NovelToon NovelToon
Menjerat Hati Perjaka Tua

Menjerat Hati Perjaka Tua

Status: tamat
Genre:Tamat / Perjodohan / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rossy Dildara

Demi menuruti permintaan terakhir dari sang Ayah, Citra rela menikah dengan seorang pria matang berumur 35 tahun yang bernama Steven Prasetyo.

Dipaksa? Tentu tidak. Citra dengan ikhlas dan senang hati menerima pernikahan itu meski selisih mereka 16 tahun. Bahkan, dia sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu dengannya.

Namun, sebuah fakta mengejutkan saat Citra mengetahui sebuah rahasia tentang alasan Steven menikahinya. Mungkin itu juga sebabnya mengapa sikap Steven selalu dingin dan menjaga jarak selama ini.

Sesungguhnya dia kecewa, tetapi entah mengapa semangat untuk mendapatkan cinta dari pria dewasa itu tak pernah pudar. Malah makin membara. Citra bertekad akan membuat pria yang membuatnya berdebar setiap hari itu jatuh cinta padanya. Bila perlu sampai tergila-gila.

Akankah Citra berhasil menaklukkan hati Steven? Atau justru dia menyerah dan lebih memilih meninggalkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Aku tersiksa

Steven naik lagi ke atas, lalu meraup kembali bibir Citra dengan penuh naffsu. Citra ikut membalasnya dengan asal-asalan.

Merasa sudah sangat tak tertahankan, Steven langsung melepaskan ciuman itu, dia berdiri dengan lutut lalu melepaskan kaosnya, kemudian perlahan menurunkan celana dan sontak membuat Citra membulatkan matanya dengan lebar.

"Aaakkkhhh!" Citra berteriak penuh histeris lalu menutupi wajahnya saat melihat dengan gamblang kejantanan Steven yang tegak berdiri ke arahnya. Tidak lupa dengan dua telur berbulu yang bergelantungan manja di sana.

Teriakan Citra sukses membuat Steven terperanjat dan menyadarkan apa yang telah terjadi. Pria itu pun langsung turun dari tempat tidur, lalu berlari keluar dari kamar Citra begitu saja.

Steven menutup pintu kamarnya sendiri dengan kasar. Dia pun membanting tubuhnya di atas kasur dan mengusap wajahnya kasar, perlahan dia pun meraba inti tubuhnya yang menegang. Sangat keras sekali dan dia benar-benar menginginkannya.

Rasanya begitu menyiksa, tetapi sekali lagi Steven sadar jika dia tak bisa melakukan apa-apa sekarang.

"Aaakkkhhh!"

Citra langsung terperanjat saat mendengar teriakan Steven, gadis itu berada di depan pintu kamar sebab ingin menyusul Steven. Niatnya ingin meminta maaf sebab tadi suaminya pergi begitu saja dan mungkin marah.

Namun, baru saja dia hendak mengetuk pintu—terdengar suara samar-samar dari dalam sana. Suaranya seperti sedang mengoceh dan itu membuatnya penasaran.

Pelan-pelan Citra menurunkan handle pintu hingga terbuka. Dia pun mengintip dan sedikit mendekatkan telinganya pada sisi pintu itu.

Steven sedang berbaring di atas kasur, seluruh wajahnya tampak merah padam.

'Apa Om Ganteng benar-benar marah padaku?' batin Citra.

"Om Danu ... aku benar-benar minta maaf setelah apa yang barusan terjadi. Tapi aku sangat menginginkannya," ujar Steven. Pria itu menjambak rambutnya lalu menonjok dinding dengan keras. Emosinya menggebu-gebu, dia merasa begitu frustasi.

'Kenapa Om minta maaf sama Ayah?' batin Citra.

"Om ... kenapa Om memberiku amanah seperti ini? Aku menikahinya tapi aku nggak boleh menyentuhnya?" Steven menatap langit-langit kamarnya sambil tersenyum getir, dia merasakan sakit di dada dan inti tubuhnya yang tak berhasil terpuaskan, bahkan selalu dia tahan untuk keluar.

