Erland Putra, seorang petarung handal, dia menjadi korban penculikan saat dirinya masih bayi dan mendapatkan kekerasan dari orang tua angkatnya. Padahal dia anak dari seorang mafia.
Setelah dewasa dia malah mendapatkan pengkhianatan dari kekasihnya.
Sebuah pertemuan tidak sengaja mempertemukan dirinya dengan seorang gadis di masa lalu, gadis yang pernah dia tolong saat gadis itu di culik oleh ayah angkatnya. Gadis itu bernama Eliana, seorang CEO cantik yang sangat angkuh.
Karena Eliana mengetahui Erland adalah orang yang menolongnya dulu, membuat dia terobsesi ingin memiliki Erland. Padahal Eliana akan membenci Erland jika dia tahu siapa Erland sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Tuan Mario mencoba untuk menghubungi Black beberapa kali, namun sayangnya sampai saat ini Black belum juga mengangkat panggilan telepon darinya. Dia sangat penasaran sekali apakah Black berhasil membunuh Erland atau tidak.
"Papa lagi telepon siapa?" tanya nyonya Vera, dia menghampiri suaminya yang sedang berdiri di tepi balkon kamar.
"Oh tidak, papa hanya ingin menelpon klien papa."
"Ini sudah malam, Pa. Besok saja."
Tuan Mario menganggukan kepala, "Hmm... iya."
"Calon suami El, siapa namanya tadi?"
Tuan Mario tidak mengerti mengapa istrinya tiba-tiba menanyakan soal Erland "Erland Putra, kenapa ma?"
"Oh tidak apa-apa, mama lupa lagi namanya,"
"Gak penting juga untuk diingat, seharusnya El menikah dengan Juan besok." Tuan Mario mengatakannya dengan nada kesal.
"Jangan begitu lah Pa, mama juga sama, mama sangat berharap El bisa menikah dengan Juan, tapi kita harus menghargai keputusan El."
Tuan Mario tidak menjawab perkataan nyonya Vera, dia memilih masuk ke dalam kamar.
Sementara itu, Juan malam ini sangat sedih karena wanita yang sangat dia cintai akan menikah dengan pria lain.
Dia terus menguatkan hatinya agar dia tidak terpuruk didalam kesedihannya.
Aku yakin El dan pria itu hanya menjalani pernikahan kontrak saja, aku tau El seperti apa, dia tidak mungkin mau menikah dengan pria yang levelnya rendah seperti Erland Putra. Karena itu aku akan tetap menunggumu El. Kamu adalah milikku El.
...****************...
Akhirnya pernikahan Eliana dan Erland telah berlangsung siang ini. Sebuah pernikahan yang begitu sangat megah dan mewah di salah satu hotel milik Alaska Corp.
Sebuah janji suci pernikahan telah terucap dari mulut Erland yang mengikat kedua menjadi sepasang suami-istri.
Eliana hanya mengundang orang-orang tertentu saja, karena dia merasa risih jika harus terus menyapa banyak orang dengan pura-pura ramah kepada para tamu undangannya.
Kebanyakan para pengusaha muda, Erland tidak mengerti mengapa mereka banyak yang menatap tajam padanya, bahkan saat bersalaman dengan mereka, Mereka meremas tangan Erland sampai kesakitan.
"Apa orang-orang yang kamu undang kesini itu mantanmu?" Erland memegang tangannya yang sakit.
"Memangnya kenapa?" Eliana malah balik nanya.
Pembicaraan mereka terhenti begitu melihat ada salah satu orang yang di tolak lamarannya oleh Eliana.
"Oh jadi dia suamimu nona El?" tanya pria itu.
"Iya benar." jawab Eliana.
Pria itu memperhatikan Erland dari ujung kaki ke ujung kepala, lalu mengulurkan tangan pada Erland "Rupanya kamu pemenangnya, padahal aku sudah beberapa kali melamar nona El."
Erland menjabat tangannya, dia pura-pura tersenyum bahagia. Namun dia kaget tiba-tiba pria itu meremas tangannya, dan mengedipkan matanya. Dia berbisik, "Aww... sepertinya punyamu besar sekali."
Erland langsung melepaskan tangan pria itu, lalu menutup bagian bawahnya dengan tangan, bulu kunduknya merinding, dia pikir dia bersalaman dengan pria tulen.
"Kenapa?" tanya Eliana pada pria itu dan Erland, Eliana melihat wajah Erland memerah.
"Ah tidak apa-apa, suamimu sangat tampan." Pria itu pun terpaksa pergi sambil mengedipkan matanya kembali pada Erland.
Erland bergidik ngeri melihatnya, "Beruntung kamu tidak menerima lamarannya." gumam Erland pada Eliana.
"Tentu saja, bagaimana mungkin aku mau menikah dengan pria yang menyukai sesama jenis."
"Jadi kamu tau?" Erland membulatkan matanya, bagaimana bisa Eliana tega membiarkan dia bersalaman dengan pria jadi-jadian itu.
"Memangnya dia berbuat apa padamu?" Eliana malah balik nanya.
"Ah tidak, lupakan saja."
"Hmm... tadi aku dengar dia bilang besar sekali, apanya yang besar?"
Rahang Erland mengeras mendengar pertanyaan Eliana, dia menelan salivanya dengan kasar. "Aku tidak tau."
"Apanya yang besar sih?" Eliana malah jadi tambah penasaran, "Kalian ngomongin apa tadi?"
"Tidak ada yang dibicarakan."
"Hmm... ya udah. Nanti aku tanyakan sendiri sama dia."
Erland terbelalak, "Oh oh jangan, dia tadi bilang tekadku besar sekali untuk menikahimu." Erland asal nyeplak aja.
"Tekad besar? Memangnya aku kenapa?"
"Hmm... kamu tau sendiri sifatmu seperti apa. Seperti macan betina."
Eliana menghela nafas, dia mendeliki Erland dengan tatapan kesal, tapi dia teringat bahwa dia harus bisa menarik dihadapan Erland. Eliana terpaksa tersenyum manis pada Erland, "Tenang saja aku mulai sekarang akan menjadi istri yang manis buat kamu."
Erland memandangi Eliana yang tersenyum manis padanya, hampir saja dia terhipnotis oleh senyumannya.