Sakuel novel "Tabir Pernikahan."
Follow ig @tantye005
"Demi Allah aku bukan suamimu, kamu salah orang," ucap Ustad Azzam menundukkan kepalanya dan mundur beberapa langkah.
"Tapi aku yakin kamulah suamiku. Kamu menikahiku tiga hari yang lalu."
Kejadian tidak terduga terjadi pada ustad muda bernama Azzam. Pria itu tiba-tiba diklaim suami oleh perempuan yang tidak pernah ia temui sebelumnya. Namanya Hayya, gadis yang baru saja terbangun dari tidurnya setelah beberapa hari akibat kecelakaan. Gadis yang Azzam dan anak-anak temukan di pinggir sungai memakai gaun pengantin.
Lantas apa yang akan Azzam lakukan pada perempuan itu? Terlebih Hayya terus menganggap dirinya adalah suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 ~ Di Penjara
Azzam tidak suka situasi seperti ini, di mana ia harus satu meja makan bersama seseorang yang telah melukai istrinya. Namun, apa boleh buat, ini sudah menjadi keputusan keluarga Hayyah untuk memaafkan kesalahan Airin dengan catatan mencabut semua fasilitas yang diberikan oleh perempuan itu sebelumnya.
Ustaz muda itu sama sekali tidak bicara di meja makan, hanya menyantap sarapannya sebelum berangkat bekerja. Kali ini Azzam akan membawa Hayyah bersamanya karena tidak rela istri sebaik Hayyah harus tinggal dengan Airin yang bisa melakukan apa saja.
"Kak Hayyah, maafkan semua kesalahan aku selama ini. Termasuk berencana melenyapkan kakak hanya karena rasa iri dan cemburu di hatiku," ucap Airin tulus.
Hayyah tersenyum, meraih tangan Airin yang berada di atas meja. "Jauh sebelum kamu meminta maaf, aku sudah memaafkanmu Airin. Jangan lakukan hal berbahaya seperti itu lagi. Aku tidak marah padamu karena kejadian itu, bahkan bisa dikatakan aku bersyukur. Berkat insiden beberapa jam sebelum pernikahanku dengan mas Adam, aku bisa bertemu mas Azzam. Ustaz yang selama ini aku idamkan untuk menjadikannya suami."
"Mari mempererat tali persaudaraan tanpa harus menyimpan dendam, Airin."
"Tidak bisa seperti ini kak." Airin menarik tangannya dari sang kakak. Hatinya semakin terluka karena bukan kemurkaan yang ia terima, melainkan senyuman seolah tidak terjadi sesuatu. "Harusnya kak Hayyah mengusirku dari rumah papa. Bukankah dulunya aku dan mama penyebab mama kak Hayyah meninggal?"
"Aku tidak punya hak untuk mengusirmu, Airin."
"Oh iya, apa sampai saat ini suamimu belum pulang Nak?" tanya pak Haikal demi mengalihkan pembicaraan yang teramat serius di meja makan.
"Belum, Pa. Sepertinya hubunganku dengan mas Adam tidak akan berjalan mulus. Terlebih semuanya di awali dengan kebohongan."
"Memang tidak akan berjalan mulus!" sahut Adam yang baru saja datang. Di belakangnya ada dua polisi entah untuk apa.
Semua tatapan pun tertuju pada Adam, termasuk pak Haikal sebagai mertua.
"Ada apa ini Adam? Dan kenapa kamu membawa polisi ke rumah?"
"Untung menangkap Airin atas percobaan pembunuhan terhadap Hayyah. Sampai kapan pun aku tidak akan ikhlas jika orang yang telah menghancurkan kebahagiaanku berkeliaran dan berbahagia. Dia mencelakai Hayyahku."
"Maaf Adam, tapi dia bukan Hayyahmu, tapi Hayyahku-istriku," ralat Azzam yang tak terima ada seorang pria ingin mengambil miliknya.
"Kami sudah menyelesaikannya secara kekeluargaan, tidak harus ...."
"Menyembunyikan pelaku adalah kejahatan, Pa!" potong Adam. "Tangkap perempuan itu Pak. Semua bukti sudah di tangan lalu apa yang harus ditunggu lagi?"
"Saya adalah korban, dan saya tidak ...."
"Tangkap saya, Pak." Airin mengulurkan tangannya.
"Airin?" Hayyah menatap tidak percaya pada adiknya.
"Tidak apa-apa kak Hayyah. Ini hukuman untukku karena melakukan kejahatan. Tolong doakan aku agar mendapatkan hidayah di balik jeruji besi."
"Pasti." Hayyah melangkah dan memeluk adiknya. Tak pernah sekalipun ia menyimpan dendam pada Airin, terlebih mama Bella tidak pernah memperlakukannya layaknya anak tiri. Bahkan mama Bella sering kali membelanya dibandingkan Airin. "Kakak, Papa dan mama akan menunggumu keluar dari penjara," bisik Hayyah.
Airin mengangguk, memasrahkan tubuhnya di seret oleh dua polisi keluar dari rumah yang selalu menjadi tempatnya untuk pulang. Sekarang hanya rasa sesal yang menghinggapi hati. Harusnya ia tidak melakukan kejahatan mengatas namakan cinta, terlebih memperjuangkan pria yang tak pernah mencintainya.
