When You Forget

"Apa aku cantik kak Marco?" tanya Naya dengan suara manja.

Dia telah berdandan habis-habisan untuk pesta malam ini. Dan Nyonya Besar memenuhi janjinya untuk membuat Naya, satu-satunya wanita yang dapat mendampingi kak Marco di pesta itu. Tanpa perlawanan yang disebabkan oleh amnesia kak Marco.

"Kau ... Biasa saja" jawab kak Marco membuat Naya kesal. Padahal dulu hanya pujian yang diucapkan kak Marco padanya. Juga rayuan. Tapi sekarang ...

"Apa kak Marco tahu kenapa aku memilih gaun ini? Karena gaun ini membuat bentuk tubuhku terlihat jelas" katanya lalu berusaha menonjolkan dadanya yang hampir terbuka seluruhnya. Karena kain penutup bagian dada yang sangat minim.

"Dengar Nona. Aku tidak peduli kau siapa. Tapi aku hanya memiliki satu istri dan itu adalah Sara. Kau bukan siapa-siapa bagiku" ucap kak Marco membuat Naya semakin kesal.

"Kak Marco tidak bisa melakukan ini. Padahal sebelumnya kita sudah hampir melangkah ... "

"Ehmm"

Belum selesai Naya bicara, Nyonya Besar menghentikannya. Dasar Nenek tua menyebalkan, bagaimana Naya bisa membuat pria itu mengingatnya dengan cepat. Kalau semua langkahnya dipotong begitu saja? Lalu Naya teringat akan obat yang diberikan oleh ayahnya sebelum berangkat.

"Kita harus segera membuat Tuan Marco membuatmu hamil. Hanya satu tetes obat ini, akan memberikan apa yang kita inginkan. Kekuasaan, kekayaan dan semua kemewahan yang sangat kau sukai"

Naya mengeluarkan obat yang diberikan ayahnya lalu mencari minuman. Setelah memberikan setetes obat, dia kembali ke belakang Nyonya Besar.

"Kak Marco kelihatan lelah dan haus. Ini aku ambilkan minuman" katanya. Kak Marco mengambil minuman yang dia sodorkan. Belum sempat menyesap setetes minuman di gelasnya, Nyonya Besar mengajak mereka kembali berkeliling. Kak Marco meletakkan gelas itu di meja, membuat usaha Naya sia-sia.

Kembali berkeliling meredakan kekesalan Naya. Apalagi ketika semua tamu yang mereka temui menyebutnya Nyonya muda. Tapi dia tidak terlena dan kembali mengulangi aksinya. Mengambil minuman, meneteskan obat ke dalamnya. Lalu menyodorkan minuman itu ke tangan kak Marco. Saat dia kira semua akan berakhir sesuai rencana, sesuatu terjadi.

Wanita penggila uang itu. Wanita yang tak pernah diakui sebagai Nyonya muda keluarga Varamus sebenarnya, ada disana. Memakai gaun dan merias diri seakan berasal dari keluarga kaya. Berdiri di balik orang tuanya yang ternyata tamu di pesta ini.

Tanpa rasa malu sedikitpun, orang tua wanita itu berani mendebat keputusan Nyonya Besar. meletakkan Naya yang merupakan sepupu jauh di keluarga Varamus tepat di sisi kak Marco. Dan menepikan putri mereka yang jelas merupakan istri sah. Nyonya Besar tentu saja tidak dapat bicara apa-apa. Karena Nyonya Besar sangat peduli dengan citra keluarga di depan umum.

Naya ingin sekali merobek wajah wanita yang selama ini terus berada di dalam keluarga Varamus meski Naya telah berusaha keras untuk menyingkirkannya.

Tiba-tiba gelas di tangan kak Marco terangkat. Pria itu menenggak semua minuman yang ada di dalamnya. Tepat seperti yang diinginkan Naya. Ternyata pertemuan dengan wanita penggila uang itu dan keluarganya memiliki akibat baik baginya.

Karena pertemuan mendadak itu Nyonya besar juga memilih beristirahat dengan asistennya. Membiarkan Naya sendiri dengan kak Marco berkeliling ruangan.

"Sial, panas!!" keluh kak Marco. Tampaknya obat itu mulai bekerja.

