Terdampar pada masa lampau berhasil membuat Zaina kebingungan, masa kerajaan yang selama ini sedikitpun tidak pernah ada dalam benaknya. Ia berubah menjadi sosok Maheswari, putri bangsawan yang memiliki kisah cinta pelik, padahal kisah cinta Zaina di dunianya saja sudah sangat mengenaskan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Miss_Kha11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Luas Biasa.
Aku sampai di tkp, pelayan pria itu sudah diselimuti kain di bawah tempat dia mati tergantung. Anehnya tidak ada orang sama sekali disini, hanya tadi ada prajurit di depan yang menjaga ruangan ini. Hanya kematian seorang pelayan pasti juga tidak dijaga terlalu ketat, tapi kan meski begitu harusnya juga tetap dijaga karena kematiaanya ini pasti juga aneh.
Dia tidak mungkin bunuh diri, karena dia sendiri juga tahu jika dia adalah saksi kunci dari kasus ini.
Aku lekas membuka kain itu, wajah pucat pasi langsung terlihat. Tidak semenyeramkan mayat yang ada di film horor yang kutonton, mungkin karena ini juga pagi hari jadi tidak ada aura-aura horor.
Lehernya memerah seukuran tali tambang, itu karena dia tergantung dengan tali itu. Aku memang bukanlah ahli forensik yang bisa mengungkapkan fakta kematian seseorang. Tapi luka membiru di pelipisnya itu membuktikan jika dia sempat terbentur sebelum mengantung di atas sana.
Sekarang aku paham, pelayan pria ini memanglah tidak mati bunuh diri. Dia pasti dibunuh baru setelah itu di gantung diatas, agar orang lain menganggapnya bunuh diri. Cara menbunuhnya pasti juga bukan menusuk ataupun menghajarnya, pasti dengan cara dicekik agar bekasnya tidak terlalu terlihat.
Lalu luka lebam itu didapatkan karena dia melawan sehingga terantuk atau entah bagaimana. Jika benar di cekik pasti setidaknya meninggalkan bekas, meski tidak banyak tapi pasti ada.
"Siapa kau?!"
Baru saja aku ingin memeriksa bekas cekikkan yang mungkin ada, tapi nafasku sudah tercekat oleh sebuah pedang yang bertengger di leherku. Satu senti lagi pedang itu pasti sudah melukai leherku, jangankan beranjak, menoleh saja aku tidak sanggup.
"Lepaskan, "
Melalui satu intrupsi itu pedang itu sudah kembali lagi ke sarungnya, membuatku menghela nafas lega. Aku menoleh dan melihat ruangan ini susah dipenuhi dengan para prajurit dan juga Maharaja ada disini. Ternyata orang yang mengacungkan pedang adalah orang yang sama seperti waktu itu, Jenderal kerajaan yang waktu itu juga mengacungkan pedangnya padaku.
"Mengapa kau berada disini? Apakah kau tersesat?" Tanya Maharaja.
Aku menggelengkan kepalaku, tapi dia justu membuat ekspresi wajah mengisyaratkan agar aku mengiyakan ucapannya itu. Pasti maksudnya adalah membuatku menjawab iya agar aku segera disuruh keluar.
Tidak, aku tidak mau keluar. Aku mau memecahkan misteri kematian ini. Ah bukan memecahkan misteri tapi membuktikan jika dia memang dibunuh bukan bunuh diri.
"Lalu untuk apa seorang gadis berada disini?" Pertanyaan tegas itu muncul dari Jendral menyebalkan di samping Maharaja.
Aku mengalihkan pandanganku pada maharaja, "Baginda, saya ingin memberitahu jika pelayan ini bukan bunuh diri tapi dibunuh."
"Pergilah ini bukan tempat untuk bermain-main." Jawab maharaja datar.
"Siapa yang bermain, saya tidak sedang bermain!"
Srett,
Pedang milik Jenderal itu kembali di acungkan ke arahku, okey maaf aku kelepasan menggunkana nada tinggi, melupakan fakta jika orang di depanku ini adalah pemimpin negeri ini. Lagian sih jangan mancing emosi kan jadi kelepasan, mancing ikan aja kan bisa dimakan, syukur-syukur nanti dapat ikan bersisik emas.
"Saya bisa membuktikan jika pelayan ini mati karena dibunuh."
"Coba kau buktikan."
"Saya memiliki tiga alasan cukup kuat sebagai buktinya. Yang pertama, dia adalah satu-satunya saksi kunci dan dia hanya seorang pelayan. Memangnya apa alasan kuat untuknya bunuh diri, sedangkan dia sendiri juga tahu jika dia penting dalam kasus ini. Tidak mungkin kan hanya sebatas iseng agar semua orang semakin bingung karena saksi kunci sudah lenyap."
Raja mengangguk, "Alasan kedua?"
"Ada luka lebam di pelipis kanannya, saya menduga saat dia dibunuh dia sempat melawan sehingga kepalanya terbentur."
"Lalu, alasan ketiga?"
