Dikhianati dan ditinggalkan membuat Alisya tak menghentikan tekadnya untuk tetap menjadi seorang Bodyguard, meski profesi itulah yang menyebabkannya putus dari sang kekasih. Di saat yang sama takdir mempertemukan Alisya dengan seorang klien bernama Virza. Namun, Siapa sangka bila kedatangan Alisya ke perusahaan Virza memiliki maksud dan tujuan tertentu hingga membuat Alisya terjebak pernikahan kontrak dengan Virza.
Akankah nyawa Alisa tertolong di saat jatuh ke dalam tebing dengan kedalaman 30 meter?
Apakah Virza dan Alisya akan tetap bersama ketika mantan kekasih masa lalu mereka membuat rencana untuk memisahkan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Akan Pergi Dariku
Bila mengingat ketika Alisya mengalami kritis hingga dokter susah payah menggunakan alat kejut jantung di atas dada Alisya, sungguh saat itu Virza merasa tengah berdiri di tepi jurang yang sangat dalam, jika sampai istrinya tidak selamat , ingin rasanya Virza ikut masuk ke dalam jurang itu.
Saat itu merupakan hal yang membuatnya spot jantung, "Terima kasih kau sudah mau bertahan sampai saat ini," lirih Virza sambil menciumi punggung tangan Alisya dengan begitu hangat.
Sungguh sebuah keajaiban yang luar biasa ketika Dokter baru saja akan menyatakan bila Alisya akan meninggal namun Tuhan berkehendak lain. Virza yang saat itu menangis di kepala Alisya sontak membawa Alisya ke dalam pelukannya, ia cium pucuk kepala sang istri berulang kali, dia hampir saja putus asa mendengar kabar buruk itu.
"Aku tahu kau tidak kan mungkin pergi dariku, bukan? Kau tak akan meninggalkanku,"lirihnya berurai air mata.
"Eng,,, Virza." Alisya meringis saat merasakan dekapan Virza terlalu kuat. Bagaimna tidak tubuh mungilnya di dekap seorang pria bertubuh kekar.
"Maaf aku benar-benar bahagia melihatmu kembali." Virza langsung melepaskan pelukannya. Tanpa sadar pria manik mata itu mendaratkan sentuhan lembut di kening Alisya.
Senyuman terukir di sudut bibir perempuan itu, apakah sang suaminya sudah mulai jatuh hati padanya. Entahlah, hanya Virza yang tahu. "Bisakah kau lepaskan tanganku, aku haus dan berhenti menyentuhku."Alisya melirik Virza yang tengah begitu kalut dengan perasaannya.
"Kau mau minum?" tanya Virza seraya mengambil sebotol air minum lalu menyodorkannya kepada sang istri.
Uhukkk... Uhukkkk..
"Bisakah kau pelan-pelan sedikit," ucap Virza sambil menepuk punggung Alisya pelan.
"Mm, aku mendengar suaramu terus saja memanggil namaku hingga akhirnya aku mengikuti suara itu." Alisya baru menyadari bila tangga itu, cahaya putih itu dan tempat yang asing tadi hanyalah sebuah mimpi.
"Pak Virza memang terus saja membisikkan banyak hal di telinga anda Nona, sepertinya kekuatan cinta beliaulah yang membuat anda kembali sadar."
Perempuan berjas putih itu mulai memeriksa kondisi Alisya untuk memastikaan keadaan Alisya. "Kondisi pasien semakin membaik, sungguh memang sebuah keajaiban Tuhan."
"Terima kasih, Dok." Virza menatap kepergiaan sang dokter dengan tangannya yang masih mengengggam tangan Alisya. Seolah tak ingin lepas apalagi kali ini pandangannya terus saja menatap wajah Alisya.
Sore itu, Alisya sudah dipindahkan ke ruang perawatan sekelas VIP setelah dia berhasil siuman dari komanya. Virza meletakkan sebuah bucket bunga mawar putih dengan ukuran lumayan besar di atas sofa karena mendapati sang istri tengah tertidur.
Virza tak berani menganggu waktu istirahat Alisya, ia melangkah dengan sangat pelan bak seorang pencuri agar tak kentara bila dirinya kini berjalan menuju ke ranjang Alisya.
Manik matanya menatap wajah cantik namun masih sedikit pucat sambil mengulas sebuah senyuman, "Aku tak akan membiarkanmu dalam bahaya lagi."
"Apa kau yakin?" kilah Alisya menggerakkan tubuhnya tiba-tiba.
Virza terlonjak kaget, dia menegakkan tubuhnya kembali, "Apakah aku menganggu tidurmu, Sya?"
Alisya menggelengkan kepalanya,"Tidak, aku malah tidak bisa tidur nyenyak saat kau pergi tadi."
"Aku keluar karena ada sedikit pekerjaan, melihatmu tertidur tadi. Aku pikir kau harus beristirahat jadi aku pergi sebentar."
