NovelToon NovelToon
PACARKU Anak SMA

PACARKU Anak SMA

Status: tamat
Genre:Berondong / Beda Usia / Tamat
Popularitas:1M
Nilai: 4.8
Nama Author: ara cahya

Terpaksa dia harus menyamar sebagai tenaga pengajar di sekolah bergengsi dan terkenal di kota tersebut.

Rencana tersebut terpaksa dilakukan lantaran, sampai detik ini, tersangka pembunuhan berantai yang melibatkan siswa SMA sebagai korbannya belum juga di temukan.

Alhasil, pihak kepolisian harus menggunakan cara tersebut.

Membuat Bulan, mau tak mau harus melakukan tugas yang di bebankan pada dirinya.

Bagaimana jadinya seorang polwan cantik, masuk ke dalam area sekolah. Bahkan menjadi seorang guru di sekolah tersebut.

Apa Bulan akan mengalami kesulitan, atau malah menemukan pelaku dari pembunuhan berantai tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ara cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PaS 32

Mbok Yem melihat ke depan rumah. Seakan dirinya sedang menunggu kedatangan seseorang. Kedua sudut bibirnya terangkat, saat melihat seorang lelaki muda mendekat ke arahnya.

"Ayo, cepat masuk." pintanya sembari celingukan, setelah dia memastikan bahwa tidak ada satu orangpun yang melihat dia memasukkan seseorang ke dalam rumah majikan, tanpa si pemilik rumah.

Kenapa mbok Yem tidak melakukan di siang hari. Padahal Bulan juga sedang tidak ada di rumah. Bukannya tidak mau, namun tidak bisa. Saat siang hari, pasti akan ada banyak mata yang melihat jika ada tamu yang datang ke rumah.

Pasalnya, rumah yang di tinggali oleh Bulan termasuk perumahan yang padat dengan sebagian besar para perempuan memang hanya berada di rumah. Sebagai ibu rumah tangga.

Mbok Yem takut jika mereka akan bertanya atau mengatakan sesuatu pada Bulan. Pastinya Bulan akan curiga pada dirinya. Dan bisa saja dia langsung akan dipecat dari pekerjaan tersebut.

Dan yang terparah. Semua rencana dari orang yang membayarnya dengan harga mahal akan terkuak jika Bulan sampai tahu. Pasti dirinya juga yang akan terkena imbasnya. Seperti, jiwanya yang pasti akan melayang dari tubuhnya.

Tanpa mbok Yem ketahui, Bulan juga sudah tahu semuanya. "Apa kamu yakin, jika di rumah ini tidak ada kamera CCTV yang terpasang?" tanya Mbok Yem ragu.

"Tenang saja mbok, saya pernah ke sini beberapa hari yang lalu."

"Kapan?" tanyanya dengan ekspresi terkejut. Yang artinya beliau memang tidak tahu akan hal tersebut.

"Sekitar sore hari. Pukul empat sore. Mbok Yem sudah pulang."

"Ckk,,,, waktu yang sangat berbahaya." ucap mbok Yem mengingatkan. "Apa Non Bulan saat itu ada?"

Lelaki muda yang diketahui oleh Bulan sebagai anak mbok Yem tersebut hanya mengangkat kedua bahunya, yang artinya dia tidak mengetahuinya. "Mungkin belum. Jika sudah datang, aku pasti ketahuan." tuturnya, sebab dia juga masuk ke dalam kamar pribadi Bulan.

"Lain kali, berhati-hatilah. Jangan sampai kita ketahuan." ucap mbok Yem mengingatkan.

"Apalagi Non Bulan bukan perempuan sembarangan." lanjutnya.

Dari tempat lain, Gara menaikkan alisnya, mendengar penuturan dari pembantu di rumah Bulan. Gara bisa menebak, jika dia tahu. Bahwa Bulan sedang dalam sebuah misi.

Lelaki tersebut makan buah apel yang diambilnya dari atas meja. "Tenang mbok,,,, semua itu tidak akan terjadi. Buktinya sampai sekarang kita masih aman-aman saja. Aku tidak begitu percaya dengan semua ucapan mereka." ucapnya, meremehkan kemampuan Bulan.

