Lanjutan Novel Menikahi Tuan Muda Yang Kejam
Di sarankan agar membaca Novel pertama yang berjudul "Menikahi Tuan Muda Yang Kejam" dulu.
Hidup Sean benar benar berubah ketika seorang gadis misterius bernama Viana mendatanginya dan meminta pertanggung jawabannya atas apa yang dilakukan Sean padanya saat mabuk.
Sean terpaksa menikahinya karena Viana mengancam akan menyebarluaskan foto saat mereka tidur bersama di sebuah hotel.
Sean akhirnya menikahi Viana dan menemukan dirinya kalah kuat dari Viana yang ternyata jago bela diri sehingga ia semakin membenci Viana.
Namun, pada akhirnya Sean mengetahui sebuah rahasia yang disimpan rapat oleh Viana yang ternyata menjebaknya demi untuk melindunginya.
Bagaimana kah kisah mereka?
IG : yenitawati24
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curiga
Sean keluar dan mencoba mengejar si pegawai tadi sampai ke belakang apartemen.
Dia menyusuri setiap sudut pepohonan. Matanya menangkap sosok yang sedang melepaskan seragam pegawai apartemen.
Sean berjalan mendekat dan menarik tangannya.
"Sean" Viana terkejut melihat Sean berada di situ juga
"Ternyata dugaanku benar" Kata Sean menatap tajam ke arah Viana
"Sean bukan kah tadi kamu..."
"Apa? Aku menelpon Heni dan menanyakan keberadaanmu? Aku memang melihat kau sedang tidur. Tapi coba lah lebih pintar sedikit. Patung mainanmu itu tidak bernafas dan dia tidak bergerak" Kata Sean
"Tapi kamu tadi bilang..."
"Aku memang berpura pura percaya agar kau segera pergi dan melepas penyamaranmu saat tau kalau aku tidak mencurigaimu. Kau memasang penyadap lagi kantong baju Dio bukan?" Sean menatap penuh curiga.
Viana terdiam. Kini Sean sudah tau kalau dia memata matainya. Bahkan trik yang di gunakan Viana dia juga tau.
"Sean maafkan aku" Kata Viana
"Katakan padaku apa tujuanmu kesini?" Kata Sean yang kini semakin berjalan mendekat.
"Aku...aku hanya ingin memastikan kamu tidak minum" Kata Viana
Sean melepas tangannya.
"Apa kau tidak percaya padaku?" Tanya Sean
"Aku percaya padamu tapi aku tidak percaya pada teman temanmu" Kata Viana
"Memangnya siapa yang berani membuatku minum?" Tanya Sean
"Maafkan aku Sean" Kata Viana lagi
"Sean" Tiba tiba suara seseorang mengagetkan mereka.
"Gilang" Sean terkejut melihat kedatangan Gilang.
"Sean siapa dia?" Tanya Gilang
"Ah, dia adalah asisten pribadiku yang memang aku suruh datang untuk menjemputku dan membawa mobilku. Kenalkan Dia Viana" Kata Sean
"Hai Viana aku Gilang" Kata Gilang.
Viana tersenyum.
"Kenapa dia disini?" Tanya Gilang
"Ada obrolan penting" Kata Sean
"Oh, sebaiknya kau pulang Sean. Aku minta maaf soal Dio. Lain kali aku tidak akan mengajaknya" Kata Gilang
"Ya sudah, aku pergi ya" Kata Sean yang kemudian pergi dengan Viana
Asisten sampai segitunya kepada atasan, aneh. Gumam Gilang yang tengah menatap punggung Viana dan Sean.
Di mobil..
Viana tengah fokus menyetir.
"Kapan kau rencanakan ini? Rasanya tidak mungkin kau merencanakan ini saat aku memberitahumu sesaat sebelum berangkat. Itu terlalu cepat. Apa kau sudah tau kalau aku akan bertemu Gilang?" Tanya Sean
Viana terdiam. Apa yang harus dia katakan? Dia tidak punya rencana apapun, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau dia akan ketahuan.
"Vi" Sean kembali memanggil.