Virza meraih tangan mungil yang masih memiliki luka lebam itu sembari terus mencium punggung tangan Alisya. "Aku juga membawakan bucket bunga kesukaanmu," ucapnya sambil mengulas senyum.
Buliran bening jatuh di pelupuk mata Alisya tersentak membuat Virza buru-buru bangkit seraya membungkukkan tubuhnya serendah mungkin ke arah wajah gadis itu. "Apakah ada yang sakit? Aku akan panggilkan dokter." Virza melepaskan pelukannya dan hendak angkat kaki namun tangan Alisya menahannya.
"Kenapa, Sya? Aku takut kondisimu memburuk."
Alisya tak menjawab, dia malah mengulurkan kedua tangannya dan memeluk tubuh Virza begiu erat. Mungkin dekapan Virza adalah tempat ternyamannya saat ini, lelehan air mata ternyata suah membasahi kemeja putih pria tampan itu.
"Katkan padaku, Sya! Apa ada yang sakit dan jangan membuatku khawatir," desak Virza tak mengerti bila sejak tadi sang istri hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaannya.
Alisya hanya menggeleng pelan dalam pelukannya, Virza dibuat bingung dengan tangisan Alisya yang tiba-tiba.
"Aku takut sekali, Za. Aku pikir aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi."
Virza sontak terdiam seraya terus mendengarkan cerita Alisya,ucapan istrinya mampu membuat Virza mulai meneguk salivanya dengan kasar. Apakah Alisya juga mulai memiliki perasaan yang sama terhadapnya?
Tangan kekar pria tampan itu sontak menangkup wajah cantik Alisya sambil menyeka air matanya Virza tak lupa menciumi kedua mata itu dengan sangat lembut, kini sentuhan itu turun ke pipi dan mendarat ke bibir ranum Alisya.
CUP!!
Pria itu pun perlahan membuka bibirnya lalu mulai melumat pelan bibir mungil Alisya. Kali ini tanpa penolakan dari Alisya seolah perempuan itu pun menikmatinya.
"Cepatlah sembuh, aku menunggumu!" bisiknya pelan di telinga Alisya hingga perempuan itu bergidik merinding.
Entah kenapa Alisya tiba-tiba memalingkan wajahnya, perempuan itu nampak malu ketika dia sama sekali tak menolak disentuh Virza. Mungkinkah dirinya sudah mulai jatuh hati pada pria yang kini sudah menjadi suami sahnya itu.
"Kenapa, Sya? Apa kau malu?" tanya Virza membuat Alisya membulatkan sepasang bola matanya dengan sempurna.
Satu jemari telunjuknya menyentuh dagu Alisya hingga wajah perempuan itu kini menghadap ke arahnya, "Harus aku akui bila saat ini aku mulai...." Virza sengaja menjeda kalimatnya hinga kini kembali lagi mendaratkan bibirnya ke bibir Alisya lagi.
Kini pagutan kedua sejoli itu semakin intens mebuat desiran hebat di sekujur tubuh keduanya, Alisya benar-benar menikmatinya seolah ia ingin menyerahkan seluruh tubuhnya kepada Virza. Begitu juga dengan Virza tangannya pun kali ini seolah tak mau diam hingga tangan kekar itu menyentuh tekuk leher Alisya dan membuat perempuan itu semakin menggeliat.
Alisya meremas sprei dengan kuat saat ia merasakan lidah Virza mulai menerobos masuk ke dalam bibirnya. Lidahnya mulai mengabsen setiap rongga bagian mulutnya tanpa terkecuali. Jujur saja Alisya sedikit gelagapan, dia memang pernah berciuman dengan mantan kekasihnya dahulu namun ciuman itu hanya sentuhan singkat karena Alisya paling benci untuk disentuh.
Berbeda dengan Virza saat ini, meski hubungan mereka hanya sebuah pernikahan kontrak namun mereka telah sah menjadi suami istri. Alisya memang sangat kaku dalam mengimbangi sentuhan Virza, sepertinya gadis itu tak memiliki pengalaman sama sekali. Mengingat bukan pertama kalinya Virza mencium Alisya namun inilah pertama kalinya Virza menciumnya penuh dengan kehangatan berbeda waktu dulu.
Ketika tangan itu menyentuh pundak hinga ke dada, pagutan mereka berhenti sesaat karena mendengar suara ketukan pintu.
Tok...
Tok...
Virza melepaskan pagutannya hingga mulai merapikan rambut Alisya yang berantakan, "Sial!! Siapa sih yang berani mengangguku!" umpatnya sebal.
"Masuk," ucapnya lagi seraya beranjak dari duduknya.
Makasih kk udah mau baca novelku dan salam kenal kk...
jika Author buat novel kedua, ditunggu like dan komentny yakkk...
Doakan Author lancar lahirannya, salam kenal buat pembaca semuanya🙏🙏😘😘😘🥰🥰
Salam kenal ya kk🙏😘