📢📢SELAMAT DATANG DI AREA HAHA HIHI 🤣🤣
Freya, gadis penurut dan berbakti harus mengikuti keinginan orang tuanya. Mama Ratna yang sangat suka membaca novel online, otaknya sudah tercemar oleh novel-novel yang telah ia baca. Hingga akhirnya ja menjodohkan putrinya dengan salah satu putra teman online yang ia kenal lewat grup chat (GC) novel kesayangannya. Dia berharap kehidupan anak-anak mereka berakhir bahagia seperti novel yang ia baca.
"Mencintaiku tak sesulit mengerjakan PR matematika, tak perlu perhitungan cukup bilang saranghae." Freyanisa Fransisca.
"Cinta bukan perhitungan tapi logika. Dan logikaku belum bisa berkata saranghae." Arkana Rahardian.
Akankah kisah mereka berakhir bahagia seperti novel yang dibaca orang tuanya?
happy reading jangan lupa like, komen dan favoritkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ajarin main sama praktek!
Arka terbangun dari tidurnya dan segera melepaskan pelukannya dari Freya yang masih lelap dengan tidurnya. Arka menatap wajah lelap istrinya yang sering membuatnya kesal karena sikap kekanakannya. "Kamu kalo lagi tidur kaya malaikat Dek, damai banget wajahnya." Ucap Arka sembari memainkan poni istrinya sebelum akhirnya ia mengecup kening Freya dan berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Mengingat hari ini ia harus segera kembali ke kampus setelah tiga hari tidak masuk.
Mira yang mengetahui menantunya sudah tiba tadi malam membuatnya begitu semangat ingin segera menemui Freya. Pasalnya semalam dirinya bersama Bayu menunggu kedatangan anak dan menantunya tapi mereka malah ketiduran sehingga tak tahu pasti jam berapa Freya dan Arka tiba.
Pagi ini setelah tau hal itu, Mira langsung menghampiri kamar putranya. Padahal Bayu sudah mengingatkannya untuk menunggu Freya dan Arka di ruang makan saja, takut menganggu mereka yang telah melakukan perjalanan jauh. Tapi Mira yang sudah tidak sabar ingin bertemu Freya tak menghiraukan ucapan suaminya.
Mira mengetuk pintu kamar Ardi namun tak ada jawaban dari dalam sana. Wanita paruh baya itu kemudian mencoba membuka pintu kamar putranya yang ternyata tidak di kunci.
Mira melihat Freya yang ternyata masih tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga ke perut. Dari jauh Mira menahan senyumnya melihat Freya yang mengenakan kemeja Arka yang terlihat kebesaran itu, rambutnya bahkan acak-acakan. Otaknya langsung berfikir jika semalam anak dan menantunya itu sudah menghabiskan malam yang penuh dengan kehangatan. "Mereka bener-bener luar biasa. Anak muda emang beda, abis perjalanan jauh aja masih bisa tempur." Gumamnya sambil menggelengkan kepalanya.
Mira kemudian keluar dari kamar putranya. Pikirnya benar kata Bayu sebaiknya menunggu mereka di ruang makan saja.
"Mana Freya nya Bun kok tidak ikut turun?" Tanya Bayu yang sudah ada di meja makan sambil membaca korannya.
"Ayah benar, sebaiknya bunda emang tunggu di sini aja. Tadi bunda masuk kamar Arka, Freya masih tidur. Terus si Arka kayaknya lagi mandi soalnya bunda cuma lihat Freya aja." Terang Mira sambil menyiapkan sarapan di meja makan di bantu oleh Bi Tuti, Asisten rumah tangganya.
Tak lama putra bungsunya tiba di ruang makan dan langsung duduk berhadapan dengan ayahnya. "Pagi Ayah Bunda." Sapa Ardi.
"Pagi juga sayang. Mau sarapan roti apa nasi goreng?" Tanya Mira.