Seseorang pernah berkata, jangan pernah mengejar pria yang tidak mencintaimu karena dia tidak akan mudah berpaling. Lebih baik menerima pria yang mencintaimu tetapi tidak kau cintai, lantaran hati seorang wanita mudah berpaling dan nyaman.
....
"Mama?" panggil Hayyah kala melihat mama Bella terduduk lesu di meja makan dengan tatapan kosongnya. Ia melirik sang suami. "Aku ingin menemani mama hari ini, apa boleh Mas?" tanya Azzam.
"Boleh, tapi jika terjadi sesuatu hubungi aku."
"Terima kasih." Hayyah pun mengecup punggung tangan suaminya yang hendak berangkat kerja.
Setelah kepergian Azzam, Hayyah pun duduk di samping mama Bella. Tersenyum dan menggenggam tangan wanita yang tak kalah cantik dari mama Hagia.
"Mama tidak sedih karena Airin masuk penjara, Nak. Mama hanya kecewa padanya. Andai saja dia tidak melakukan ini padamu, semuanya ...."
"Jangan memikirkannya lagi Ma."
"Mama sudah berjanji pada Hagia untuk menjagamu Nak, tapi mama gagal."
"Mama tidak gagal, jadi jangan bersedih. Dan berhenti menganggap bahwa mama adalah penyebab mama Hagia pergi," ucap Hayyah.
Semalam Hayyah mendengar mama Bella menangis tersedu-sedu di kamar tamu, memandangi foto mama Hagia dan meminta maaf sebesar-besarnya lantaran kehadirannya menyebabkan Hagia pergi. Padahal saat itu Bella hanya meminta pertanggung jawaban Haikal.
"Tapi itu adalah kenyataannya, Nak. Andai mama tahu bahwa papamu kala itu sudah menikah, mama tidak akan terbuai oleh rayuannya dan berakhir menghancurkan keluarga bahagia kalian."
....
Kantor ....
Azzam terus menatap Hasan yang baru saja datang ke ruangannya. Rambut bagian depan pria itu masih basah oleh air, sudah tidak heran karena waktu shalat zuhur baru saja selesai.
"Kenapa pak Azzam terus menatapku? Apa aku melakukan kesalahan terkait laporan?" tanya Hasan.
"Tidak, aku hanya penasaran tujuanmu terlalu rajin datang ke masjid akhir-akhir ini." Azzam mengulum senyum. Perusahaannya yang hanya mempunyai tiga lantai, tak membuatnya ketinggalan informasi jika berdiri di dekat jendela, memperhatikan suasana di sekitar kantor yang dekat dengan masjid dan katedral.
"Tidak ada tujuan selain beribadah, Pak."
"Aku mengira ada sesuatu." Azzam duduk di kursi kebesarannya. "Kamu ada niatan untuk menikah?"
"Hah?" Hasan sedikit terkejut dengan pertanyaan atasannya.
"Tentu saja aku berniat untuk menikah Pak. Hanya saja belum mendapatkan calon yang cocok mau menerima aku apa adanya. Mau hidup susah dan ...."
"Tidak ada seorang ayah yang merelakan putrinya hidup susah dengan pria lain, Hasan. Mereka banting tulang untuk membiayai putrinya agar berkecukupan dan mempunyai pendidikan yang layak dan kamu datang mengajaknya hidup susah? Yang benar saja, rugi dong." Canda Azzam di akhir kalimat. Istilah itu akhir-akhir ini ia dengar di sosial media.
"Maksud aku bukan mengajaknya hidup susah Pak Azzam, hanya istilah saja. Dengan kata lain aku mau memantaskan diri terlebih dahulu. Siap mental, batin dan harta." Hasan menyengir.
"Berarti belum siap?"
"Tunggu, pak Azzam bertanya mengenai kesiapanku untuk apa?" Hasan menarik kursi dan duduk di hadapan bosnya.
"Aku mempunyai kenalan yang sedang mencari calon suami untuk putrinya."
"Cantik?"
"Aku tidak tahu, karena sejauh ini yang paling cantik adalah istriku. Keluar sana, jam istirahat sudah lewat lima menit yang lalu!" perintah Azzam.
"Sepertinya aku salah mempertanyakan cantik tidaknya pada pak Azzam. Jelas dia tidak tahu, orang jika berbicara dengan lawan jenis hobinya menunduk terus," guman Hasan.
...****************...
Jangan lupa tebar kembang tujuh rupa sebanyak-banyaknya. Vote, subscribe dan usalan juga hehehe
Selamat membaca
kasian Azzam difitnah
padahal pengen baca kelanjutannya /Whimper/
mengenai pacarmu,sdh jelas orang seperti dia itu.kalau benar dia mencintaimu dg sebenar2nya tidak mungkin dia berniat mempermalukan dirimu,mengancammu.Tinggalkan laki2 seperti itu,bukannya membawa ke arah yg lebih baik malah menjerumuskanmu ke lembah dosa.