Dikhianati adik sendiri tentu akan terasa sakit, apa lagi ini soal cinta.
karena kesibukan Anya yang bekerja, dirinya selalu membuat sang kekasih berdekatan dengan sang adik, tidak tahu ini salah cinta atau salah Anya yang tak bisa menjaga kekasih nya.
sampai menjelang hari pernikahan dia baru tahu jika sang kekasih menghamili sang adik.
Bisakan Anya keluar dari bayang-bayang pengkhianatan cinta dan menemukan cinta baru dari lelaki lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewiwitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita awal menjadi suami istri
Anya menatap heran kearah Raka, suaminya sedikit berbeda. Raka mendadak diam tak seperti biasanya, Anya merasa ini ada yang aneh. Tak biasanya Raka mendiaminya, kemana Raka yang selalu duduk di sampingnya, menggenggam tangan nya bahkan memeluknya.
Ini bukan hanya perasaan Anya saja, tapi ini benar-benar perubahan Raka yang bisa di rasakan siapa saja. Bahkan papanya merasakan jika ada sesuatu yang berbeda dari Raka.
“Mas, apa aku melakukan kesalahan?”
“Tidak.”
Bahkan jawaban Raka terkesan cuek, Raka tak pernah berbicara tanpa melihat wajah Anya tapi kali ini Raka tak bisa mengalihkan pandangan nya dari ponselnya.
Anya mendekati Raka yang sedang duduk di sisi lain tempat tidur nya, berjongkok didepan Raka kemudian dia mengambil alih ponsel yang sedari tadi di pandangi Raka.
Anya melihat apa yang di lihat Raka didalam ponselnya, ternyata itu adalah foto dirinya saat tersenyum setelah Anya dan Raka sah menjadi suami istri.
“Anya.”
Anya menatapnya dengan pandangan menyelidik, mengapa Raka menatap foto dirinya sedangkan didepannya benar-benar ada dia.
“Kamu kenapa, kenapa kamu mendiamkan aku. Apa aku ada salah?”
Kali ini Anya menatap Raka intes, bahkan Raka bisa merasakan aura Anya yang mengintimidasinya.
“Jangan diam saja, jika memang aku melakukan salah. Katakan jangan hanya duduk diam saja, aku bukan cenayang yang mengetahui semua isi pikiranmu.”
Raka menundukkan pandangannya, bahkan dirinya sudah takut untuk memulai obrolah.
“Maafkan mas.”
Anya yang mendengar kata maaf dari Raka kini mulai meluluhkan pandangan nya, dirinya duduk di samping Raka membawa jemari Raka untuk dia genggam. Anya tak tahu sebenarnya suaminya ini kenapa.
“Oke, sekarang aku tidak akan menatap tajam kamu. Tapi tolong katakan jika kamu diam saja. Aku selamanya takkan pernah tahu apa yang terjadi padamu, mas.”
Raka mengganti posisinya, kini giliran Raka yang duduk berjongkok didepan Anya. Tangannya dia gunakan untuk memeluk tubuh Anya, kepalanya dia sandarkan didada Anya.
“Maafkan aku, sayang.”
Suaranya serak, bahkan membuat Anya sedikit panik kenapa suaminya jadi cengeng begini.
Anya menunggu kalimat Raka selanjutnya, tangannya dia gerakkan untuk menyurai lembut rambut tebal milik Raka.
“Mas merasa berdosa kepada mu, maafkan mas karena sempat meragukan kesucian mu. Mas memang bodoh dan tidak pernah berpikir panjang jika itu soal kamu, sayang.”
Anya benar-benar bingung dengan semua yang dikatakan oleh Raka, kesucian apa yang di ragukan oleh suaminya ini.
“Maksut mas bagaimana? Aku benar-benar tak mengerti.”
Raka menceritakan semua yang dikatakan oleh Andira padanya bahkan Raka juga menceritakan semua obrolannya dengan Shaka, dengan air mata yang terus mengalir Raka meminta maaf kepada Nya. Mendekapnya bahkan kini baju bagian depan Anya sudah basah karena air mata Raka.
“Maafkan mas, mas memang bodoh. Sayang.”
Anya bingung mau marah atau tertawa melihat mata, hidung dan pipi Raka memerah karena menangis. Raka terlihat menggemaskan.
“Aku semakin mengagumi pak Shaka, dia benar-benar peria yang dewasa dan mempesona. Betapa beruntungnya Zizah memiliki suami seperti pak Shaka.”
Anya berniat mengerjai Raka dengan membanggakan lelaki lain.
“Apa aku tukar suami saja.”
“Sayang.”
Raka merengek kepada Anya, Raka benar-benar tak bisa mendengar istrinya memuji lelaki lain.
“Bercanda.”
“Mas enggak suka, kalau kamu membanggakan lelaki lain. Cuma mas yang boleh kamu banggakan.”
