Karel Ivander Aswangga adalah seorang laki-laki yang mempunyai sikap dingin, keluarga yang berantakan serta penghianatan dari orang yang dia cintai membuat laki-laki itu mudah tersulut amarah dan merasa tidak ada satu orang pun yang tulus mencintai nya. Dia menutup diri dari yang namanya wanita untuk melindungi hati nya agar tidak kembali terluka.
Chelsya Fermonica Zamora, gadis cantik yang mempunyai sikap bar-bar dan ceria, setiap harinya dia akan terus menerbitkan senyum di bibirnya, gadis yang berlatar belakang orang kaya, tidak pernah kekurangan materi maupun kasih sayang dalam hidupnya, hampir semua orang menyukai nya karena sikap nya yang ceria.
Gadis itu mengincar sebuah perusahaan impian nya, sekaligus untuk melatih kemampuannya dalam dunia bisnis. Namun siapa sangka, jika ternyata pemilik perusahaan tempat nya bekerja adalah seorang laki-laki yang dia kenal dan harus menghadapi sikap Tuan nya itu yang begitu berubah-ubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Sakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jerman
Saat ini Mora sedang berada di meja makan, makan malam bersama keluarga nya, sekaligus dia akan memberi tahu orang tua nya jika dia akan ke Jerman yang keberangkatan tinggal beberapa hari.
Gadis itu melihat papa dan mama nya yang masih lahap dengan makanan nya, membuatnya menunda ucapan nya terlebih dahulu, Mora pun menghabiskan makanan nya.
Setelah makanan di piring tandas, Mora mengambil air putih di samping nya dan meminum nya.
"Pa, ma Mora mau minta izin" ucap Mora menatap mama dan papa nya bergantian, selama ini Mora jarang sekali berpergian di luar negeri, karena papa dan mama nya itu sulit sekali di mintai izin.
Meskipun Mora anak pertama, dia sangat sulit mendapatkan kebebasan, papa dan mama nya itu seolah mempunyai sikap khawatir yang berlebihan.
"Mau minta izin untuk apa ?" papa nya menjawab setelah membersihkan mulutnya menggunakan tisu.
"Beberapa hari lagi, kantor Mora ada pekerjaan di luar, dan Mora di beri tugas untuk ikut."
"Kemana ?" kini giliran sang mama yang bertanya, Mora menatap mama nya, lalu menatap kedua adik nya yang juga sedang menatap nya seolah ingin tahu.
"Jerman" sahut Mora pelan
"Jerman ?" papa Abi mengangkat alisnya.
"Iya pa, Mora minta izin ya pa kali ini aja" sahut Mora dengan raut wajah memelas.
"Apa tidak ada selain kamu ?" mama nya berujar, sepertinya mama nya itu masih ragu dan tidak ingin dia berangkat.
"Ngga ada ma, itu tugas Mora, mana mungkin di gantikan yang lain" sahut Mora berterus terang.
"Ya sudah papa beri izin, tapi kamu harus jaga diri kamu baik-baik." ucapan papa nya membuat mata Mora berbinar cerah, gadis itu tersenyum amat manis.
"Enak banget loh kak Mora bisa ke Jerman" ujar Alettha, Mora menatap adiknya sekilas.
"Bukannya kamu dan Arka udah pernah ya kesana ?" sahut Mora sambil memutar bola mata nya. Umur mereka yang tidak berbeda jauh membuat mereka terkadang berselisih paham.
"Iya tapi kan kami cuma dua hari di sana" sahut Alettha, Mora kembali menjawab.
"Sudah bagus lah, kamu kesana dengan tujuan liburan, sedangkan kakak ? di sana untuk bekerja." ucap Mora.
"Hem" Alettha pun akhirnya memilih untuk tak lagi membalas ucapan kakak nya. Gadis itu kini berdiri dari duduk nya.
"Ale mau lihat nenek dulu ya ma" gadis itu segera berlalu saat mendapat anggukan dari mama nya. Berjalan menuju ke kamar nenek nya.
"Kamu ngga ikutan ?" tanya Mora sambil menatap adik laki-laki nya.
"Aku sudah bertemu nenek tadi, sepertinya saat ini nenek sudah tertidur." ucap Arka cuek.
