NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 - Pinjaman

"Ah..." rian kepikiran sesuatu..

Rian pun menghitung ulang uang pemberian sistem, “Sepertinya masih jauh… tadi dapet 40 juta, di tambah 5 juta tadi… waduh baru 45 juta, gak cukup” pikir Rian yang masih menempelkan telinganya ke tembok rumah itu.

Dengan telinga masih ditempel di tembok, sistem langsung mengeluarkan pemberitahuan baru.

Ding!

[Sistem mengetahui Host sedang kekurangan uang, Pinjaman Sistem diaktifkan!]

[Rp. 100.000.000 sudah ditransfer ke rekening Host]

Rian refleks mengeluarkan ponsel.

Notifikasi bank memang muncul,

"Instan Bank

Berhasil Isi Saldo Rp.100.000.000 ke rekening 79xxxxxx9.

Saldo Total : Rp.145.000.000"

Rian mengangguk kecil.

“Nice banget… ini cukup buat 'nenangin' dia,” pikirnya sambil menarik napas untuk main role play bos muda.

Rian kemudian berjalan pelan menuju pagar kecil rumah itu, langkah nya santai banget, Jaket nya Hitam dan dengan tangan di lipat ke belakang badan.

Rian pun masuk dan mendorong sedikit pagar kecil bergaya merasa jijik.

“Kamu siapa!? Mau menghalangi saya juga, hah!?” bentak sang bapak dengan mata melotot.

Rian tersenyum tipis.

“Jangan terburu-buru begitu, pak… saya ini driver ojol yang anak bapak pesan sebelum nya loh.”

“TERUS KENAPA!? APA HUBUNGANNYA SAMA SAYA!? Kalo dia gak ada uang buat bayar, jangan ngomong sama saya!” Sikap nya malah nambah mengeras.

Rian tidak mundur selangkah pun.

Justru makin maju dengan posisi tangan masih di belakang badan layak nya bos muda.

“Haha, jangan bilang begitu pak,” ucap Rian sambil merangkul bahunya seolah mereka sahabatan lama.

“Liat dulu nih, pak…”

Rian memunculkan layar saldo Rp.145.000.000 tepat di depan wajah bapak itu.

“Saya bakal ngasih 110 juta, lebih banyak dari Pak Tino atau siapa lah itu nama nya yang nawar 80 juta.”

Rian mencondongkan tubuh sedikit mepet dengan wajah bapak itu, dengan tatapannya tajam, ia lanjut berbicara,

“Tapi ingat. Saya yang akan membawa anak bapak.”

Bapak itu sedikit menelan ludah.

“B-buat… apa…?”

Rian menjawab pelan, tapi keras.

“Itu.. urusan saya. Mau saya sekolahkan, mau saya jaga, mau saya nikahkan sama saya atau enggak… itu bukan urusan bapak lagi.”

Ia menatap lurus.

“Yang pasti, anak bapak aman. Dan bapak dapet uang, jadi beres kan?”

Rian tersenyum kecil sambil memicingkan mata.

“Jadi… gimana, pak?”

Rian dan si bapak masih berdiri saling tatap menyamping.

Bapak itu garuk-garuk kepala, lalu mendengus pelan.

“Tambah 10 juta gimana?”

Nada suaranya berubah halus mendadak, menyadari yang di depannya adalah orang kaya.

Rian langsung ngangguk tanpa ragu.

“Oke, deal,” ucap nya sambil menjabat tangan bapak itu.

“Saya telepon anak buah saya buat ngurus kontraknya ya… sekitar sepuluh menit sampe sini,” lanjut Rian santai.

Padahal “anak buah” yang dimaksud… ya cuma Nafi, temen kerja di tempat pizza.

Rian mengeluarkan ponsel sedikit menjauh dan langsung menekan nama Nafi.

Tut… tut…

Sampai akhirnya tersambung.

