Maheswari
"Kita putus saja!" Satu kalimat itu mampu melunturkan senyuman yang tercetak di bibirku.
Tunggu, beberapa detik yang lalu benda kecil bernama hati masih berdiri tegak dengan sejuta kebahagiaan, dan sekarang rasanya sudah hancur berkeping bahkan menjadi butiran debu.
Lenggokan tubuh dan wajah ayu didepan, bahkan suara gamelan yang kudengar serasa berhenti saat ini juga. Bagaimana perasaan kalian jika tiba-tiba lelaki yang sudah dipercayai mengatakan kata putus, itu hal yang tidak akan pernah terpikir sedikitpun olehku. Namun, nyatanya kini terjadi.
Sedangkan tersangkanya justru menatapku dengan wajah datar, air mukannya sangat tenang dan tanpa emosi.
KENYATAAN MACAM APA INI?!
"Ini bukan ulang tahunku Arsen, ngak usah ngerusak mood deh!" Ini pasti hanya gurauan saja.
Arsen adalah seseorang yang mampu membuatku bergantung dengannya selama 5 tahun ini, tentu saja sudah jelas seperti apa hubungan yang sudah berjalan selama 5 tahun. Bahkan beberapa bulan lagi Arsen sudah berjanji akan melamarku.
"Kita udah enggak cocok!"
Kami saling mengenal saat pertama kali memasuki kuliah. Belajar bersama, melewati masa susah bersama dan berhasil menyandang gelar sarjana bersama pula. Arsen lelaki yang memiliki pola pikir dewasa dan selalu berpikir matang-matang saat bertindak, meski begitu dia bukanlah orang yang kaku. Siapa wanita yang tidak bahagia jika memiliki pacar seperti Arsen.
"Kamu kenapa sih tiba-tiba ngomong kaya gini?"
Aneh saja karena dari sebelumnya kami tidak terlibat dalam pertengkaran, bahkan hubungan kita selama ini baik-baik saja. Hanya pertengkaran karena masalah kecil, itu pun sudah lama sekali.
Bahkan tadi malam kami juga masih melakukan runitas kami setiap malam, yaitu video call. Video call yang akan dimatikan sampai salah satu dari kami tertidur.
"Ya kita udah enggak cocok aja, putuslah jalan tengahnya." Jawabnya santai.
Ingin sekali rasanya mengeluarkan segala macam sumpah serapah yang tertahan, bagaimana bisa kalimat itu dengan entengnya diucapkan. Seperti yang kubilang tadi, Arsen itu orang yang selalu berpikir matang sebelum bertindak. Dan untuk kali ini alasan setidak masuk akal itu dia katakan.
"Cewek lain? Kamu udah dapet cewek baru, terus bilang gini ke aku?"
Arsen diam, dan kata orang diam itu artinya adalah iya, tapi kali ini hatiku menolak jika jawabannya adalah iya.
Tanganku mencoba meraih lengannya, tapi diluar dugaan dia justru menjauhkan tangannya. "Jawab Sen!"
Arsen menjauh satu langkah dariku, "kita udahan, gausah saling kenal dan lupain semua yang udah terjadi!"
Plakk....
Kuyakin perih rasanya karena aku menamparnya terlalu kuat, tapi biarlah toh tamparan itu saja tidak mampu menghilangkan sesak di dadaku.
Kenangan selama lima tahun itu bukanlah hal mudah yang bisa dilupakan begitu saja, empat tahun kita lalui sebagai mahasiswa bersama dengan segala suka dukannya.
Sekarang aku menjadi guru yang mengampu mapel SB di salah satu SMP, dan dirinya sukses besar dengan usaha yang dia miliki. Dalam satu tahun berhasil membangun tempat usahanya itu menjadi sangat besar, dia bos muda sekarang. Mungkin memang tidak cocok dengan guru SMP sepertiku.
