"Tolong mas, jelaskan padaku tentang apa yang kamu lakukan tadi pada Sophi!" Renata berdiri menatap Fauzan dengan sorot dingin dan menuntut. Dadanya bergemuruh ngilu, saat sekelebat bayangan suaminya yang tengah memeluk Sophi dari belakang dengan mesra kembali menari-nari di kepalanya.
"Baiklah kalau tidak mau bicara, biar aku saja yang mencari tahu dengan caraku sendiri!" Seru Renata dengan sorot mata dingin. Keterdiaman Fauzan adalah sebuah jawaban, kalau antara suaminya dengan Sophia ada sesuatu yang telah terjadi tanpa sepengetahuannya.
Apa yang telah terjadi antara Fauzan dan Sophia?
Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31
Berbeda dengan Renata yang seolah tak merasakan lelah sebab saat ini ikut bergabung di dapur menemani ibunya memasak. Fauzan memilih duduk menyendiri di teras rumah sambil menghi-sap rokoknya, ia baru saja menghubungi sang ibu untuk menanyakan kondisi Azkia saat ini.
Pikirannya masih khawatir takut Azka ikutan demam juga, sedangkan orang tuanya hanya ada mereka tidak ada yang bisa di andalkan. Bapak, ah sudah berumur banyak, kaku dan pastinya berbeda dengan ayah modern yang lebih sering terlibat aktif dalam pengasuhan anak dan kehidupan keluarga dengan bahasa fenomenalnya latte dad.
"Mas, ayo makan sekarang."
Suara Renata membuyarkan racauan Fauzan, pria itu segera menoleh dengan senyum tipisnya. "Apa enggak sebaiknya nungguin bapak?"
"Bapak masih lama, pulangnya nanti jam dua an kata ibu. Ayo kita duluan saja! Aku enggak bisa nahan lapar kalau lihat makanan disini." Ajak Renata seraya menarik perlahan tangan Fauzan.
.
.
.
"Nis, Kakak kenapa nangis terus?" Kartika yang baru masuk kedalam kamar langsung menghampiri Ninis kemudian meraba keningnya Azka. "Nis, coba pegang! panas segini normal enggak sih? Perasaan kok di atas normal suhunya." Kartika membolak-balikkan telapak tangannya meraba pipi chubby nya Azka dengan raut khawatir, ia meminta Ninis untuk memastikan dalam hati berharap dugaannya salah.
"Iya bu kayaknya anget gitu, semoga karena nangis aja suhunya anget bukan karena demam." Sahut Ninis pelan penuh harap.
" Cup cup.... Ya Allah sayangnya Oma yang kuat ya, jangan sakit kan Oma jadi sedih." Kartika menge-cup kening Azka penuh kasih, dan berhasil menghentikan tangis Azka. "Nis bundanya kemana?"
"Neng Sophie dikamarnya bu, ngelo-nin Kia sekalian mau istirahat katanya sebentar. Mungkin puyeng tadi malam hampir enggak tidur."
"Oh ya sudah kalau begitu biarkan saja, jangan ganggu dia kasihan. Kalau ada apa-apa panggil ibu saja Nis, jangan bangunin Sophie."
"Iya Bu."
Setelah tangis Azka mereda Kartika keluar dari kamar dengan hati-hati, ia menghampiri Ikram yang baru saja memasuki ruangan keluarga. "Pak, barusan Azka rewel nangis terus. Ibu takut dia ikutan demam juga seperti Kia."
"Iya kah? Coba bapak mau lihat juga." Ikram menghentikan langkahnya menuju sofa, ia membalikkan tubuhnya hendak melihat keadaan Azka.
"Cuci tangan dulu pak! Jangan asal selonong dan pegang si kembar seenaknya, cucu kita masih bayi dan yang namanya kulit bayi masih sangat sensitif." Lagi-lagi teguran Kartika mampu menghentikan langkah Ikram-suaminya.
Ikram menggaruk kepala yang tidak gatal lalu melewati Kartika yang masih setia berdiri di tempat awalnya. "Iya iya ini mau cuci tangan, padahal sedari tadi juga sudah cuci tangan di luar." Keluh Ikram hampir tak terdengar.
Selang 4 menit Ikram keluar dari kamar mandi dengan tangan yang masih terlihat basah. Ia kembali melewati Kartika begitu saja. Namun dengan cepat Kartika segera mengekori langkahnya.
"Nis, Azka demam juga?" Ikram menatap wajah tenang bayi itu penuh khawatir." Ikram menghela napas berat, pria itu menoleh kearah sang istri seolah minta pendapat.
"Pak, apa kita kasih tahu Zan aja ya kalau Azka sekarang juga ikutan demam."
"Jangan bu! Berdo'a saja supaya Azkia cepat sembuh dan Azka baik-baik saja. Zan lagi di rumah mertuanya, biarkan dia membahagiakan istrinya dengan kumpul keluarga tanpa gangguan kita. Toh selama ini Zan sudah membantu kita bahkan menafkahi, dan Rena tidak mempermasalahkannya kan?" Ikram membalikkan tubuhnya kemudian melenggang pergi. Namun baru saja beberapa langkah ia berbalik dan kembali menghampiri Azka, Ikram mengusap lembut kepala Azka kemudian berlalu keluar dari kamar diikuti Kartika.
Sesampainya di ruang keluarga Ikram menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia menepuk ruang kosong sebelahnya, "Bu duduk dulu sebentar!" Titahnya tak ingin di bantah membuat Kartika segera mendekat dan duduk dengan raut penuh tanya.
"Bu, bapak minta tolong sama ibu jangan selalu melibatkan Zan untuk urusan rumah kita maupun Sophie, bapak masih mampu mengurus semuanya. Cukup materi saja yang dibantu dia, bapak hanya takut dia tidak enak dengan Rena dan akhirnya memberikan apapun pada kita tanpa sepengetahuan Rena dan itu akan menyebabkan perselisihan." Pria paruh baya itu menjeda kalimatnya dengan menghela napas berat.
"Ibu tahu kan berapa harga mobil yang dibeli Zan untuk kita? Itu mahal Bu! sejujurnya bapak sangat keberatan, bukan kenapa-kenapa bapak hanya takut kalau Zan tidak bilang Rena dulu."
Mendengar ucapan sang suami, Kartika berdecak sebal sambil menggelengkan kepala. "Pak! Bagi seorang suami itu tidak ada kewajiban untuk melapor dan ijin istri dulu kalau ingin memberi nafkah pada orang tuanya, bapak harus ingat itu!"
"Dan bagaimana kalau bapak seperti itu? Bapak membelikan mobil buat orang tua bapak tanpa ijin terlebih dulu sama ibu. Apa ibu akan biasa saja? Bu ini bukan masalah nominal tapi ini masalah penghargaan pada pasangan. Bapak harap ibu akan mengerti dengan memposisikan ibu sebagai Renata-menantu kita."
"Pak! Jangan samakan ibu dengan Rena, kami jelas beda. Ibu kalau jadi Rena juga akan seperti Rena yang sekarang diam dan tahu diri, semua uang dan harta yang mereka miliki itu hasil kerja keras anak kita. Ibu tidak menuntut, hanya menyadarkan Fauzan supaya tidak melupakan tanggung jawab yang ia janjikan buat si kembar." Cerocos Kartika sedikit ketus lalu ia beranjak dari sofa membawa langkahnya menuju dapur dengan wajah yang keruh.
hahaha ketawa jahat
emang makin agak agak ini bumer satu ini😤😤
biar neng Rena bisa punya alasan kalau mau pisah sama Fauzan 🤩🤩🤩🤩