“Nafi, bawakan kontrak ke lokasi yang gue kirimin nanti.”

Dari seberang telepon suara Nafi pecah keras,

“HAH!? KONTRAK!? Kontrak apaan dah!? Main-main jadi bos muda lagi nih Rian?!”

Kedengarannya dia udah siap ngakak karena tahu tingkah Rian yang suka ngaco.

Rian mengecilkan volume biar nggak kedengaran si bapak, lalu bicara santai tapi cepat,

“Iya, bawain aja. Tulis simpel. ‘Pihak pertama menyatakan tidak akan melakukan gangguan dalam bentuk apa pun terhadap pihak kedua. Jika melanggar, denda 10 miliar atau di penjara seumur hidup.’ Gitu aja.”

Di seberang, Nafi cuma bisa menghela napas sambil geleng-geleng.

“Yaelah… iya iya. Mudah itu mah. Gue ke fotokopian dulu ya.”

“Oke, ditunggu,” ucap Rian seolah beneran CEO yang nunggu dokumen penting.

Telepon di tutup.

Dan di tempat lain, Nafi langsung ngakak sendirian.

“Hahaha… ada-ada aja Rian! Main-main sama siapa lagi dia kali ini?”

Tapi tetap dia jalan juga ke fotokopian.

Karena… ya begitulah mereka berdua. Kalo Rian berulah, Nafi ikut demi seru-seruan.

Rian kembali masuk ke teras rumah itu,

“Jadi… beneran nih? Seratus dua puluh juta?” tanya bapak itu lagi dengan suara lebih pelan, nyaris berbisik.

Nada agresif sebelumnya hilang kayak melebur di udara.

Rian cuma mengangguk santai, “Bener, Pak. Saya orangnya kalau ngomong nggak pake muter - muter.”

Si bapak mengusap dagunya sambil memandang halaman rumahnya yang sempit, seolah sedang membayangkan tembok baru, atap baru, atau mungkin… motor baru.

Lalu dia menepuk bahu Rian, mendadak akrab banget.

“Heh, nak… kalo dari tadi ngomong baik-baik gini mah enak. Itu anak memang saya sayang, cuma ya gimana… hidup butuh uang.”

Suaranya pakai tone bapak-bapak sok bijak padahal jelas motifnya duit.

Rian cuma senyum simpul.

“Iya iya.." ucap rian cuek langsung duduk di kursi kayu dan sambil melipat kedua kaki di kursi menunggu.

Bapak siswi itu menoleh ke arah dalam rumah sambil berteriak lantang,

“MA! Anakmu tadi mana!? Suruh keluar! Ada yang mau ngomong!”

Ibunya muncul perlahan dari belakang, matanya sembab habis nangis.

“Pak… jangan macam-macam. Anak kita—”

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, bapaknya langsung menyambar dan menampar.

“Udahlah, udahlah! Ini bukan urusan kamu! Sana ke dalam panggilin!”

Padahal Rian tadi sudah bilang kalau anaknya lagi sekolah, tapi si bapak tetap ngegas.

Rian hanya menggeleng pelan.

“Ini bapak matre banget dah… udah tempramental, anak sendiri juga nggak di urus,” gumamnya dalam hati.

"Tadi saya yang antar dia ke sekolah. Nanti kita jemput bareng. Bapak ikut saya saja, pakai mobil temui wali kelas.”

Sambil bicara, Rian ngetik ke Nafi.

"Nafi, sewa mobil mewah buat sehari. Ini aku tf duitnya."

Ia langsung transfer 3 juta ke rekening Nafi.

Saldo Rian pun tersisa Rp.142.000.000.

Di tempat lain, Nafi melongo begitu baca chat masuk.

“Hah…? Sewa mobil?! Niat banget dah!? Yaudah deh, ikutin aja, seru pasti tuh haha…”

Ia langsung tancap gas naik motornya menuju tempat sewa mobil terdekat.

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!