PACARKU Anak SMA
"Baik pak. Saya bersedia." jawab Bulan dengan lantang dan tegas. Tanpa ada sedikitpun rasa takut atau cemas pada dirinya.
Menerima tugas dari atasannya untuk menjadi agen rahasia yang langsung diterjunkan ke lapangan. Dengan satu syarat.
Meskipun hanya satu, namun syarat tersebut termasuk berat. Yakni hanya dirinya dan atasannya dan juga beberapa petinggi dari pihak kepolisian yang tahu mengenai hal tersebut.
Yang artinya, jika terjadi apa-apa dengan dirinya, Bulan harus bisa melindungi dirinya sendiri. Dan resiko terbesarnya adalah kematian yang tidak akan pernah terungkap. Karena apa yang dilakukan ini adalah misi rahasia.
Termasuk kedua orang tua Bulan, juga keluarganya yang lain. Dirinya tidak boleh mengatakannya pada siapapun.
Bulan juga bukan perempuan bodoh. Dirinya tahu, dengan ketidak tahuan kedua orang tuanya. Itu malah akan semakin baik. Dengan begitu, Bulan tidak perlu khawatir.
Kekasih. Tidak ada. Hidup Bulan sepenuhnya hanya tentang misi dan misi. Bahkan, selama masih berada di bangku sekolahpun, Bulan juga tidak pernah dekat dengan lelaki.
Apalagi sekarang. Yang dimana waktu Bulan tersita sepenuhnya oleh tugas yang diberikan atasannya pada dirinya.
Apa Bulan jelek. Tidak. Bulan mempunyai tubuh bak model. Dengan wajah cantik yang menawan. Meski setiap hari dirinya berhadapan dengan terik matahari, hujan, dan yang lainnya.
Seolah pesona Bulan tidak luntur. Mungkin karena memang sejatinya Bulan cantik dari lahir. Bukan karena polesan make up.
Banyak lelaki yang mendekati dirinya. Namun tak ada satupun yang mampu membuat pendirian seorang Bulan goyah.
Untuk kepindahan Bulan, semua bisa ditangani dengan mudah oleh atasan Bulan, sebab Bulan baru saja dipindah tugaskan ke tempat ini. Sebelum di pindah tugaskan ke sini, Bulan bertugas di pelosok daerah.
Meski di pelosok desa. Tak lantas membuat Bulan dan rekan-rekannya yang lain bisa bersantai. Sebab, di tempat tersebutlah sering terjadi adu ketrampilan menembak dari para pembangkang negara.
Setiap detik, adalah nyawa mereka. Dan Bulan, satu-satunya anggota yang berjenis kelamin perempuan. Meski begitu, tidak ada perbedaan dalam pekerjaan.
Dengan Bulan yang baru datang dari tempat jauh, wajah Bulan belum dikenal atau belum dilihat oleh para rekan kerjanya di tempat baru.
Dan satu lagi, Bulan langsung bertemu para petinggi di tempat rahasia. Bukan di kantor tempatnya akan bekerja.
Sehingga mereka yang bertugas di tempat tersebut hanya mendengar namanya. Jika akan ada anggota baru yang masuk ke dalam kesatuan mereka.
Tanpa melihat wajah cantik dari rekan kerja. Dan sepertinya mereka tak akan bisa melihat wajah Bulan dalam waktu dekat.
Seorang lelaki yang terlihat begitu berwibawa menyerahkan sebuah amplop pada Bulan. "Ini identitas baru kamu."
"Siap."
"Nama kamu akan tetap sama. Hanya identitas lainnya yang dirubah."
"Siap."
"Kamu tidak perlu datang ke kantor. Aku yang akan mengurus semuanya."
"Siap."
"Untuk saat ini, kamu bekerja sendiri. Tidak ada yang membantu kamu. Dan soal itu, kami masih mencari orang lain yang bisa kami percaya untuk membantu kamu."
"Siap."