Gara tersenyum samar, mendengar penuturan lelaki muda sepantarannya tersebut. "Bulan memang tidak berbahaya. Tapi dia dengan mudah bisa memisahkan kepala dari tubuh elo." desis Gara di tempat lain.

"Terserah. Apa kamu yakin, jika tidak ada kamera CCTV di rumah ini?" tanya mbok Yem untuk kedua kalinya. Memastikan semua aman.

"Ya ampun mbok.... Tenang saja, jika ada kamera CCTV, pasti majikan mbok akan tahu. Mana mungkin sekarang mbok tetap bekerja di sini." tukasnya membela diri.

"Sudahlah, jangan banyak bicara. Cepat kamu segera bekerja. Keburu Non Bulan pulang."

"Baik. Mbok, sebaiknya berjaga di depan. Takut ada yang datang."

"Tenang saja, pintu sudah tertutup, dan terkunci rapat. Tidak akan ada yang masuk."

Lelaki muda tersebut menggeledah setiap ruangan di dalam rumah Bulan. Entah apa yang sedang dia cari. "Di sana tidak ada apa-apa..!!" seru mbok Yem, yang artinya dia sudah pernah menggeledah ruangan tersebut.

"Lalu dia meletakkan semua hasil penyelidikannya selama ini di mana?" tanyanya dengan bingung.

"Aku juga sudah menyisir setiap ruangan saat bersih-bersih. Tapi tidak ada yang mencurigakan." tukas mbok Yem.

Gara tetap fokus pada mereka berdua. "Hasil penyelidikan apa yang mereka maksud?" tanya Gara pada diri sendiri.

Setahu Gara, Bulan masih dalam tahap awal menyelidiki kasus di kota ini. Dan Bulan selalu menyerahkan hasil penyelidikannya pada sang atasan. Tapi terkait penyelidikan pembunuhan. Bukan masalah atau perkata yang lain.

"Lalu apa yang mereka cari?" Gara mencoba menebak apa yang disembunyikan oleh Bulan dari dirinya.

"Jika Bulan menyembunyikan sesuatu, mana mungkin dia memintaku untuk memantau mereka berdua dari sini." cicit Gara berpikir realistis.

Sebab, Bulan pasti akan menyembunyikan semuanya dari dirinya. Jika memang benar ada yang Bulan sembunyikan dari dirinya.

"Aku harus bertanya pada Bulan. Siapa tahu dia mengetahui sesuatu. Tapi dia sendiri tidak sadar akan hal itu." tebak Gara, mengangguk pelan.

Ketakutan Gara, Bulan menjadi sasaran orang yang menarik curiga padanya akan suatu hal. Tapi Bulan sendiri tidak menyadari apa masalah yang sedang dia hadapi.

Sementara di tempat lain. Sedang terjadi sebuah rapat kecil. Mereka adalah sekumpulan orang yang sedang Bulan dan Gara cari.

Mereka terkait dengan senjata yang Bulan lihat di dalam box mobil. Serta cairan kimia yang ditemukan oleh Jeno di dalam ruang rahasia yang terdapat di sekolah.

"Sepertinya kita harus segera mengalihkan semua bahan dan peralatan kita di sekolah milikmu itu." saran seorang lelaki menggunakan jaket kulit.

"Jangan bertindak gegabah. Tidak mudah mengalihkan bahan-bahan tersebut. Kamu tahu sendiri. Jika sampai ada yang jatuh, bisa terjadi ledakan. Bayangkan, jika semua terjatuh saat dipindahkan. Sekolah tersebut akan rata." timpal lelaki bertubuh tinggi dan besar tersebut.

"Tapi seseorang sudah mengetahuinya."

"Apa mungkin dia Bulan?"

"Tidak mungkin. Jika dia Bulan, saat ini pasti aku sudah tahu. Dia selalu melaporkan setiap hasil penyelidikannya pada atasannya." paparnya.

"Benar juga. Lalu siapa mereka. Kita harus lebih berhati-hati. Dan paling penting. Kita harus mencari kedua orang itu."

"Sialnya, mereka bahkan tidak tertangkap kamera CCTV." tuturnya, yang berarti kemungkinannya sangat kecil, mereka dapat menemukan dua orang misterius tersebut.

"Pasang jebakan di sekolah. Aku yakin, mereka akan kembali lagi. Entah kapan." saran salah satu dari mereka.