Aku sering mendengar jika orang yang menemani dari 'nol' akan terbuang saat laki-laki itu menemui wanita yang jauh lebih baik. Aku memang terlalu bergantung dengan Arsen karena selama ini sudah sangat mempercayainya. Tapi meski begitu, kurasa aku juga berperan dalam Arsen merintis usahanya ini. Memberikan dia semangat, dukungan dan dia juga selalu mendiskusikan denganku apa yang akan dilakukannya ke depan.
Mungkin memang kita belum berjodoh, meski rasanya sangat sakit dihianati seperti ini. Tapi aku adalah wanita yang kuat dan tidak akan mengemis cinta. Masalah barunya adalah aku sudah terlanjur berkata pada ibuku jika bulan depan Arsen akan datang ke rumah untuk melamar. Lalu bagaimana jika ibu tahu aku dan Arsen sudah putus? Bukankah itu suatu bencana besar.
Ibuku sudah cocok dengan Arsen, beberapa kali aku mengajak Arsen ke rumah dan ibu berkata sangat bahagia mendapatkan menantu tampan seperti Arsen.
"Sen...." Sejak kapan suaraku menjadi parau seperti ini, dan tiba-tiba saja air mataku keluar tanpa diminta. Aku benar-benar tidak mau menangis, aku benci terlihat lemah.
Jari Arsen begerak mengusap pipiku dengan lembut, dia tidak membiarkan air mata itu mengalir. "Janji ya ini terakhir kalinya kamu nangis, kita belum berjodoh jadi gaada yang perlu ditangisi."
Kenapa semuanya berubah hanya dalam hitungan detik?
"Itu aku udah pesenin taksi buat kamu, aku duluan ya." Arsen menunjuk taksi yang berada jauh diluar.
Saat ini kami sedang melihat pementasan tari di keraton Yogyakarta, di hari tertentu ada pertunjukan tari untuk umum yang digelar di depan keraton. Dan bahkan baru beberapa menit kita disini tapi semuanya sudah berubah.
Aku menahan tanganya saat dia sudah berjalan dua langkah menjauhiku, "K-kamu beneran nggak mau jelasin sesuatu?"
"Lupain aku, aku cuma cowok brengsek yang udah ngerusak kepercayaan kamu."
"Mana sih cewek barunya, aku mau lihat!" Ya mungkin jika Arsen membawaku ke pacar barunya itu aku akan mencakar wajahnya dan menjambak rambutnya sampai puas.
Ya memang ini salah Arsen, tapi aku nggak akan bisa nyakitin dia karena kata orang cinta itu buta. Juga kata orang lagi, seorang tamu nggak akan pernah masuk jika tidak dibukakan pintu jadi kesalahan juga ada pada pihak wanitanya bukan?
Sebenarnya perempuan seperti apa yang mampu membuat hubungan 5 tahun berpaling? Apakah seksi menggoda semacam lont* ataukah wanita menor seperti cabe-cabean?
Arsen kembali mengusap pipiku yang basah karena air mata, kali ini sedikit senyuman terulas. "Kamu cantik, baik dan pengertian banget. Pasti kamu dapet orang yang tepat." Setelahnya Arsen berbalik dan melangkahkan kakinya dengan cepat.
Aku berharap jika ini adalah mimpi tapi sepetinya memang hubunganku harus kandas disini. Kandas dengan tidak terhormat.
Aku langsung pergi menuju ke taksi yang tadi sudah dipesan Arsen untuk segera pulang kerumah, walaupun lagi marah banget sama Arsen tapi kan kalo taksinya nggak dinaikin sayang juga. Males aja nunggu lama lagi kalo pesen taksi baru.
Begitu sampai dirumah, di depan ada mobil yang sepertinya milik budhe Retno, dia adalah kakak dari ibuku. Benar saja saat aku masuk, budhe dan ibu lagi ngobrol di ruang tamu.
Setelah menyalimi tangan ibu aku langsung menyalimi tangan budhe, "eh Budhe udah dari tadi?"
"Udah Zai, kamu darimana hari minggu gini?"
