Niat hati hanya ingin mengerjai Julian, namun Alexa malah terjebak dalam permainannya sendiri. Kesal karena skripsinya tak kunjung di ACC, Alexa nekat menaruh obat pencahar ke dalam minuman pria itu. Siapa sangka obat pencahar itu malah memberikan reaksi berbeda tak seperti yang Alexa harapkan. Karena ulahnya sendiri, Alexa harus terjebak dalam satu malam panas bersama Julian. Lalu bagaimanakah reaksi Alexa selanjutnya ketika sebuah lamaran datang kepadanya sebagai bentuk tanggung jawab dari Julian.
“Menikahlah denganku kalau kamu merasa dirugikan. Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku.”
“Saya lebih baik rugi daripada harus menikah dengan Bapak.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Maukah Kamu Menjadi Menantu?
Maukah Kamu Menjadi Menantu?
Alexa tersentak kaget. Menoleh dengan mata melotot pada Julian.
“Apa? Ca-calon menantu?” ulang Alexa, menatap Julian dengan raut terkejut. Andai di dalam ruangan ini hanya ada mereka berdua, mungkin ia sudah melancarkan omelannya. Bila perlu ia akan mencekik Julian sampai pria itu mampus sekalian.
Julian menoleh, bersikap santai seolah benar mereka mempunyai hubungan yang serius.
“Sayang, kenalkan, ini ibuku, calon mertuamu.” Julian tersenyum, melepas cengkeramannya dari pergelangan Alexa, lalu membuka tangan di depan Emilia dan berganti merangkul pundak Alexa layaknya sepasang kekasih.
Ingin rasanya Alexa meninju wajah tampan Julian andai Emilia tidak memperhatikan mereka. Ditambah lagi ayah Julian sedang terbaring sakit. Akan sangat tak sopan jika ia membuat keributan.
Alexa pun terpaksa menyunggingkan senyumnya pada Emilia saat lengan kirinya terasa perih karena Julian sengaja mencubit lengannya. Rasa perih itu hanya bisa ia tahan sendiri. Ingin membalas pun, ia sadar sedang berada di mana mereka saat ini.
“Namanya Alexa, ya. Cantik sekali,” ujar Emilia memuji, tersenyum ramah pada Alexa seraya mengulurkan tangannya menyentuh wajah Alexa dengan lembut dan penuh kasih layaknya pada putri sendiri.
“Terima kasih, Tante. Tante juga cantik sekali,” balas Alexa memuji. Kemudian melirik Julian sekilas yang tampak tersenyum-senyum.
Hati Alexa yang tadinya sangat jengkel terhadap Julian pun menghangat seketika dengan perlakuan lembut Emilia. Cubitan Julian di lengannya itu mungkin kode agar ia mau bersandiwara di depan orangtua Julian.
“Kenapa baru sekarang kamu kenalkan pacarmu ini pada ibumu, Julian. Sudah lama kalian pacaran?” tanya Emilia.
“Ee maaf, Tante. Sebetu_”
“Belum lama, baru beberapa bulan ini. Bukannya aku tidak ingin memperkenalkan Alexa pada Ibu dan Ayah, hanya saja Alexa saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya. Jadi aku memilih menundanya sebentar. Itupun dengan persetujuan Alexa. Iya kan sayang?” Lekas Julian memotong ucapan Alexa, merangkulnya lebih rapat sebelum gadis itu mengatakan yang sebenarnya. Lagipula saat ini Alexa sedang mengandung anaknya. Jadi Alexa tidak akan punya alasan lagi untuk menolak lamarannya.
Alexa bingung harus berbuat apa untuk mengatakan fakta yang sebenarnya bahwa diantara dirinya dan Julian tidak ada hubungan apapun selain karena kesalahan satu malam yang pernah terjadi diantara mereka.
Namun rangkulan Julian yang semakin rapat, senyumannya, serta tatapan matanya yang tampak berbinar namun disertai sorot yang tajam itu terasa sangat mengintimidasi. Membuat Alexa dengan sangat terpaksa mengembangkan senyum di wajahnya.