"Lebih tepatnya, pasang kamera CCTV di ruangan tersebut. Kita akan segera tahu, jika mereka datang."

Tanpa mereka sadari, Bulan sudah terlebih dahulu memasang kamera pengintai di ruangan tersebut. Yang dia rekatkan di tembok. Dengan permen karet sebagai alat perekatnya.

Mereka terus berdiskusi terkait dua orang yang sudah mengetahui tempat macam apa yang terdapat di lingkungan sekolah tersebut.

Serta berdiskusi hal lain, seperti penjualan beberapa senjata yang akan mereka selundupkan ke luar negeri. Serta alat-alat militer yang berbahaya lainnya.

Tanpa mereka sadari, Gara sudah menemukan markas mereka yang lain. Gara tersenyum sempurna, saat mobil box yang berisi dengan banyak senjata serta amunisinya tersebut masuk ke dalam sebuah gudang yang terbengkalai.

"Ternyata mereka begitu ceroboh. Tapi gue harus tetap waspada dan bertindak teliti." papar Gara, mengalihkan pandangan dari kamera CCTV rumah Bulan, ke tempat lain.

"Apa semua ini ada hubungannya. Senjata api, cairan peledak, penggeledahan di rumah Bulan." gumam Gara menyambungkan semua kejadian yang masih tercecer.

Gara tetap bekerja dengan mata yang jeli dan jari-jemari lincah di atas keyboard. Sedangkan Bulan, melajukan mobilnya ke tempat dia akan menemui Jeno dan yang lain.

"Mana bu Bulan?" tanya Mikel yang sudah berada di tempat tersebut bersama yang lain.

"Sabar." sahut Jeno.

"Elo yakinkan, di sini tempatnya?" tanya Jevo, yang dijawab anggukan oleh Jeno.

"Kita menunggu di sini saja." tukas Arya, yang tidak berani masuk ke dalam rumah di belakangnya.

Mata keempat lelaki berumur belasan tahun tersebut memindai sekitar rumah yang tak terawat tersebut. "Rumah ini, pasti akan sangat mewah dan megah. Jika saja ada yang merawat." celetuk Arya.

Ketiganya mengangguk setuju dengan perkataan Arya. "Dan akan menjadi satu-satunya rumah terbesar dan termegah di sini." timpal Mikel.

"Iya, karena tidak ada rumah lain. Selain rumah ini. Bagaimana kalau elo saja yang merawatnya. Sekalian elo tinggal di sini." ketus Arya.

Mikel hanya memutar kedua matanya dengan malas. Dia tahu, kenapa sedari tadi Arya gampang tersulut emosi dan berceloteh tak karuan.

Semua itu katena Arya merasa takut dengan tempat yang sekarang mereka pijak.

Mereka datang ke tempat ini menggunakan satu mobil. Sepanjang jalan, hanya ada tumbuhan liar dan beberapa pohon besar di kanan kiri jalan. Tak ada lampu penerangan sama sekali.

Pikiran Mikel mulai tak tenang. "Jangan-jangan kita hanya di kerjai saja." celetuk Mikel, sebab waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam lebih sepuluh menit.

Arya langsung menatap intens ke arah Mikel. Dirinya tadi juga sempat berpikiran seperti itu.

Semua mata memandang ke arah Jeno. Ketiganya berada di sini karena Jeno. "Ckk,,,,, mungkin sebentar lagi bu Bulan akan datang." ujar Jeno, yang sebenarnya juga sedikit cemas.

"Lagian, dari mana guru secantik bu Bulan tahu tempat semacam ini." tukas Arya.

Pandangan keempatnya mengarah ke jalan, di mana ada sebuah mobil yang berjalan ke arah mereka. Mobil tersebut berhenti di depan mereka.

Perlahan, kaca mobil diturunkan dari dalam. Menampilkan wajah cantik guru baru mereka. Seketika perasan keempat lelaki tersebut terasa lega. Batu yang sedari tadi menghimpit paru-paru mereka seakan hilang.

Bulan tidak turun dari dalam mobil. "Ikuti mobilku dari belakang." seru Bulan, memerintah keempatnya.

Segera keempat lelaki tersebut masuk ke dalam mobil mereka. Mengikuti ke mana mobil Bulan berjalan. "Bu Bulan mau membawa kita ke mana?" tanya Arya.