Citra mengerutkan keningnya, dia merasa bingung dengan apa yang diucapkan pria tampan itu.

'Amanah? Menyentuh? Maksudnya?' batin Citra.

"Citra ... dia begitu menggoda dan dia juga sering menggodaku. Aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana supaya kekhilafan ini tidak terjadi?" gerutu Steven dengan emosi yang meluap-luap. "Janji Om ... janji Om sangat berat. Aku ... aku nggak kuat, Om. Aku tersiksa!"

'Janji? Janji apa?' batin Citra. Dia pun cepat-cepat menutup pintu kamar itu saat tahu Steven beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Citra kembali ke dalam kamarnya, lalu menutup pintu. Perlahan dia pun mendudukkan bokongnya di atas kasur.

Terlihat jelas, jika Steven sangat tertekan dan begitu emosi tadi. Semua itu membuat sebuah tanda tanya besar di dalam otaknya.

'Pertama amanah, kedua menyentuh, ketiga menggoda, keempat janji. Apa maksud semua itu? Dan janji apa yang Ayah berikan sama Om Ganteng sampai dia kesal seperti tadi?' Citra termenung beberapa saat, lalu berkata, "Apa ada yang aku nggak tahu?"

***

Keesokan harinya.

Suasana di meja makan terasa hening. Hanya suara garpu dan sendok saja yang saling beradu di atas piring. Steven dengan serius melahap nasi goreng, wajahnya tampak lesu dan tak bergairah.

Sikapnya yang seperti itu makin membuat Citra penasaran akan apa maksud yang diucapkan Steven semalam. Ingin rasanya dia bertanya, tetapi mood Steven yang sangat jelek membuatnya mengurungkan niat. Bisa-bisa nanti dia kena marah.

"Eemm ... Om. Semalam terima kasih," ujar Citra pelan sambil memandangi wajah Steven. Pria itu sama sekali tak menatapnya, sorotan matanya hanya fokus pada makanan.

"Buat apa?" tanya Steven dengan suara datar.

"Buat ciumannya." Citra tersenyum manis. "Tapi aku minta maaf kalau sempat menjerit, aku kaget Om."

"Kaget kenapa?"

"Ya kaget, soalnya aku baru pertama kali melihatnya. Tapi kenapa milik Om sangat panjang dan besar, ya? Terus ada bulunya sama dengan telur Om."

"Uhuk! Uhuk!" Steven sontak tersendak mendengar rentetan pertanyaan frontal dari bibir Citra, lantas dengan cepat dia pun menenggak air minum pada gelas.

"Om kenapa? Apa Om baik-baik saja?" Citra menyentuh punggung tangan Steven, tetapi langsung digeser oleh pemiliknya. "Terus semalam itu kita sebenarnya ngapain sih, Om? Kok Om sampai buka-buka baju segala?"

'Pertanyaan macam apa ini? Bukannya dia pernah memintaku untuk melakukan malam pertama? Semalam hampir terjadi dan dia sendiri nggak tahu kita habis ngapain? Konyol sekali Citra, terlalu polos.' Steven lantas berdiri dan membenarkan jas lalu menyeka air yang tersisa pada bibir bawahnya, rasanya dia tak ingin membahas kejadian semalam. Itu akan membuatnya sakit hati.

"Ayok berangkat sekarang, aku ada meeting."

"Iya, Om." Citra mengangguk patuh, dia langsung berlari masuk ke dalam kamar lalu tak lama kembali dengan mengendong tas ransel.

*

*

Di dalam perjalanan, Citra merasakan hawa dingin. Dinginnya bukan karena suhu AC, melainkan dengan sikap Steven.

Citra memperhatikan wajah Steven dengan seksama. Jangankan untuk tersenyum, menatap matanya saja tidak. Suaranya juga begitu datar dan hanya sepentingnya dalam berbicara.

"Om kenapa diam saja dari pagi? Apa aku punya salah sama Om?" tanya Citra penasaran.

"Nggak."