Akan tetapi, kakinya tidak tinggal diam. Sengaja satu kakinya menginjak kaki Julian dengan kuat. Membuat Julian meringis kesakitan.
Mata Julian melirik ke bawah, melihat ke arah kakinya yang diinjak Alexa. Kemudian kembali menatap Alexa, memberi kode dengan tatapan matanya agar Alexa menyingkirkan kakinya.
Namun Alexa malah mendekatkan wajahnya ke telinga Julian untuk berbisik di sana.
“Kenapa, sakit? Makanya jangan main-main dengan saya.”
“Alexa, singkirkan kakimu,” bisik Julian.
“Tidak mau.”
“Singkirkan.”
“Oke. Tapi saya akan beritahu yang sebenarnya pada orangtua Pak Julian, kalau Pak Julian sudah menodai saya.” Alexa kekeh, tidak mau semudah itu mengalah. Alhasil, perdebatan saling berbisik pun tak terelakkan sampai mencuri perhatian Emilia.
“Baguslah kalau begitu. Sekalian saja beritahu mereka kalau kamu sedang hamil anakku sekarang. Bisa aku pastikan kita akan langsung dinikahkan.”
Alexa terkesiap, kehilangan kata seketika. Perdebatan yang saling berbisik itu pun berakhir dengan Alexa yang hanya bisa mengalah, menyingkirkan kakinya dari kaki Julian.
Senyum di wajah Julian langsung terkembang. Matanya menatap lekat kedua mata Alexa, seolah tenggelam dalam teduhnya tatapan mata itu. Tidak ada lagi mata yang melotot seperti sebelumnya. Yang ada hanya sepasang mata berbulu lentik yang membuatnya tak jemu memandangnya.
“Ada apa Julian, Alexa? Kalian sedang membicarakan apa?”
Suara Emilia menyentak keduanya. Mengalihkan perhatian mereka segera pada Emilia yang tengah berkerut dahi memperhatikan.
“Eee ... itu, Tante. Pak Ju_”
“Pernikahan. Iya, pernikahan.” Julian memotong cepat ucapan Alexa. Membuat Alexa lagi-lagi tersentak dan menoleh ke arahnya.
Dari sorot matanya jelas sekali terlihat Alexa tampak kurang nyaman bahkan mungkin tidak setuju dengan ucapan Julian. Tetapi Julian malah bersikap santai dan tersenyum pada Alexa.
“Alexa sudah tidak sabar untuk menikah. Iya kan, sayang?” Julian tersenyum, menatap wajah Alexa yang terlihat sedang menahan marah. Namun tidak ia pedulikan.
Alexa yang merasa sedang berada di situasi yang salah pun tak bisa berkata banyak. Ia hanya bisa tersenyum canggung meski hati dipenuhi amarah yang dibendung. Bukannya ia setuju dengan kebohongan Julian, hanya saja ia sedang berada pada posisi yang tidak menguntungkan.
“Jadi kapan baiknya pernikahan kalian dilangsungkan?” Suara Kevin mengalihkan segera perhatian mereka pada tempat tidur. Dimana Kevin sudah membuka matanya.
Pria paruh baya yang dikabarkan sedang sakit parah itu nyatanya terlihat segar bugar. Sebelumnya Julian sudah menduga jika ini hanya akal-akalan ayahnya saja. Sehingga timbul idenya untuk membawa serta Alexa membesuk ayahnya. Siapa sangka kedatangannya bersama Alexa mampu menyembuhkan ayahnya begitu cepat.
“Katanya Ayah sedang sakit parah?” Julian bertanya, melepas rangkulan dari pundak Alexa dan menghampiri sang Ayah, membantunya duduk dan bersandar pada tempat tidur.
“Sakitku memang parah. Tapi entah kenapa mendengar putraku akan menikah, langsung sembuh. Ajaib sekali bukan?” Kevin malah tersenyum.