"Elo bisa diam nggak sih. Cerewet." tukas Mikel.

"Ckk,,, gue cuma takut. Bagaimana kalau bu Bulan mau menjual kita." ucap Arya nyleneh.

"Nggak ada yang bisa dijual dari tubuh elo." sahut Mikel. Arya melirik Mikel dengan tatapan kesal.

Sementara Jeno fokus dengan jalan di depannya. Dan Jevo, mengamati sebelah kiri jalan. Di mana hanya ada pohon-pohon besar yang berjejer tak beraturan.

Mobil mereka berhenti. Dimana di depan mereka seperti ada pagar yang terbuat dari tanaman, terbuka sendiri. "Gila. Tempat apa ini." gumam Mikel.

Mobil keduanya masuk ke dalam. Dan pagar tersebut tertutup kembali. "Maaf bu, ini,,, kita di mana?" tanya Arya memberanikan diri.

Sebab, sedari tadi dirinyalah yang selalu kepo dan ketakutan. "Di tengah hutan." jawab Bulan sekenanya.

"Ayo masuk." ajak Bulan, mulai melangkahkan kakinya. Keempat lelaki tersebut berjalan mengekor di belakang Bulan.

Dengan kedua mata mereka selalu melihat sekitar mereka yang telah mereka lalui. Bulan membuka sebuah pintu yang terlihat berdebu.

Cklek... Semua lampu menyala. Menampilkan bagaimana isi ruangan tersebut. "Waooww..." lebih besar dan lebih hebat dari markas kita." celetuk Arya.

Bulan membersihkan salah satu kursi besar, lalu duduk di atasnya. "Silahkan duduk. Mungkin agak sedikit berdebu."

Keempatnya lagi-lagi menuruti apa yang Bulan katakan. "Apa Jeno sudah menceritakan pada kalian. Siapa saya."

"Apa semua itu benar?" tanya Jevo pada Bulan, yang artinya Jeno sudah menceritakan pekerjaannya yang sesungguhnya.

"Tempat ini, adalah salah satu markas kami yang sudah tidak terpakai."

"Bagaimana kami bisa percaya dengan semua perkataan anda?" tanya Jevo.

Bulan mengambil sebuah benda kecil, lalu memencet salah satu tombol di benda tersebut. Sebuah layar menyala. "Itu adalah biodata saya. Dan pekerjaan saya." jelas Bulan.

Semua mata memandang ke arah layar tersebut. Kecuali Jeno. Pandangannya masih tertuju ke arah Bulan. Ada perasan kagum, bercampur takut yang dia rasakan.

"Bagaimana, jika teman-teman ibu datang ke sini?" tanya Jeno, membuka suara.

Bulan tersenyum kecut. Kembali mencet tombol di tangannya. Sembari menggoyangkan kakinya. "Kami semua ada lima orang, saat menjalankan misi waktu itu."

Bulan menatap ke arah layar. Di mana dia perempuan satu-satunya. "Mereka bertiga gugur dalam misi. Sementara saya dan satu teman saya, berhasil selamat. Dan pulang membawa sebuah kemenangan serta rahasia besar." jeda Bulan.

Keempat murid Bulan, dapat melihat tatapan sendu di kedua mata Bulan. "Kita berdua hidup seperti sedia kala. Tampak tenang dan damai. Siapa sangka, semua hanya sesaat." jeda Bulan.

"Saya, dan dia kembali di serang oleh musuh, yang ternyata diantara mereka mengenali wajah kami. Mungkin, takdir kita berbeda. Dia meninggal karena menyelamatkan nyawa keluarganya, sementara saya masih tetap hidup untuk kembali membalaskan dendam."

"Mak-maksud ibu?"

Bulan memandang keempat anak didiknya yang duduk di kursi depannya. "Saya datang pada mereka. Sebagai malaikat, pencabut nyawa." ucap Bulan tersenyum miring.

Ketiga lelaki saling pandang dan menelan ludahnya dengan kasar. Tidak dengan Jeno, sebab dia pernah sekali melihat bagaimana Bulan dengan santai menembak mereka. Bahkan dua diantaranya tidak bernyawa.

Bulan berdiri. "Oke. Ada yang kalian tanyakan lagi? Sebelum saya memperlihatkan sesuatu pada kalian?" tanya Bulan.

