NovelToon NovelToon
LUPIN : Atlantis Crown Theft

LUPIN : Atlantis Crown Theft

Status: tamat
Genre:Kriminal dan Bidadari / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP / Light Novel / Tamat
Popularitas:443
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.

Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.

Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14 : Kota Yang Pernah Hidup

Melihat ke arah lapangan itu, dengan rumputnya yang kuning, layu, dan bertumpuk, sulit rasanya membayangkan bahwa itu lapangan futbol yang sama. Bangku-bangku penontonnya dipenuhi grafiti, dan kursi-kursinya sudah rusak. Namun, Freya nyaris masih bisa merasakan tiupan angin di rambutnya, masih bisa mendengar pekikan Zhou Shiyu dan Lucie yang bergema di telinganya.

Whitechaple dulu area pertanian yang subur, tetapi selama Perang Dunia I, lebih dari dua pertiga pemuda yang pergi berperang tidak pernah kembali. Kota ini sudah nyaris terbengkalai saat itu, dan Freya berharap seharusnya kota ini ditinggalkan saat itu juga. Hal itu akan menyelamatkan mereka semua dari lebih banyak kekecewaan. Namun, kenyataannya tidak seperti itu, karena seseorang tanpa sengaja berhasil menemukan tambang sedimen minyak pada akhir tahun 1930. Seluruh negara ini masih berusaha pulih dari masa Depresi, jadi orang-orang pun berbondong-bondong pindah ke kota di tengah antah-berantah ini untuk bekerja di tambang. Pabrik mobil dibangun pada saat itu, dan Whitechaple pun akhirnya menjadi kota yang sangat kaya. Kau bisa langsung tahu bangunan-bangunan mana yang berasal dari masa itu, karena bangunan-bangunan yang dulunya bercat putih dan bergaya mewah itu kini sudah terkelupas dan kusam.

Tambang ditutup pada tahun 1980-an. Alasannya adalah mereka sudah menemukan alternatif lain yang lebih murah, tetapi Freya tidak ingat alternatif apa itu. Mulut tambang masih ada di sana. Lubang lebar dan hitam yang mengarah ke dalam kegelapan. Tidak terlalu jauh dari danau di dekat rumah Freya. Ketika ia dan Zhou Shiyu masih kecil dan sedang bosan, mereka akan menyelinap melewati bagian bawah pagar yang mengelilingi tambang, dan saling menantang satu sama lain untuk melompat masuk ke tambang.

Gedung balai kota adalah salah satu dari gedung yang besar dan berwarna putih, tetapi yang lebih penting, gedung itu adalah salah satu dari sedikit tempat di kota yang memiliki AC. Seorang wanita tua yang bungkuk dan berkacamata tebal duduk di bangku di depan gedung. Ia tersenyum penuh harap kepada Freya, yang mengangguk sebagai balasan. Wanita ini sering terlihat berkeliaran di sini, dan kalau orang-orang tidak bergerak cepat, mereka terpaksa harus mendengarkan ocehannya sepanjang hari tentang kucingnya.

"Bisa berhenti di sini dulu?" Pinta Freya.

"Kenapa? Kau bisa terlambat bekerja." Kata Wang Yi.

"Tidak akan." Balas Freya.

"Baiklah." Wang Yi mengikuti permintaan Freya. Ia memarkirkan mobilnya di depan sebuah gedung.

Freya melangkah masuk kedalam gedung, dan kulitnya meremang dingin. Rasanya menyenangkan. Ia berdiri di depan papan pengumuman, dengan mata terpejam, dan merasakan darahnya berubah sejuk.

Tempat ini dulunya kantor surat kabar setempat. Freya pernah magang di sini ketika masih SMA. Segalanya terasa benar saat itu. Pergi ke luar sana dan memburu kisah nyata. Aroma tinta di hari cetak. Ia mulai bekerja di sana ketika permohonan beasiswa universitasnya ditolak. Pekerjaannya di kantor surat kabar hanya bertahan enam bulan, dan ia bekerja di Blind Beggar di malam hari, tapi Freya tidak keberatan. Ia nyaris merasa bahagia. Tidak lama kemudian, mereka tidak lagi sanggup menggajinya, tetapi Freya tetap bertahan di sana. Sebagian besar karyawan lain sudah pergi, jadi Freya pun diangkat menjadi deputi editor. Akhirnya mereka sama sekali tidak menerima dana lagi. Saat itulah Freya melakukan sesuatu yang bodoh. Sesuatu yang bodoh dan gegabah yang membuat hidupnya begitu mengenaskan. Gagasan bahwa kantor surat kabar itu akan tutup, bahwa hidupnya hanya akan bergantung pada Blind, membuatnya tersiksa. Jadi, dengan rencana besar dalam otaknya, ia mengambil pinjaman dari bank. Ia sangat yakin apabila mereka tetap bertahan sampai mereka berhasil mendapatkan uang dari iklan, ia bisa menyelamatkan tempat ini.

Pinjaman itu tidak menghasilkan perbedaan apa pun. Surat kabar itu hanya bisa bertahan selama satu bulan. Pinjaman Freya semakin membengkak, dan sekarang ia bahkan nyaris tidak mampu membayar bunganya setiap bulan.