"Saya menduga jika dia dibunuh dengan dicekik, karena jika dibunuh dengan pisau akan terlihat bekasnya. Tapi cekikan itu juga pasti meninggalkan bekas di leher meski sedikit, dan tadi saya baru ingin memeriksanya. Jika benar ada bekas luka di lehernya maka alasan ketiga saya ini benar juga."
Jenderal itu bergerak untuk memeriksa leher mayat pelayan, dia mengangguk setelah memeriksanya. "Benar Baginda."
Aku juga ikut melihat, ada satu luka memar di leher sebelah kanan dan empat luka memar di sebelah kiri. Kuku dari pencekik ini pasti yang meninggalkan memar disana, meski tidak terlalu ketara tapi jika dilihat dengan teliti juga kelihatan kok.
"Sudah terbukti jika dia mati karena dibunuh, guru sebaiknya kau segera suruh orang menyelidiki siapa pembunuhnya."
"Baik Baginda."
Kulihat Jenderal itu pergi, akhirnya aku bisa bernafas lega. Kalau ada dia kan aku tidak tenang, nanti tiba-tiba pedangnya bertengger di leherku kan tidak lucu kalau tertiup angin lalu malah menggores leherku.
"Mengapa kau bisa ada disini Maheswari?"
"Tentu saja untuk membuktikan jika pelayan pria ini dibunuh."
"Untuk apa? Apakah urusan kerajaan itu penting untukmu yang merupakan orang luar."
Orang ini tentu tidak tahu bagaimana aku bersusah payah untuk membuat pelayan pria ini berkata jujur, dan saat aku sudah berhasil justru kartu as ku ini harus mati dibunuh oleh
Kuncara.
"Tentu saja demi keadilan, tapi sayangnya satu-satunya saksi sudah tewas."
"Keadilan?"
"Baginda saya ingin mengatakan suatu kebenaran tentang masalah ini pada Anda."
"Katakanlah!"
Aku menatap para prajurit di belakang raja yang cukup banyak, iya dia masuk ke ruangan ini memang membawa rombongan.
Maharaja mengikuti pandanganku, "katakan saja mereka semua orangku." Ucapnya seolah tahu apa yang aku khawatirkan.
"Raden Rawikara tidaklah bersalah sama sekali bukan dia yang mencuri pusaka itu, pelayan ini disuruh untuk mengatakan jika raden Rawikara pelakunya."
"Aku tahu."
Aku membolakkan mataku melihatnya setenang itu mengatakan tahu, mengapa dia diam saja jika tahu.
"Jika Anda tahu mengapa membiarkan ketidakadilan terjadi?"
"Aku tidak diam saja, seharusnya dia diadili pada hari yang sama saat dia ditangkap. Tapi aku mengulur waktu hingga sepanjang ini dan pengadilannya baru hari ini. Aku tahu dia tidak bersalah tapi aku juga tidak tahu siapa dalangnya."
"Sepertinya Anda kurang memperhatikan hubungan atau bagaimana para orang dibawah Anda bersaing mendapatkan tempat. Namun, saya juga paham Anda pasti sangat sibuk dan tidak memiliki waktu untuk memperhatikan itu."
Dia adalah orang yang memimpin negeri ini, bayangkan betapa banyak hal yang harus dia urus. Jadi dia juga pasti tidak memiliki waktu untuk mengurus hal seperti itu.
"Apakah kau tahu siapa dalangnya?"
Aku mengangguk, "tentu saja Baginda."
"Siapa?"
"Kuncara, dia masih memiliki hubungan kerabat dengan keluarga saya."
"Apakah ayahmu tidak melarang kau mengetahui sejauh ini."
"Tentu saja dilarang, tapi kebenaran lebih penting daripada menuruti larangan."
"Apakah kau memiliki bukti jika dia pelakunya."
"Dia menyandera keluarga pelayan pria ini, agar perlayan pria bersedia bebohong dan menuduh Raden Rawikara pelakunya. Saya mengamankan mereka dan meminta pelayan pria ini untuk berkata jujur, sekarang keluarganya masih ada di kediaman saya. Namun sekarang saya menemui jalan buntu, karena Kuncara sudah tahu dan langsung membunuhnya."
"Masih ada jalan Maheswari, keluarga pelayan ini bisa bersaksi jika mereka di sandera."
Benar juga, mengapa aku tidak terpikir sampai kesitu. Setidaknya mereka bisa mengatakan fakta jika orang dari Kuncara menyandera mereka.
"Kalau begitu saya akan pulang kerumah dan membawa mereka kesini."
Maharaja menggelengkan kepalanya, lalu mengalihkan pandanganya ke salah satu prajurit. "Pergilah dengan beberapa orang dan bawa keluarga pelayan ini kesini."
"Baik Baginda,"
"Baginda saya juga memiliki satu lagi informasi penting."
Maharaja menaikkan kedua alisnya tanda bertanya, "Benda pusaka turun temurun itu juga ada di tangan Kuncara, dia berencana menggunakannya untuk menambah ilmu kanuragan."
Dia mengangguk, "aku akan memerintahkan pasukan untuk menggeledah rumahnya."
***
Jangan lupa pencet tombol vote beib.
See you 😍
teruslah berkarya semangat 💪💪💪