Bulan berjalan ke arah sebuah keyboard. Memasukkan flash disk yang dia bawa dari rumah ke dalam sisi keyboard.

"Dia adalah Serra." jelas Bulan, memperlihatkan gadis yang pernah dia tolong beberapa hari yang lalu.

"Sella." cicit Mikel.

Bulan memandang Mikel. "Serra, bukan Sella, murid perempuan yang sedang mendekati Jeno."

Bulan beralih memandang Jeno, tampak Jeno menelan ludah dengan kasar. "Kalian seharusnya tahu, siapa dia. Jika benar apa yang dikatakan Jeno. Jika kalian juga menyelidiki kasus pembunuhan berantai." jelas Bulan, kembali duduk di kursi.

"Jangan-jangan, dia korban penculikan yang selamat." tebak Arya, sebab dia belum pernah melihat wajah dari korban tersebut.

"Dan saya yang menyelamatkannya." timpal Bulan.

Semua melongo, terkejut, tentu saja. "Perhatikan rekaman video ini."

Bulan memutar video, dimana dia meletakkan kamera kecil di padang rumput. Dimana Bulan dan Gara bisa melihat mata dari pembunuh tersebut. "Ini,,,, apakah mata itu..." tebak Jevo mengambang.

"Benar." sela Bulan.

"Bukankah dia ditemukan di gedung?" tanya Mikel, melihat ke arah Bulan.

"Bu Bulan yang memindahkannya?" tanya Jeno lagi, dan Bulan mengangguk.

"Tak perlu kalian bertanya, apa tujuan saya memindahkan Serra dari tempat awal saya menemukannya. Saya rasa, kalian bisa menyimpulkan sendiri." tukas Bulan.

"Lalu, apa Serra tahu, jika ibu yang menyelamatkannya?" tanya Jevo.

Bulan menggeleng. "Karena saya tidak ingin polisi mengetahui jejak saya. Paham."

"Jika begitu, pasti Serra melihat wajah pelaku tersebut." tutur Arya.

"Melihat. Tapi apa elo berpikir seperti mereka juga." celetuk Mikel.

"Maksudnya?" tanya Arya bingung.

Jeno menghela nafas kasar. Sementara Bulan tersenyum samar. "Ternyata diantara mereka ada yang lola (loding lama) juga." batin Bulan.

"Bisa saja, pelaku memakai topeng saat beraksi. Dia sudah berkali-kali melakukan aksinya. Dan semua langsung di eksekusi. Lalu kenapa, dia tidak langsung mengeksekusi Serra, seperti yang lain. Dan malah menunjukkan wajahnya." jelas Mikel.

Arya mengangguk. "Benar juga. Dia ingin mengecoh kita semua."

"Lalu, bagaimana dengan Serra saat ini?"

"Dia dalam bahaya." tutur Bulan.

1
Musri
bolak balik d cek,sapa tau thor nya baik hati mau lanjutin season 2 nya🤭
Rayhan Febriansyah
kasian gara, setiap jatuh cinta harus merasakan sakit hatinya Krn merasa dirinya cacat jadi ga bisa menggapai cinta nya ..semoga gara mendapatkan kekasih yg bisa menerima dia apa adanya
Siska S
season 2 thor boleh😊
Reza Talita
kurang dong soal romantis nya Jeno sama bulan ..
Reza Talita
maaf kakak dama apa sama kakak soal kata sama sering ada jadi 😕
DeeDE
ibu yang hebat ibu yang keren... istri yg bijaksana...
etina_
Thor ini cerita nya udh end kahh?
ciru
cakeepp
ciru
cakeep
Rui Holib
nunggu kabar lanjut ceritanya kapan sudah kangen cerita jeno Dan bulan
Ami Siti
wah keren thoot,tapi kurang seru cb sampai bulan dan jeno menikah dan jeno lulus,bekerja...he he he tks
ciru
cakeepp
ciru
cakeep
Rhien
lanjut kak
semangat💪😊
ciru
cakeep. bab ini mengandung bawang yg pekat 😭😭😭😭😭
ciru
cakeep
ciru
😭😭😭😭😭😭😭smoga Gara bisa terselamatkan
ciru
cakeepp
ciru
cakeep
Sri Wahyuni
1000
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!