"Freya?" Wali Kota Gito menghampirinya. "Sudah kuduga itu kau," katanya sambil tersenyum. "Apa kabar? Anda juga di sini, pak detektif?" Tanyanya menoleh pada Wang Yi.

"Baik," Freya merasa terjebak. Ia tidak ingin menjelaskan ke pada Gito bahwa ia tidak punya tempat tinggal. Gito mendongak menatap papan pengumuman, tetapi ia tidak bertanya ke pada Freya tentang hal itu.

"Sepi sekali di sini," kata Freya, dan itu memang benar. Hanya mereka bertiga yang berdiri di koridor.

Gito mengangkat bahu. "Sudah menjadi hal yang biasa."

Wang Yi menatap ke sekeliling. Tempat ini memang sepi. Terlalu sepi untuk dianggap hadirnya sebuah kehidupan. Perasaan untuk membantu membangkitkan kembali kota ini tiba-tiba muncul di hatinya.

Gito terlihat buruk. Wajahnya pucat, yang membuat bayangan di bawah matanya terlihat cekung dan berwarna ungu, tetapi senyumnya tulus. Freya selalu curiga bahwa Gito mungkin mengaguminya, bukan dengan cara yang kasar atau buruk seperti pelanggan yang lain, tetapi seolah-olah Gito berpikir bahwa ada sesuatu yang lebih dalam diri Freya selain bentuk bokongnya yang bagus.

Freya merasa agak lega karena jelas dirinya bukan orang yang paling malang di kota. Ia mencari kamar-kamar sewaan di antara poster hasil fotokopi yang mengiklankan mobil-mobil bekas dan kereta bayi bekas. Ada dua iklan yang mencari penyewa. Salah satunya begitu jauh dari kota sampai Freya tidak tahu bagaimana caranya ia bisa berangkat kerja, dan yang satu lagi iklan yang mencari penyewa untuk berbagi kamar. Freya mencatat kedua nomor telepon itu di dalam buku catatannya. Dua-duanya tidak menarik, tetapi dua-duanya lebih baik daripada tidur di bawah bintang-bintang bersama para fossicker.

Sementara berpikir tentang biaya sewa perbulan dibandingkan penghasilannya, ia merasakan gerakan di belakangnya. Tidak ada yang menyentuhnya, tetapi bulu kuduknya meremang. Ia berbalik dan melihat Wang Yi yang sedang berjalan menaiki tangga. Tanpa berpikir panjang, Freya mulai berjalan mengikutinya. Ia ingin tahu lebih banyak tentang pria itu, ingin memahami apa yang dilakukan seseorang seperti dirinya.

Freya menunggu sampai Wang Yi sudah tiba di puncak tangga dan membelok menyusuri koridor sebelum ia diam-diam mulai menaiki tangga sendiri. Ketika ia tiba di atas, Wang Yi sudah tidak terlihat. Pria itu pasti memasuki salah satu kantor di sana. Freya mengintip ke dalam salah satu ruangan. Seorang wanita duduk dengan muram di belakang komputer, tali antrean terpasang di dalam ruangan, untuk mengantisipasi antrean, tetapi tidak seorang pun yang mengantre. Wanita itu menegakkan tubuh ketika melihat Freya, tetapi Freya hanya tersenyum dan melanjutkan langkah. Ruangan berikutnya adalah ruang arsip. Kau harus mendaftar di meja petugas dan memintanya mencarikan arsip untukmu. Freya sudah pernah melakukan riset untuk kisah-kisah-nya di sini beberapa kali.

Kini, tidak ada lagi orang yang berjaga di belakang meja. Melihat buku catatan di sana, Freya  menyadari bahwa terakhir kali ada orang yang mendaftarkan diri di sana adalah lebih dari enam bulan yang lalu. Saat itu balai kota melakukan PHK terhadap karyawan-karyawannya.

Freya baru hendak berbalik ketika ia mendengar bunyi laci arsip berderit membuka. Ia mencondongkan tubuh melewati meja dan mengintip ke dalam ruang arsip. Wang Yi ada di sana, memeriksa laci seolah-olah berhak berada di sana.

"Sedang apa kau?" Tanya Freya.

Wang Yi mendongak menatapnya dan tersenyum. "Tidak ada. Hanya mencari sesuatu yang mungkin bisa membantuku." Ia mengangkat bahu. "Apakah kau mau membantuku?"

"Tidak," kata Freya. "Aku tidak ingin ikut terlibat dalam urusan kalian dengan para kriminal itu." Wang Yi tidak menjawab, malah kembali mencari-cari di antara arsip yang ada.

Freya mengitari meja. "Apa yang kau cari?" tanyanya.

Wang Yi berhenti, berbalik sepenuhnya, dan menatap Freya. Freya mundur selangkah. "Karena kau tidak ingin membantuku, aku juga tidak ingin memberitahumu apa yang sedang kucari."

"Baiklah, terserah. Aku akan menunggu di mobil." Ucap Freya. Wang Yi mengangguk pelan tanpa menoleh.

1
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
wahhh cocok ini yang aye cari, ilustrasi adegan mu keren 👍✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
aye suka kata ini. dan itu benar adanya reall✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
Woahh ilustrasinya keren ✨ 👍 semoga lanjut sampai tamat💪
Miss Anonimity: Makasih, kak.
total 1 replies
mary dice
wang yi pasti dalam bahaya🧐 lanjut thor
Miss Anonimity: Nanti ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!