"Benarkah? Apa kak Marco merasa tertekan dengan kehadiran wanita itu? Bagaimana kalau kita keluar sejenak. Agar kak Marco bisa bernapas lega" ajak Naya lalu menggiring pria itu keluar dari ballroom. Membawa mereka ke sebuah ruangan istirahat yang sepi.

Kak Marco kelihatan semakin tersiksa. Kali ini pria itu mengendorkan dasinya. Naya mendekat dan mencoba membelai wajah kak Marco. Meski perbedaan usia mereka terlampau jauh, Naya tidak bisa menghindari pesona dari ketampanan seorang penerus keluarga kaya seperti kak Marco. Dia mencoba mencium pria itu dan berhasil.

Tapi kak Marco mendorongnya menjauh sebelum ciuman menjadi terlalu dalam.

"Kau!!! Apa yang kau masukkan dalam minumanku??"

"Hanya sebuah obat yang akan membuat kita satu"

"Kau gila!!!" bentak kak Marco begitu keras sampai membuat Naya ketakutan.

"Kak Marco, kenapa bicara begitu keras padaku. Padahal aku hanya melakukan ini demi kita"

Naya kembali maju dan mencoba untuk mencium pria itu lagi. Namun sebuah tangan besar menekan jalan napasnya. Kak Marco mencekiknya?

"Kau!!! Kau memang keterlaluan!!"

Cekikan kak Marco semakin menguat dan Naya berpikir akan segera kehilangan nyawa. Dia takut. Dia tidak pernah membayangkan akan mengalami hal ini ketika menyetujui keinginan ayahnya.

"Kak Marco" katanya lagi dengan napas yang hampir menghilang.

Mendadak tubuhnya merasa ringan dan berat disaat bersamaan. Kak Marco melepaskan tangan di lehernya, membuat tubuh Naya jatuh ke lantai.

"Kau memang wanita gila!!" teriak kak Marco lalu pergi. Meninggalkannya yang masih terlalu terkejut dengan perubahan perilaku pria yang dikejarnya selama tiga tahun itu.

Marco meninggalkan ruangan istirahat tempat dia dibawa oleh wanita licik itu. Dia kembali masuk ke dalam ballroom dan melihat semua orang memusatkan perhatian padanya.

Tapi tubuhnya tidak mau mengerti. Obat? Obat yang diberikan wanita itu pasti sudah merasuk ke dalam tubuhnya. Membuat tubuhnya terasa panas dan harus didinginkan. Itu berarti dia harus pulang dan segera berendam di air dingin.

Lalu sudut matanya menangkap sesuatu. Sara. Istrinya, dikerumuni oleh banyak pria. Siapa semua pria itu? Kenapa berada di sekitar istrinya?

Marco menahan rasa sakit yang mulai merambat ke jantungnya dan mendekati meja tempat istri dan mertuanya berada. Menyingkirkan semua pria yang sengaja berkerumun di situ.

"Tuan Marco Varamus!!" seru ibu mertuanya dengan senyum yang dipaksa.

"Selamat malam"

"Apa yang Anda lakukan disini? Banyak pria yang akan mencoba mengenal putri kami yang cantik. Bisakah Anda pergi?" pinta ibu mertua Marco tanpa menyembunyikan kebenciannya.

"Saya ... "

"Apa yang kau lakukan disini?!!" bisik neneknya membuat Marco berhenti bicara.

"Nenek, aku sedang bicara dengan ... "

"Ada banyak tamu yang belum kita sapa. Dan sebentar lagi, kau juga harus bicara di depan mereka semua"

Bicara di depan semua orang? Kenapa Marco bisa lupa? Itu berarti dia tidak bisa pulang. Tapi tubuhnya. Kalau begitu, hanya ada satu cara untuk membuat tubuhnya lebih baik.

Dia melihat ke arah istrinya yang tampak sangat cantik malam ini. Sungguh, setelah pernikahan tiga tahun lalu, baru sekarang Marco melihat istrinya berdandan lagi. Sangat cantik seperti wanita muda yang belum pernah menikah. Pantas saja semua pria itu mendekati dan ingin berkenalan dengan istrinya.

Tidak, itu tidak penting sekarang.

"Aku harus melakukan sesuatu!!" kata Marco lalu berdiri dan mengambil tangan istrinya. Memaksa wanita itu mengikuti langkahnya ke tempat dimana tidak ada orang lain.