***
Hari ini pekerjaan Mora cukup padat, karena kepergian nya dan Karel besok ke Jerman membuat gadis itu sibuk dengan pekerjaannya. Dia ingin menyelesaikan semua tugas nya sebelum pergi besok.
Bahkan tadi dia sampai menolak ajakan Sofia untuk ke kantin bersama, karena Mora terlalu larut dalam tugasnya. Sehingga dia tidak ingin beranjak kemanapun.
Gadis itu hanya sesekali minum air putih yang dia beli, lalu kembali fokus dengan pekerjaannya.
Mora dapat beranjak ketika waktu sudah menunjukkan pukul 6 petang, gadis itu sudah menyelesaikan semuanya, bahkan dia saja sampai melupakan makan siang nya. Namun hal itu membuat Mora puas, karena sekarang semua tugas nya sudah tertangani.
Mora mengambil tas nya lalu keluar dari ruangan nya, berjalan menuju lift. Saat melihat lift yang akan tertutup membuat tangan Mora refleks menghalangi pintu lift lalu gadis itu masuk dengan cepat.
"Kamu baru pulang ?" Mora menoleh, mata nya mengerjap lucu saat melihat Karel di belakang nya bersama sang asisten.
"Iya tuan" sahut Mora singkat.
Di dalam lift itu Mora terus memegang perutnya, karena sedari tadi perutnya terus berbunyi meminta makanan.
"Kamu sakit ?" tanya Karel saat melihat tingkah Mora.
"Tidak tuan" sahut Mora sambil tersenyum. Tapi hal itu tidak membuat Karel percaya bahkan saat ini laki-laki itu malah mendekati Mora.
krucuk-krucuk, Mora menutup mata nya karena malu, gadis itu membiarkan Karel memegang tangannya.
"Kamu lapar ?" Mora hanya mengangguk, gadis itu menatap dinding lift yang terus bergerak turun, hingga tak lama kemudian lift itu terbuka, Mora keluar dengan Karel yang berada di sampingnya, kantor sudah tampak sepi. Karena mungkin para karyawan sudah pulang.
"Mau cari makan dulu ?" sahut Karel, Mora ingin menggeleng namun suara Karel kembali terdengar.
"Vino, kamu pulang saja ya, saya dan Mora akan cari makan dulu" ucap Karel pada sang asisten.
"Ya ya ya makan saja berdua, padahal kan aku juga lapar" batin sang asisten.
"Baik tuan" di mana mana asisten hanya dapat mengangguk dan menjalankan setiap permintaan bos.
"Eh tuan saya bawa mobil"
"Iya ngga papa kita satu mobil aja, mobil saya biar di bawa Vino"
"Tapi tuan nanti pulang nya naik apa ?" tanya Mora lirih.
"Saya bisa naik taksi, sudah ayo kita cari makan, soal nya saya juga lapar" sahut Karel menarik tangan Mora, di sepanjang jalan Mora menatap Karel dengan ekspresi bingung, gadis itu merasa heran, sikap Karel benar-benar berubah drastis. Dan hal itu membuat pikirannya terganggu.
"Kenapa kamu menatap saya terus" ucapan Karel membuat Mora mengalihkan tatapannya. Gadis itu tak ingin terlalu berprasangka, takut jika dia terlalu kepedean saja.
"Tidak apa-apa tuan" sahut Mora sambil menyandarkan tubuh nya.
Mobil pun memasuki restoran makanan dekat kantor, Mora dan Karel turun bersama dan Karel main pergi begitu saja meninggalkan Mora sendiri.
"Tuh kan, aku saja yang terlalu kepedean, udahlah" Mora menekuk wajah nya, lalu masuk dengan sedikit berlari menyusul langkah kaki Karel.
Setelah mereka memesan makanan mereka kembali terlibat keheningan, Karel tampak fokus dengan gadget nya tampa menoleh ataupun melirik Mora.
"Kamu sudah menyiapkan untuk keberangkatan kita besok ?" Karel bertanya tanpa menatap Mora.
"Sudah tuan, semuanya sudah beres" ujar Mora.
"Bagus besok kamu langsung ke bandara saja ya, dan ingat jangan sampai telat, kalau telat saya tinggal." tuh kan sifat Karel sudah kembali, bahkan suara nya terdengar sangat dingin dan datar, Mora hanya bisa menghela nafas lelah. Mempunyai bos yang mempunyai sikap ganda benar-benar melelahkan.