Diceraikan di malam pertamanya sebagai pengantin, membuat Embun terdiam dengan seribu bahasa.
Perceraian itu membuat ibunya kembali menjodohkan Embun dengan seorang tuan muda kaya raya. Mengetahui gadis itu pernah menikah dan bercerai, "Apa yang akan kau tawarkan agar aku mau menikahi mu?" seru tuan muda dingin itu padanya.
Waktu pun berlalu, tiga tahun kemudian setelah perceraian dengan Agra, mereka bertemu untuk pertama kalinya, "Milka, lihatlah betapa menyedihkannya dia. Selama tiga tahun ini apakah dia tidak bisa hidup dengan benar?" ejek Agra pada Embun, mantan istrinya.
Dia baru saja melempar bara api kehadapan istri seorang tuan muda Rendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La_Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak
Rendra membuka matanya sebentar lalu bangun untuk menarik selimut dan menutupi tubuh mereka berdua, sejenak dia menatap istrinya yang sudah tidur karena kelelahan.
Benar dugaannya bahkan percintaan mereka telah berkahir sejak tadi namun tubuhnya sama sekali tak menimbulkan reaksi apa pun, sebelum selimut ditangannya benar-benar mendarat ditubuh mereka, lagi-lagi Rendra kembali menatap ke sekujur tubuh Embun.
Ada banyak jejaknya disana, kecupan yang memberikan bekas merah keunguan sekilas membuatnya tersenyum tipis.
"Kakak..."
Rendra membulatkan kedua matanya dengan tak suka saat mendengar ada yang mengganggunya dari menatap pemandangan langka itu.
Dia mendesis sebal dan segera memakai kembali semua pakaiannya, lalu melangkah menuju pintu. Memutar handle dan menariknya hingga pintu kamarnya setengah terbuka, lalu kepalanya muncul dari balik pintu.
"Kakak," Thalia yang berusaha masuk itu pun langsung terusir.
"Jangan lancang."
"Apa yang kakak katakan? Aku kemari hanya untuk -" Thalia terdiam saat melihat bekas merah di leher sang kakak, dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh bagian itu, "Apa ini?"
Rendra menghela napasnya dengan kasar lalu menepis tangan adiknya, "Jangan lancang dan jangan menyentuh tubuhku."
Thalia membulatkan matanya, terkejut, "Kalian sudah melakukannya? Kakak jahat!" teriak Thalia sembari memukulkan tangannya ke dada Rendra, "Papa dan mama baru saja meninggal tetapi kalian malah asyik bermesra-mesraan seperti ini? Apa, ... apa yang sudah wanita jelek itu lakukan kepada kakak... aku benci kakak, aku benci!!" kemudian dia berlari pergi menuruni anak tangga masuk ke dalam kamarnya. Membuat Leony yang saat itu sedang menunggu di ruang keluarga pun menjadi heran.
Rendra hanya diam menatap punggung adiknya yang semakin menjauh dan hilang setelah menuruni anak tangga, dia bergeming dan kembali masuk ke dalam kamar.
Mengambil kimono handuk lalu bergegas masuk ke dalam bath room, sebelum sampai di bath up dia menyempatkan diri untuk bercermin.
Menatap wajahnya sendiri lalu turun ke leher dan mendapati jejak merah disana. Apa yang sudah di lakukan Embun padanya? Bukankah tubuhnya itu sangat mahal dan berharga? Mengapa bisa sampai meninggalkan jejak menjijikan seperti itu?
Namun anehnya Rendra hanya diam saja sembari mengelus tanda merah itu, dia kembali di ingatkan dengan percintaannya barusan bersama Embun.
Dimana wanita itu sangat kesakitan hingga menariknya untuk mendekat dan membiarkannya menggigit leher Rendra.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Leony yang merasa heran itu pun segera menyusul Thalia masuk ke dalam kamarnya.
"Thalia," seru Leony memanggilnya sembari mengetuk pintu namun tak di gubris, "Thalia buka dulu pintunya, katakan kepadaku mengapa kau menangis?"
Di dalam kamar itu Thalia menutup kedua telinganya dengan bantal dalam keadaan terbaring di atas ranjang.
Leony yang masih berusaha meminta Thalia untuk membukakan pintu kamarnya, wanita itu mendengar langkah kaki yang sedang menuruni anak tangga.
"Rendra?"
Pria itu memakai kemeja kotak-kotak dengan lengan sebahu dan jeans hitam, tampilannya sangat kasual namun membuat ketampanannya tidak luntur.
"Rendra, apa yang terjadi pada Thalia? Dia menangis," tanyanya sembari melangkah mendekati Rendra yang baru saja menapaki kakinya di lantai bawah, "Apakah kau ya -" dia terkejut saat melihat bekas merah di lehernya, "Apa ini? Apakah ini yang membuat Thalia -"
"Jangan menyentuhku, kenapa kau masih bertanya padaku? Kau tanyakan saja padanya mengapa bisa menangis."
Jawabannya ketus, dia malas menanggapi wanita itu. Rendra kemudian melewatinya begitu saja dan masuk ke ruang baca.
Alvarendra Raymond Wilson, begitu sulitkah bagi wanita lain untuk menyentuhmu?
wlpn sultan klu aku mah ogah punya suami spt Rendra nih.percuma aja baik" lembut" tapi kepala batu selip dikit salah pasti kena hukuman