Anya memegang kedua pipi Raka, lalu kemudian mengecup hidung Raka yang memerah.
“Dengarkan wahai suami Anya, semua yang dikatakan Andira itu tidak benar. Bahkan aku dan mas Akbar tak pernah berciuaman bibir, kami hanya melakukan skinship yang ringan. Dan semua yang di bicarakan pak Shaka itu memang benar.”
“Aku harap kedepannya, mas akan berbicara langsung dengan aku tentang semua yang mas cemaskan.”
“Maafkan mas, mas memang laki-laki bodoh.”
“Ssssttt, suami Anya itu bukan laki-laki bodoh. Suami Anya laki-laki yang hebat dan pintar.”
Anya mendekap tubuh Raka, Anya bersyukur memiliki Raka disampingnya.
“Mas.”
“Iya sayang.”
“Kalau mas ragu, mas Raka bisa membuktikan nya sendiri.”
Anya mengecup singkat bibir milik suaminya lalu kemudian mengedipkan sebelah matanya.
Malam ini Raka takkan bisa lolos dari godaan Anya, Raka tak menyangka ternyat istrinya memiliki sisi liar yang tak bisa Raka tolak.
.
.
.
.
.
Pagi ini Raka terbangun dengan wajah sumringah, di sampingnya terdapat wanita yang kini sudah seutuhnya menjadi miliknya. Semua yang dikatakan Andira memang bohong dan memang hanya ingin membuat Raka dan Anya bertengkar.
Raka memeluk tubuh Anya, memberikan kecupan pada seluruh wajah Anya yang membuat tidur Anya terganggu.
“Mas, aku masih ngantuk loh.”
Anya menatap sebal kearah Raka, semalam dirinya benar-benar baru bisa tidur jam satu dini hari dan sekarang masih jam lima pagi. Kenapa suaminya ini sangat semangat bangun pagi.
“Mas mau nya kayak gini giman dong.”
“Aku ngambek ya.”
“Dosa loh ngambek sama suami.”
“Masnya jangan gangguin aku, aku masih ngantuk.”
Anya berusaha menjauhkan wajah Raka dari wajahnya, sedang Raka terus berusaha untuk bisa mencium wajah istrinya.
“Mas, ih.”
“Kamu gemesin soalnya, mas siap-siap kekantor. Mas kan belum mengajukan cuti menikah.”
“Ohh iya, baju kerja kamu udah dibawa belum?”
“Kata mama, ada di koper kecil. Yang.”
Raka berjalan menuju kamar mandi, kemudian menghilang di balik pintu kamar mandi.
“Yang, enggak mau mandi bareng tah.”
Bugh.
Satu bantal melayang kearah Raka, tapi tidak terkena wajah Raka.
“hahaha, galak nya istriku.”
“Cepat mandi Raka Mahardika!”
Raka kembali masuk kedalam kamar mandi dan memulai ritual mandinya, sedangkan Anya kini sudah bangun dan bersiap menyiapkan semua keperluan kantor Raka.
Raka memakai baju yang sudah di siapkan oleh Anya.
"Sayang, pasangin dasi."
Anya mengambil dasi yang sudah dia siapkan tadi dari tangan Raka, memasangkan nya pada leher Raka.
"Ganteng nya suami aku."
"Istri mas juga cantik."
Raka memeluk pinggang ramping milik Anya, menatap intens wajah Anya. Raka mencuri kecupan pada bibir Anya.
"Mas."
Raka hanya tersenyum menanggapi teguran Anya akan tingkahnya.
"Sarapan dulu, ya."
Anya menggandeng tangan Raka untuk menuju ruang makan, tapi Raka enggan untuk mengikuti Anya.
"Kenapa mas, ada yang kurang?"
Raka menggeleng.
"lalu kenapa diam saja, mas harus segera berangkat. Jarak rumah ke kantor itu lumayan jauh."
"Mas enggak jadi kekantor saja, mas mau berdua saja sama istri mas ini."
Raka memeluk Anya dari belakang, meletakkan kepalanya di ceruk leher Anya sedikit mengendusnya. Sekarang aroma tubuh Anya menjadi aroma favorit Raka.
"Mas, itu harus meeting."
"Kenapa kamu bisa tahu?"
"Papa tadi telfon aku, katanya hari ini mas harus kekantor karena tidak bisa cancel jadwal."
"Is, papa itu gangguin kita aja."
"Mas, jangan gini dong harus profesial."
"Tidak mau pisah sama istri."
Raka semakin mengeratkan pelukannya, merengek untuk tidak mau pergi kekantor. Anya yang kesabarannya sedang di ujipun hanya bisa pasrah.
"Mas, nanti siang Anya kirim makan siang kekantor. Nanti Anya temani sampai selesai."
"Janji?"
"Janji, sayang."
Anya menganggukkan kepalanya, dan Raka pun akhirnya mau pergi kekantor.
biar aman dari adik durjana Thor