"Habis pergi keluar bu-"
Belum sempat aku menuntaskan kalimatku, budhe sudah menyelanya. "Oh pasti sama pacar kamu itu ya, Arsen kan namanya. Ini ibumu juga baru cerita kalo bulan depan kalian lamaran. Haduh selamat deh Zaina, kamu pasti bakal jadi manten paling cantik di dunia ini."
Aku hanya tersenyum simpul, budhe Retno ini orangnya memang sangat heboh sekali jika mendengar berita sesuatu. Dia juga selalu menjadi penghidup suasana saat kumpul keluarga, dengan mulut ceriwisnya yang selalu sukses membuat kami tertawa.
"Yasudah, Ibu Budhe. Zaina masuk dulu ya."
Aku langsung bergegas masuk ke kamar, rasanya ingin tidur seharian agar pikiranku bisa fress kembali. Mendapati kenyataan dihianati tenyata lebih melelahkan daripada kerja rodi selama seminggu.
"Lha Nduk, kok udah pulang. Bukannya baru berangkat?"
Aku menoleh saat tiba-tiba suara ibu mengangetkanku, ibu menyembulkan wajahnya daribalik pintu kamar. Memang benar ibu itu adalah orang yang paling peka di dunia dan tahu jika kita menyimpan masalah, aku sangat bersyukur ibuku ini selalu menjadi penyemangatku.
"Iya Bu, panas banget cuacanya jadinya pulang."
"Beneran? Kok pulangnya naik taksi? Arsen mana? Lagi marahan sama Arsen?" Sudah kubilang tadi jika ibuku adalah mahluk terpeka di dunia ini, sangat cermat bahkan hanya masalah aku tidak pulang dengan Arsen.
Hatiku bimbang harus jujur atau tidak, jika jujur pasti ibu akan ikut sedih karena Arsen itu menantu idamannya sedangkan jika tidak jujur mau bagaimana? Kami sudah tidak ada hubungan dan pada akhirnya ibu juga akan tahu.
Menatap mata ibu yang sangat teduh, membuatku semakin yakin untuk tidak menutupi apapun dari ibu, "kita putus, Bu." Dapat kulihat dengan jelas perubahan di wajah Ibu, aku tidak tahu artinya tapi satu yang pasti Ibu sangatlah kecewa.
"Nduk, jangan bohongin Ibumu soal kaya gini!"
"Zaina serius, Bu."
Ibu meraih kedua tanganku dan mengusap punggungku dengan lembut, setidaknya perlakuan seperti itu saja dapat menenangkanku.
"Lho kok bisa? Kalian nggak ada masalah apa-apa kan?"
"Belum jodoh aja, Bu."
"Haduh kok bisa to Nduk, ibu udah bilang sama budhe sama makde mu kalau bulan depan kamu lamaran."
Kabar bahagia apalagi mengenai putrinya akan selalu ibu bagikan, ya kami ini keluarga dan keluarga selalu membagi kebahagiaannya.
"Udah nggak papa Bu, nanti Zaina yang jelasin sama-"
"Telfon Arsen, Ibu mau ngomong!"
"Udah Bu, cowok tuh bukan Arsen aja, masih banyak diluar sana. Putri Ibu ini cantik, besok Zaina bawain mantu ganteng buat Ibu."
Ibu ikut terkekeh mendengarkan ucapanku, ibu pasti sangat kecewa. Tapi setidaknya aku sangat lega senyuman masih bisa diukir dari bibirnya.
...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...
...Dont forget to click the vote button!...
...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...
Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^
And, see you.
Welcome to the frist chapter, jangan lupa vote dan komennya ya. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Septi Verawati
menyimak🤔🤔🤔
2023-06-20
0
Iekyu
ya ampun... aku baru tau kalo cerita ini ada lagi dan semoga sampai endingnya
2022-11-13
2
OKEY
Saya sdh pernah baca cerita author yg ini tp blm tamat sdh dihapus. Padahal ceritanya bagus. Semoga cerita ini bs smp tamat ya. Semangat!
2022-08-03
4