Mahligai Cinta Yang Terbagi

Via yang sudah berada di dalam kamar bergegas untuk mandi, dia membasuh semua tubuhnya dengan air hangat agar tidak terkena demam.

Tiba-tiba dia teringat dengan sesuatu hingga tangannya yang sedang memutar kran air terhenti. "Oh iya, aku belum bilang terima kasih sama Vano. Untung aja dia lewat, kalau enggak mungkin kami masih ada di sana sekarang."

"Kenapa kau tidak menelponku?"

Via terlonjak kaget saat mendengar suara baritone seseorang, dengan cepat dia menyambar handuk untuk menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan celana saja. "A-apa yang Mas lakukan di sini?"

Glek. Mahen menelan salivenya dengan kasar saat melihat tubuh Via yang nyaris telanjang, jujur saja sudah lama dia tidak menikmati kegiatan panas bersama dengan istrinya itu.

"Mas!"

Mahen langsung terkesiap saat mendengar teriakan Via. "Vi, aku, aku ingin-" Mahen memajukan langkahnya membuat wanita itu semakin mundur.

"Berhenti, Mas. Kau tidak kuizinkan untuk mendekat!" Via mendekap erat handuknya.

Mahen terdiam saat mendengar ucapan Via. "Kau, kau menolak berhubungan dengan suamimu sendiri?" Rahangnya mengeras melihat penolakan Via, padahal selama ini wanita itu selalu melayaninya kapan pun dia mau.

"Ma-maaf, Mas. Saat ini status kita sudah akan bercerai, jadi tidak sepantasnya-"

"Bisakah kau berhenti mengatakan tentang cerai?" teriak Mahen.

Via terlonjak kaget dengan suara teriakan laki-laki itu, dia menundukkan kepalanya dengan tangan gemetar menahan takut.

Mahen yang baru sadar kalau sudah membuat Via takut langsung memeluk tubuh wanita itu, dia merasa kesal karena Via selalu saja membahas tentang perceraian.

"Maafkan aku, Sayang. Bisakah kita melupakan semua ini, hem? Aku tidak ingin berpisah denganmu."

Via menggelengkan kepala dengan berderai air mata. Bagaimana mungkin Mahen memintanya untuk melupakan semua yang sudah terjadi, di saat hubungan mereka sudah berada di ujung tanduk.

"Aku berjanji kalau aku tidak akan menyakitimu lagi, Sayang. Aku juga akan menceraikan Clara saat anaknya sudah lahir, aku akan kembali padamu dan keluarga kecil kita."

Mahen benar-benar tidak rela jika harus berpisah dengan Via. Apalagi sampai melihat wanita itu bersama laki-laki lain, mungkin dia akan menjadi gila dan tidak terkendali.

"Aku tau kalau aku salah, tapi aku tidak bisa mengulang waktu. Andai waktu bisa diputar kembali, aku pasti tidak akan berhubungan dengan wanita lain."

Mudah sekali bagi Mahen untuk bicara seperti itu pada Via. Andai waktu bisa diputar ulang, sudah pasti wanita itu tidak akan mau menikah dengan laki-laki sepertinya.

"Sayang, tolong percaya padaku. Setelah semua ini berakhir, kita pasti akan kembali hidup bahagia."

Via mendorong tubuh Mahen dengan kuat sampai pelukan laki-laki itu terlepas. "Tidak, Mas. Kau benar-benar laki-laki yang egois, bagaimana mungkin kau menghancurkan hati 2 wanita sekaligus?"

Mahen terdiam dengan kening berkerut dalam, dia tidak mengerti kenapa Via mengatakan hal seperti itu.

"Pertama, kau menyakitiku karena berselingkuh dengan Clara sampai membuatnya hamil. Kedua, kau ingin meninggalkan wanita itu setelah dia melahirkan dan kembali padaku. Sebenarnya terbuat dari apa hatimu itu, kenapa selama ini aku tidak bisa melihat sisi kejammu ini?"

Via benar-benar tidak menyangka kalau dia bisa menikah dengan laki-laki yang sangat kejam, bahkan tidak punya hati sama sekali. Sungguh, Tuhan sudah sangat berbaik hati padanya dengan menunjukkan sifat asli Mahen selama ini.

"Sekarang minggir, Mas. Aku mau keluar!" Via mendorong tubuh Maheh agar menyingkir dari pintu, dia sudah tidak bisa lagi menahan rasa sesak di dalam dada.

"Tidak, Vi. Kau tidak bisa melakukan ini padaku, karena sampai kapan pun kau akan tetap menjadi istriku!"

Brak!

Tiba-tiba Mahen mendorong tubuh Via sampai punggangnya menabrak pinggiran meja. Wanita itu meringis kesakitan sambil memegangi pinggang,  tetapi Mahen malah mengungkung tubuh Via yang sudah meringkuk di sudut dinding.

"Lepaskan aku, Mas. Sssh." Via mendesis karna rasa sakit di daerah punggung sampai pinggangnya.

"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau menuruti apa yang aku katakan!"

Mahen langsung menarik dagu Via dan melummat bibirnya dengan kasar, sementara Via merasa kaget dan bsrusaha melepas ciuman itu.

"Lep- eeemm." Via memukul-mukul dada Mahen, tetapi laki-laki itu tidak melepaskannya dan malah semakin memperdalam ciuman mereka.

Mahen yang sudah kalap memaksa Via untuk melayaninya. Dia ingin membuat wanita itu kembali mengandung, sehingga perceraian mereka tidak akan diproses oleh pihak pengadilan.

Mahen terus melummat bibir Via tanpa memberi ampun, tangannya memegangi kedua tangan wanita itu agar tidak lagi memberontak.

"Aargh!" Via memekik kesakitan saat bibirnya digigit dengan brutal sampai mengeluarkan darah, sungguh dia tidak percaya kalau suaminya akan memaksa seperti ini.

Mahen merebahkan tubuh Via di atas lantai dengan ciuman yang sudah turun ke area dada, tangannya menarik paksa handuk yang ada di tubuh Via sampai terlepas sempurna.

"Jangan, Mas! Lepaskan aku, tolong jangan lakukan ini padaku!" Via terus memberontak dan berusaha untuk melepaskan diri, tetapi usahanya tidak berarti apa-apa untuk Mahen.

"Tolong jangan lakukan ini padaku, lepaskan aku!"

Mahen seakan tuli dengan semua teriakan Via. Dia sudah dikuasai napsu dan ingin segera menuntaskan hasratnya, apalagi sudah lama dia tidak menikmati tubuh Via.

"Aargh!" Via kembali mengerrang keras saat sesuatu di bawah sana berhasil memasukinya. Matanya terpejam erat dengan urat-urat disekitar leher menonjol ke permukaan, sungguh jiwa dan raganya sudah benar-benar hancur sekarang.

Mahen terus menghentakkan asetnya dalam kenikmatan Via dengan kasar, dia ingin wanita itu tau kalau tidak ada laki-laki lain yang bisa memberi kepuasan selain dia.

"Lepaskan aku, aargh ... hemp!" Wajah Via tampak sangat pucat dengan keringat dingin yang mengalir deras, tenaganya sudah benar-benar habis untuk kembali memberontak.

"Aargh, aku mau sampai, Sayang!" Mahen semakin menambah kecepatannya sampai tubuh Via berguncang hebat, dia lalu menggigit puncak gundukan sintal wanita itu saat sudah berhasil mencapai kenikmatan.

Air mata terus mengalir dari kedua mata Via yang masih terpejam, kali ini harga dirinya benar-benar sudah diinjak-injak oleh suaminya sendiri.

•

•

•

Tbc.