Bulan keluar dari ruangan tersebut dengan memakai hodie, dengan topi yang menyatu dengan hodie menutupi kepalanya. Tak lupa Bulan menggunakan masker di wajahnya dan juga kaca mata berwarna hitam.
Di dalam mobil, Bulan mengeluarkan semua isi dari amplop yang diserahkan atasannya tersebut. Ada beberapa berkas penting dan juga ijazah baru milik Bulan.
Sebuah kunci, yang Bulan yakini itu adalah kunci rumah Bulan yang baru. Ting,,, sebuah pesan tertulis masuk ke dalam ponsel Bulan.
Tertera sebuah alamat di layar ponselnya. "Oke, Bulan. Pekerjaan baru menanti. Lakukan seperti biasa. Jangan sampai mengecewakan." jelas Bulan pada dirinya sendiri.
Sebuah rumah kecil, minimalis, tampak rapi dan indah dilihat dari depan. Pekarangan rumah yang tidak terlalu lebar. Dengan sebuah bagasi di samping rumah, yang hanya cukup menampung satu mobil dan dua kendaran beroda dua.
Bulan membuka pintu dari luar. "Sudah bersih." gumam Bulan. Dia menebak jika rumah ini baru saja dibersihkan. Mengingat akan ada yang mendiaminya.
Baru beberapa langkah Bulan memasuki rumah tersebut. Bulan dapat merasakan jika ada CCTV tersembunyi di ruang tamu. Dan Bulan dapat menebak, jika masih banyak CCTV lainnya di rumah ini.
Bulan sudah mengabdi bertahun-tahun di kepolisian. Dengan tugas yang bisa dibilang lumayan berat. Meski dia adalah seorang perempuan.
Dan untuk menunjang tugas-tugasnya tersebut, Bulan berlatih lebih berat dari pada beberapa anggota yang lain.
Dia harus peka terhadap segalanya. Semua indera yang berada dalam tubuhnya juga harus bekerja dengan baik sesuai kemampuannya.
Pekerjaan yang berat. Dan gaji yang lumayan tinggi. Itulah kenapa Bulan betah dan juga harus tetap berada di sini.
"Asal jangan kamar mandi." gumam Bulan.
Bulan berkeliling di setiap sudut rumah. Melihat dan memperhatikan setiap inci di rumah tersebut dengan mata jelinya.
Saat berada di samping rumah, Bulan melihat ada seorang perempuan paruh baya yang mengetuk pintu depan. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bulan berada di sampingnya.
"Eh,,, maaf Nona. Saya kira anda berada di dalam." ucapnya dengan sopan.
Bulan masih mengamati perempuan yang dia tebak berumur kepala lima tersebut. "Saya mbok Yem. Yang akan membersihkan rumah ini setiap hari. Dan melayani Non Bulan." jelasnya memperkenalkan diri.
Bulan menaikkan alisnya. Dari mana dia tahu namanya. Padahal dirinya belum memperkenalkan diri. Apa dia juga salah satu rekan rahasianya.
"Saya ditugaskan oleh papa Non Bulan, untuk membantu menyiapkan semua kebutuhan dan keperluan Non Bulan selama berada di sini." paparnya semakin membuat Bulan bingung.
Papa. Bulan hanya punya bapak. Bukan papa. Dan itupun beliau berada di luar kota. Tepatnya di pinggiran kota. Tinggal bertiga bersama ibu dan adik perempuannya.
"Kebetulan, rumah yang papa Non Bulan beli ini adalah rumah saudara saya. Mereka sekeluarga pergi merantau ke luar Jawa. Makanya rumah ini dijual." jelas mbok Yem.
"Papa Non Bulan juga menceritakan tentang Non Bulan. Meski tidak banyak. Dan beliau mencari seseorang untuk membersihkan rumah dan melayani Non Bulan selama Non Bulan tinggal disini." lanjutnya, mengucapkan kembali beberapa kalimat yang sudah dia katakan sebelumnya.
