadi tidak ada urusan lain?."

"Syukurlah kalau dia baik-baik saja."

Jeni bangun dan duduk kembali di kursi, karena Rei hilang entah kemana Jee memilih mencari keberadaan Rakha.

"Apa sudah selesai?." Tanya Rakha excited ketika Jee datang.

"Ya.." Balas singkat Jee seraya merapikan rambutnya, ia tampak kikuk.

"Rei dimana?." Tanya Luke.

"Ah dia tadi masuk ke dalam."

"Bukannya kalian dari tadi di dalam?." Timpal Rakha.

Jee menelan salivanya. "Iya maksudnya Rei masih di dalam."

"Ouh."

"Mau pulang sekarang? ini sudah jam 9 kau harus istirahat." Lanjut Rakha yang tak mau Jee kecapean.

"Iya ay...

"Tunggu! tunggu dulu kalian jangan langsung pulang sementara Rei tak ada, bisa habis aku!." Potong Luke yang langsung masuk ke dalam.

"Apa hubungannya?." Heran Rakha.

"Tak apa dia memang atasanku." Balas Jee.

Rakha kadang cemburu jika Jee lebih memihak Rei walaupun bilangnya sekedar atasan saja. "Oke."

Luke mencari keberadaan Rei di kamarnya tetapi tidak ada, ia pun menunggu di depan kamar mandi lantai bawah karena mendengar suara air dari sana.

Tak lama Rei keluar, wajahnya merah dan ngos-ngosan. Luke mengedipkan matanya berkali-kali, namanya cowok ia langsung paham.

"You okey?."

"Ya." Singkat Rei sedikit lemas.

"Ada apa?."

"Itu katanya Jee dan Rakha mau pulang, mereka menunggu temuilah dulu." Jawab Luke.

"Apa mereka tidak bisa dipisahkan!?." Kesal Rei karena tak suka, mereka bebas leluasa sedangkan dirinya harus sembunyi-sembunyi dulu.

Sesampainya di halaman..

"Kita pamit." Ujar Rakha.

Tatapan Rei tertuju pada Jee, mendapati itu Jee langsung membungkuk hormat. "Jika ada sesuatu hubungi saja, terimakasih atas traktirannya tuan."

"Cih!." Decak Rei dalam hati. "Sangat pintar sekali menyembunyikan itu semua."

Saat hendak melangkah untuk pulang, tangan Jee di tahan Rei. Pria tampan itu melepaskan jaketnya lalu ia kenakan pada tubuh Jee. "Ini dingin, kembalikan besok saja."

"Baiklah terimakasih."

Rakha yang melihat tak suka juga, apa dugaannya benar?. "Sejak kapan kau jadi seperti ini terhadap sekretarismu?."

Rei tersenyum menyeringai. "Sejak sekarang."

Dirasa situasinya mulai tak mengenakan, Jee mendorong tubuh Rakha. "Sudah ayo kita pulang."

Greph!

Deg!

Jee terkejut saat tangan kekar Rei menahannya.

"Lepaskan sentuhan itu dari Rakha, atau ku beritahukan semuanya!."