Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Red dan kedua rekannya masih menyaksikan jalannya transaksi antara Tuan Sam dan anggota The Silent Reapers.
“Ketua mereka yang mana?" Bisik si rambut merah.
“Dia!" Red menunjuk kearah pria muda yang tengah duduk bersandar dengan menyilangkan sebelah kakinya, menatap tajam lawan bicaranya.
“Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas." Timpal Exa.
Mereka tidak bisa melihat jelas bagaimana rupa Arsen, karena terhalang oleh Calvin dan Lexi yang berdiri di samping Arsen.
“Berita yang aku dengar ternyata benar adanya, mereka memiliki pasokan obat terlarang dan senjata rakitan yang cukup besar, ada beberapa pabrik mereka di pulau miliknya. Luar biasa." Puji Exa.
“Hmm, wajar mereka memiliki itu semua, dia menjadi pemimpin di usia muda dan kemampuan nya sungguh luar biasa, gak heran kalau asetnya begitu banyak." Timpal Red.
“Kalian bersiaplah diposisi masing-masing." Lanjut Red melihat dari gelagatnya sepertinya transaksi selesai.
Sementara Arsen memberikan kode dengan jari telunjuknya yang bermain di pahanya sendiri membuat ketukan pelan. Nico mengerti, lalu beralih pada Lexi dan Calvin.
“Aku tidak menyangka, ternyata kau masih begitu muda." Ucap Tuan Sam.
Arsen menarik sudut bibirnya. “Lebih baik segera selesaikan transaksi ini, aku harus cepat kembali."
Tuan Sam tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Melambaikan tangannya dan dua orang menghampiri dengan membawa dua koper berisi uang. Untuk klien yang satu ini Arsen meminta uang tunai.
Koper dikuba, lalu Arsen memberikan kode pada Calvin, pemuda itu mengangguk lalu memeriksanya dan semua asli.
Kedua kubu sudah saling memeriksa dan transaksi sudah dilakukan.
“Exa, Ge, bersiaplah, kita lakukan sekarang." Titah Red, kedua rekannya tidak menjawab hanya dengan anggukan saja.
Senjata mereka arahkan pada Arsen yang ternyata sudah menghabisi Tuan Sam. Tentu saja itu membuat ketiganya kaget. Hanya sekali kedip.
Dor
Anggota The Silent Reapers langsung menembak kearah tiga pembunuh bayaran itu.
“Sial, mereka mengetahui keberadaan kita!!" Teriak Red.
Arsen Tidak perlu turun tangan, hanya tiga orang tidak berguna, anak buahnya pasti sanggup menghabisi ketiganya.
“Kita pulang"
**
Erlan menikmati wajah kaget dari kedua putranya, Arion dan Arsen, yang sama-sama baru pulang dari perjalanan bisnis langsung di suguhi empat gadis sekaligus.
Rupanya Gabriel tidak menyerah atas keinginannya yang ingin menjodohkan kedua cucunya dengan putri dari beberapa kenalannya itu.
Di meja makan, Tuan Mafia dan Tuan Ceo, segera mengubah ekspresi nya dan memasang wajah datar dengan tatapan dingin.
Gabriel yang melihat itu kesal sendiri, ada apa dengan kedua cucunya, apakah mereka berdua selamanya akan hidup sendiri?
Gabriel berdehem pelan. “Karena semua sudah berkumpul... "
“Intinya pria tua, jangan terlalu banyak bicara." Sela Arsen. Erlan tersenyum tipis mendengar ucapan putra bungsunya.
“Opa ingin kalian berdua berkenalan dengan... "
“Kami berdua merestui Opa untuk menikah lagi, dan untuk kalian berempat selamat datang di keluarga kami." Lagi-lagi Arsen menyela dan memberikan selamat. Mata Gabriel melebar sempurna, apa-apaan, sementara empat gadis itu saling pandang.
“Kamu menolak kami?" Tanya salah satu dari keempat gadis itu.
“Apa kamu mengharapkan kami menerima kalian?" Alih-alih menjawab Arsen balik bertanya dengan suara dinginnya.
“Arsen!" Gabriel mencubit paha cucunya.
“Jangan mencubitku pria tua, aku tidak ingin menikah."