"Terus kok sikap Om kayak dingin begitu? Om juga terlihat nggak bersemangat. Apa Om sakit?" Citra menempelkan punggung tangannya ke dahi Steven, dan pria itu langsung menyingkirkannya.

"Aku nggak jelas lihat jalannya, Cit. Nanti tertabrak."

"Tapi Om nggak apa-apa, kan?" tanya Citra khawatir.

"Aku nggak apa-apa."

Setelah beberapa menit berlalu, mobil hitam itu pun terparkir di depan gerbang. Sebelum Citra turun, Steven langsung mencekal lengan gadis itu hingga membuatnya menoleh.

"Pakai ini, Cit." Steven mengulurkan tangannya, memberikan kupluk rajut berwarna hitam pada Citra.

Kening Citra mengerenyit heran. "Untuk apa, Om? Ini 'kan masih pagi, nggak panas."

"Untuk tutupin dahimu."

"Nggak usah ditutupi, Om. Aku nggak masalah kok." Citra menggeleng lalu turun dari mobil.

"Jangan bandel, pakai ini." Steven ikut turun dan mengejar Citra yang sudah melangkah, lantas segera memakaikan kupluk berbahan rajut itu ke atas kepalanya. "Dibukanya nanti kalau sampai rumah, dan jangan cerita-cerita ke siapa pun kalau kamu habis kecelakaan."

"Kenapa memangnya? Om ini suka sekali sih rahasia-rahasiaan begitu?"

"Aku nggak mau nantinya mereka berpikir kalau aku yang melukaimu, pasti mereka juga nanya penyebab kamu kecelakaan dan kamu juga pasti jujur. Aku nggak mau mereka-mereka tahu apa lagi Gugun, Cit. Aku juga 'kan nggak ada niat mencelakaimu, itu murni kecelakaan," jelas Steven dengan wajah serius.

Citra terdiam dan manggut-manggut. "Ya sudah deh, tapi ... ada sesuatu yang ingin aku tanyakan sama Om."

...Yah ... kenapa harus menjerit sih, Cit? gagal 'kan 🙈...

1
Dedeh Herawati
mampir ach
Ariyani Ariyani
aku sllu like cuman jarang koment dd othor🙏💪💪💪
visi Sembiring
thor apa anak nissa dan tian bknnya diculik ya sama aulia ms mrk ga sadar juga?
IG: @rossy_dildara: Rahasia kak, nanti terungkap pas mereka dibuat judul baru🤭
total 1 replies
Nayosha
waah udh normal si Stev ternyata
Nayosha
hahaha pisang anaknya ternyataaaa...ngakak dech
Nayosha
mau liat CCTV ya
Nayosha
ih PD banget ya Fira
Nayosha
bener jgn di kasih izin Bu...tuman tuh si Fira...emang ga tau diri
Nayosha
beresin dulu SM Aulia nya Om...supaya aman
Ariyani Ariyani
ko tidak ada ya? mohon infonya 🙏🙏🙏
IG: @rossy_dildara: udah aku pindahin ke aplikasi GN' Kak
total 1 replies
Nayosha
enak aja Lo Fir mau rujuk sm Tian...halu dia
Nayosha
dasar Steven buka puasa nya langsung goyangin Citra kayanya
Nayosha
Fira ya
Nayosha
bagus dech ada kemajuan....tp abis di pukuli Tian jadi ngga Inget...ada yah am esia gitu...ada yg muncul Inget ada yg lupa LG sebagian
Nayosha
amnesia nya udh maju dikit kedepan kayanya ...udh Inget Citra waktu di culik si kumis Lelel soalnya
Nayosha
hahahaha. bagus jg KL di dunia nyata ada Burung seperti Kevin....buat ngasih pelajaran pelakor/Facepalm/
Nayosha
duel
Nayosha
Bikin Stev kelabakan aja LG Cit...ngumpet dl sm si kembar di rumah Om Tian...bisa di liat reaksi Steven gimana
Nayosha
Citra tau tuh Stev chatingan sm si Imel
Nayosha
tuh kan mana tahan Stev ga akan bisa lah....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!