Wajah Kevin memang terlihat pucat sekali, tubuhnya pun sebetulnya masih lemah. Namun begitu mendengar putra semata wayang akhirnya menemukan calon pendamping hidup, tubuhnya kembali bertenaga karena perasaan bahagia yang memenuhi dadanya. Sudah lama sekali ia ingin mendengar itu dari putranya sejak sang putra patah hati beberapa tahun lalu.
“Sudah kuduga. Akal-akalan Ayah tidak pernah ada habisnya,” gerutu Julian sedikit kesal. Namun hanya mendapatkan gelak tawa dari ayahnya.
“Ayahmu memang sempat parah,” ujar Emilia memberi pembelaan lantaran Julian menuduh Kevin hanya berpura-pura.
“Jadi ini calon menantuku? Siapa namamu, Nak?” tanya Kevin mengalihkan perhatian pada Alexa yang berdiri canggung memperhatikan mereka.
“Alexandra, Om,” jawab Alexa santun
“Alexandra. Nama yang cantik, secantik orangnya. Mendekatlah ke sini, Nak. Om ingin berbicara denganmu.”
Tak ingin dinilai sebagai gadis yang tidak kenal sopan santun, Alexa pun menurut meski perasaannya teramat canggung dalam menghadapi situasi ini. Ia mendekat ke sisi tempat tidur, kemudian duduk di tepian tempat tidur itu karena Kevin yang meminta.
Perlahan Kevin mengulurkan tangannya meraih jemari Alexa ke dalam genggamannya, menatap gadis itu dengan sorot mata berbinar dan penuh kasih.
“Alexa, Om sangat berterima kasih sekali kamu mau menjadi pendamping Julian. Julian adalah putra Om satu-satunya. Besar sekali harapan Om untuk melihat dia menemukan pendamping hidup sebelum waktu Om tiba,” ujar Kevin dengan lembut layaknya pada putri sendiri.
Alexa yang mendengar ucapan Kevin itu pun seketika didera perasaan yang tak biasa. Tadinya ia berniat untuk mengutarakan yang sebenarnya terjadi diantara dirinya dan Julian. Tadinya juga ia berniat menolak mentah-mentah untuk menjadi calon menantu keluarga itu.
Namun, kalimat Kevin yang terakhir itu membuat perasaan Alexa jadi tak menentu. Terselip perasaan iba juga sedih sebab ia mengerti maksud dari kalimat itu. Entah penyakit apa yang diderita Kevin sampai membuat pria paruh baya itu merasa tidak akan punya waktu lagi.
“Om tidak ingin berkata banyak. Om sangat senang sekali andai pernikahan kalian bisa dilangsungkan dalam waktu dekat ini. Om tidak tahu kapan Tuhan akan memanggil Om. Tapi sebelum waktu itu tiba, Om ingin sekali segera menjadikan kamu sebagai menantu di keluarga kami. Andai suatu hari nanti rumah tangga kalian menemui badai dan gelombang, tolong bertahanlah. Jangan tinggalkan suamimu dalam keadaan apapun.
“Anak Om punya banyak kekurangan. Om berharap kamulah yang bisa melengkapi kekurangannya.”
Alexa bingung entah harus berkata apa. Julian sudah menyeretnya ke dalam situasi yang sulit ia hindari. Terlebih, di dalam perutnya sedang tumbuh janin pria itu.
“Sebagai ayah kandung dari Julian Hadinata Smith, secara resmi ijinkan Om bertanya. Alexa, maukah kamu menjadi menantu keluarga Smith?”
To Be Continued ...
Mohon maaf baru bisa update😉
nanti setelah nikah
kamu jerat dia dengan perhatian tulusmu
Maka cinta Akan melekat dalam hati alexa
jangan lupa
sering Bawa ke panti asuhan
melihat bagaimana kehidupan kecil tanpa ibu /ayah
akhirnya menerima pernikahan
kamu gak tau alexa, klo pak Julian anak tunggal perusahaan yg kau incar ditempat lamaranmu kerja
selamat buat nona kecil/Rose//Rose//Rose/
kaget gak tuh Al