“Ck, untung dia menolak, menyebalkan." Gumam gadis berkacama besar. Suaranya pelan, tetapi Arsen masih bisa mendengarnya.
“Tentu saja kita berdua menolak, tidak ada yang menarik darimu." Ketus Arion.
Perdebatan terus terjadi, baik Arsen maupun Arion keduanya tetap menolak dan langsung pergi meninggalkan acara makan malam.
***
Erlan terdiam dalam hati sangat bahagia, lantaran kedua putranya pulang ke rumah dan menginap. Mereka bertiga, pria kaku berbeda usia itu duduk di ruang tamu.
“Diantara kalian berdua harus ada yang menikah, lihatlah rumah ini sangat sepi." Ucap Erlan.
Arion dan Arsen saling melirik. “Dia!!" Keduanya saling menunjuk. Erlan menggelengkan kepalanya.
Arsen menghela nafas panjang. “Aku masih ingin bebas dan kalau Daddy ingin cucu, nanti aku akan membuatkannya, mau berapa?"
Enteng sekali bicara Arsen? Mau buat dan mau berapa? apa dia pikir mendapatkan anak seperti beli kue di toko?
“Buat anak harus menikah dulu." Timpal Arion.
“Tidak perlu, aku tidak mau terikat dengan hubungan pernikahan." Jawab Arsen tetap menolak.
Arion memutar bola matanya malas. “Kalau anakmu laki-laki tidak masalah, pasti akan kuat menahan diri jika ada yang mengatakannya anak haram, lalu bagaimana kalau anakmu perempuan? Pasti akan menangis, sungguh aku tidak bisa membayangkan itu." Ujar Arion lebih memikirkan nasib anak-anaknya jika tidak menikah.
“Aku akan membunuh siapapun yang berani mengatai anakku." Tentu saja Arsen tidak akan diam kalau benar nantinya ada yang menghujat putrinya.
“Ck, Kamu hanya tau soal membunuh saja."
Arsen mengangkat kedua bahunya acuh.
***
Mata Arsen menatap tajam Lexi yang cengengesan, pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. dia tidak salah tempat, memang seperti ini konsepnya.
“Kita mau keacara lelang Lex, kenapa bisa sampai ke pertunjukan menari?" Ucap Calvin, berlagak kesal tetapi matanya terus melihat kearah gadis-gadis yang sedang menari.
“Ck, kalian ini sangat kolot, kita sudah berada di tempat lelang." Jawab Lexi, dia tidak salah, mereka sudah berada di tempat pelelangan hanya saja beda apa yang di suguhkan.
“Lexi.. " Tegur Nico
Lexi kembali berdecak. “Oke.. Oke.. lihat, tidak ada yang salah dengan tempat ini, kalian perhatikan baik-baik para gadis itu, bagian perut dan jari tengahnya."
Arsen tidak menjawab tetapi matanya melihat kearah apa yang Lexi katakan.
“Bagaimana seksi kan" Bisiknya kembali cekikikan.
Arsen hanya melirik sekilas. matanya kembali fokus. Ya, ini lelang yang berbeda, dia melirik kearah samping, beberapa pria bersenjata laras panjang berada di balik tirai.
“Kalian tau siapa pemilik penyelenggara lelang ini?" Bisik Lexi pelan. Calvin dan Nico menggelengkan kepala.
Lexi menghela nafas panjang. “Sama aku juga tidak tau"
“Tidak penting siapa pemiliknya, kedatangan kita kemari untuk mencari kembali berlian itu." timpal Arsen.
“Apa istimewanya berlian itu, padahal dia sangat kaya, bisa membelinya.. "
“Kita bisa membeli segudang berlian, tetapi tidak dengan kenangannya." jawab Arsen melirik kearah Nico yang fokus ke depan.
Sampai beberapa menit kemudian MC keluar dan akan memulai acara intinya. para gadis penari itu berjajar dengan rapi.
Pelelangan pertama sama sekali tidak menarik dan bukan itu yang mereka cari.
“Apa ini yang di maksud pelelangan manusia?" bisik Calvin kebingungan, barang yang terjual mendapatkan bonus satu gadis.
“Hmm" gumam Nico
“Gila!!" Calvin terkejut.
“Apa yang berada dibalik kain merah itu?"
“Semoga saja yang kita cari." jawab Nico tidak sabar menunggu.