"Dan kebetulan, saya memang membutuhkan uang. Jadi saya menawarkan diri." imbuhnya berterus-terang.
"Apa lagi yang papa bilang?" tanya Bulan dengan raut wajah datar.
Papa. Bulan bisa menebak. Jika dia adalah salah satu petinggi di kepolisian yang mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh dirinya.
"Papa Non Bulan mengatakan. Agar saya sendiri yang menemui Non. Dan bertanya tentang apa saja pekerjaan saya." jelas mbok Yem.
"Rumah Mbok Yem dimana?"
"Dekat sini Non. Jalan ke sana. Hanya terhalang lima rumah dari sini. Di situ rumah saya." papar mbok Yem.
Bulan menatap mbok Yem dengan tatapan heran. Setahu Bulan, saat melewati komplek perumahan ini. Semua rumah rata-rata bagus. Meski sederhana. Tak terlihat jika mereka sepertinya kekurangan uang. Hingga sampai mau menjadi pembantu.
Mbok Yem sepertinya mengerti kenapa Bulan memandangnya dengan tatapan aneh. "Itu adalah rumah putra saya. Dan sekarang dia sudah menikah." jelas mbok Yem.
Bulan mengangguk. "Mereka memperbolehkan, mbok bekerja di sini?" tanya Bulan. Tidak ingin ada masalah ke belakangnya.
Mbok Yem mengangguk antusias. "Iya Non. Mereka mengizinkan."
"Apa mbok sudah punya cucu?" tanya Bulan.
Mbok Yem menggeleng. "Belum. Putra tunggal saya baru menikah sekitar dua bulan."
"Oke." Bulan menyuruh mbok Yem untuk masuk ke dalam rumah. Tentunya bersama dengan dirinya. Bulan tidak ingin bertanya terlalu jauh.
Bulan rasa, pertanyaan yang tadi sudah cukup. Bulan mengatakan apa saja yang mbok Yem perlu lakukan. "Maaf Non, jadi mbok nggak perlu menginap di sini?" tanya Mbok Yem.
Bulan mengangguk. "Mbok bisa datang saat pagi. Jika pekerjaan selesai, mbok bisa pulang." jelas Bulan.
Bulan merasa jika dirinya tidak memerlukan teman di rumah ini. Terlebih dirinya sebenarnya bukan tinggal untuk bersantai. Melainkan melakukan tugas dari atasannya.
Bulan hanya ingin leluasa saat berada di rumah ini. Keluar masuk rumah dengan bebas. Tanpa ada yang melihatnya.
Bulan juga harus tetap waspada. Dia belum mengenal siapa sebenarnya mbok Yem. Dirinya tidak ingin salah mengambil keputusan.
"Mbok boleh memasak. Dan melakukan hal lainnya."
"Baik Non."
"Saya ingin tidur dulu. Jadi jangan ganggu saya."
"Iya Non. Mbok permisi dulu." pamit mbok Yem.
Langkah mbok Yem terhenti saat kembali mendengar Bulan mengeluarkan suaranya. "Oh iya mbok, nanti mbok bisa bawa satu kunci rumah. Biar gampang saat mbok datang atau pulang." jelas Bulan.
"Baik Non, nanti akan mbok ambil."
"Jika pekerjaan mbok sudah selesai, mbok bisa langsung pulang. Tidak perlu menunggu saya bangun."
"Terimakasih Non."
"Untuk makannya, nanti akan saya panaskan sendiri, jika saha mau makan." ujar Bulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Tuti Hayuningtyas
nyimak dulu thooooorrrr
2023-10-03
2
nuraeinieni
aq mampir thor
2023-09-15
1
Qaisaa Nazarudin
Wooww Insting nya polwan/polisi/Tentara langsung on,Keren thor 👍🏻👍🏻👍🏻
Ikut nimbrung di karya mu 🙋🏻♀️🙋🏻♀️
2023-08-24
1