"Maafkan aku Sean, aku tidak sengaja membaca pesan singkat yang di kirimkan Gilang padamu semalam" Kata Viana
"Kau lancang sekali" Kata Sean
"Maafkan aku" Kata Viana lagi
"Maaf? Apa hanya itu yang bisa kau ucapkan?" Tanya Sean
"Aku menyesal" Kata Viana
"Bukan itu bodoh, lakukan lah sesuatu agar aku memaafkanmu" Kata Sean
"Apa yang harus aku lakukan Sean? Tolong beri tahu aku. Aku bukan Edward Cullen yang bisa membaca pikiran orang atau Alice Cullen yang bisa melihat masa depan. Ayolah Sean aku mohon" Kata Viana yang sesekali menoleh ke arah Sean
"Kau terlalu banyak menonton Film" Kata Sean
"Itu hobiku Sean" Kata Viana
"Lakukan apapun yang bisa membuatku senang" Kata Sean
"Dalam hal apa Sean? Tindakan, ucapan, makanan?" Tanya Viana
"Pikir sendiri saja bodoh, jangan bertanya padaku lagi" Kata Sean
Viana hanya terdiam. Ingin rasanya dia menambah kecepatan dan segera sampai ke rumah tapi itu akan merusak suasana hati Sean.
Lama kemudian, mereka sampai di rumah.
Sean segera masuk ke kamar.
Viana pergi ke dapur dan mengambil air hangat serta handuk untuk membersihkan luka lebam Sean.
Sesampainya di kamar, Viana menghampiri Sean yang rebahan di sofa kamar itu.
"Sean, bangun lah aku akan mengobatimu" Kata Viana
"Tidak usah" Kata Sean
"Ayolah Sean, izinkan aku mengobati lukamu. Ini sebagai penebus rasa bersalahku padamu" Kata Viana
"Ya kau memang salah, cepat lah" Kata Sean
Tentu saja aku bersalah, jika aku tidak datang. Kamu akan habis di hajar temanmu. Dan kamu bilang aku memang salah?
Viana mencoba membersihkan luka sean dengan handuk yang sudah di rendam air hangat.
"Aaaarrrghhh, pelan pelan bodoh" Kata Sean yang meringis kala rasa pedih menghampiri luka pelipis matanya.
Viana hanya diam dan terus mengobati luka Sean.
Viana sudah selesai mengobati luka Sean, meskipun harus mendengar berbagai sumpah serapah dari mulutnya.
"Aku belum senang, lakukanlah hal lain."
"Kau mau aku melakukan apa?" Viana terlihat ragu.
"Cium aku."
Viana hanya diam.
"Kenapa? Kau tidak mau mencium ku?"
'Apa apaan dia, tentu saja aku mau,' batin Viana.
"Kenapa tiba tiba Sean" Tanya Viana
"Kau tidak mau?" Tanya Sean
"Kamu suamiku mana mungkin aku menolak" Kata Viana
Cukup Sean aku malu sekali
"Lakukan lah" Kata Sean
"Ha?" Viana melongo.
Sean meminta berciuman sekarang? Tapi bagaimana jika dia terbawa suasana dan kami melakukannya? Dia akan tau kalau aku masih suci.
"Lakukan!!!" Kata Sean dengan tatapan tajam
"Kamu tidak mencintaiku, bagaimana ciuman tanpa rasa cinta" Kata Viana
"Apakah jika saling mencintai rasanya akan berbeda?" Tanya Sean
"I....iya" Kata Viana
"Apa kau pernah berciuman dengan Erik?" Tanya Sean
"Sean, kenapa bertanya begitu?" Tanya Viana
"Jawab saja" Kata Sean
"Iya" Kata Viana
"Bagaimana rasanya apa....." Kata kata Sean terhenti karena Viana tiba tiba langsung menciumnya.
Aku malu sekali, tap**i biarlah daripada dia terus menanyakan perihal Erik dan membuatku semakin malu.
Viana hanya mengecup bibir Sean namun dalam waktu yang lama.
Setelah ciuman berakhir Viana menatap lekat wajah Sean.
Rasa malu yang tidak terkira tengah di rasakannya.
"Apa kamu sudah senang sekarang?" Tanya Viana
"Belum" Kata Sean yang melangkah menuju kamar mandi dan mengganti bajunya.
Apa apaan dia? Apa dia hanya ingin membuatku malu?
Sean tersenyum.
Ternyata begini rasanya berciuman dalam keadaan sadar. Tidak buruk dan aku berhasil membuatnya malu
kayak artis ME yang nolak ditembak cowok alesannya karena beda agama, padahal habis itu dia pacaran sm salah satu selebgram dan itu beda agama, jujur aku ga respek sih kayak kenapa pas ditembak sm HV di nolak sedangkan sm FF dia terima brati kan bukan karena beda agama nya tp karena dasar nya gasuka, gausah bawa2 agama kalo gt