"Nasi goreng aja Bun." Jawab Ardi sambil celingukan mencari kakak dan kakak iparnya yang katanya sudah tiba tadi malam tapi sampai kini belum kelihatan juga. "Kak Arka sama Freya mana Bun? Bukannya udah sampe tadi malem?" Lanjutnya sambil menerima piring yang sudah diisi nasi goreng.
"Masih di kamar. Tadi Bunda ke sana Freya masih tidur. Sepertinya dia kecapean. Biasalah pengantin baru."
Ardi menyuapkan nasi gorengnya, mungkin karena hatinya yang belum sepenuhnya bisa melepaskan Freya membuat nasi goreng kesukaannya itu seolah hambar tak berasa. Apalagi mendengar ucapan mamanya barusan membuatnya benar-benar merasa jatuh dalam patah hati untuk kesekian kalinya. Gadis yang ia sukai sejak kelas sepuluh hingga tamat putih abu itu benar-benar bukan jodohnya.
Sementara itu di kamar, Arka baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi. Arka menghampiri Freya yang masih tidur dan membangunkannya. Arka tak tega membangunkan Freya karena ia pikir Freya pasti sangat lelah setelah perjalan jauh ditambah mereka hanya tidur empat jam malam tadi. Tapi membiarkan Freya bangun tanpa dirinya itu akan lebih membuat Freya tak nyaman karena bangun kesiangan di rumah mertua untuk pertama kalinya itu akan sangat memalukan. "Dek bangun udah pagi." Arka membangunkan Freya dengan mengelus pipi gadis itu. Tapi seperti biasa hal itu tidak membuat Freya terusik yang ada malah tambah nyenyak.
"Susah banget dibangunin ini bocah." Gumam Arka sambil memandang istrinya.
Sekali lagi di pandangnya Freya yang masih terlelap dan entah apa yang merasuki otak Arka, tiba-tiba dirinya mendekatkan wajahnya pada wajah Freya dan mengecup bibir mungil gadis itu yang seolah terus memanggil untuk di cicipi. Tapi lagi-lagi hal itu tak membuat istrinya bangun.
"Gue kok berasa jadi maling disini, setiap mau peluk atau cium istri sendiri aja harus pake alesan. Resiko punya istri kaya lu Dek. Ngga ada peka-pekanya." Batin Arka.
Hingga akhirnya Arka memilih untuk duduk di samping Freya, menunggu hingga gadis itu bangun. Pikirnya sekali-kali terlambat ke kampus tak apa dari pada membiarkan Freya bingung jika tak mendapati dirinya saat bangun.
Lima belas menit berlalu akhirnya gadis itu bangun dan duduk di ranjang sambil merapikan rambut panjangnya dengan tangan. "Bang Ar udah rapi mau kemana?" Tanyanya pada Arka yang duduk di sampingnya.
"Mau kuliah lah. Abang bangunin kamu dari tadi susah banget Dek. Ngga bangun-bangun padahal udah Abang-" ucap Arka menggantung kalimatnya. Pikirnya bahaya kalo ini bocah tau dirinya abis nyicipin tuh bibir bisa-bisa ngambek lagi.
"Padahal udah apa Bang?"
"Padahal Abang udah mau ke kampus." Elak Arka.
"Oh." Freya menganggukkan kepalanya lalu beranjak ke kamar mandi. "Aku mandi dulu bentar Bang tungguin."
Arka dan Freya menuruni tangga menuju meja makan. Keduanya langsung di sambut oleh Mira yang sedang membereskan meja makan.
"Bunda seneng banget kamu udah ada di sini. Ayo sarapan dulu kamu pasti lapar kan. Semaleman bertempur, padahal kalo cape ngga usah main dulu kan masih ada hari esok." Ucap Mira memeluk gemas menantunya.
"Iya Bun Freya cape banget. Maaf yah Freya bangunnya jadi kesiangan." Jawab freya yang sebenarnya tak tau maksud dari kata main dan bertempur itu apa. Tapi yang jelas dirinya memang sangat cape karena perjalanan jauh dan kurang tidur.
"Ini makan Dek!" Arka meletakan roti yang sudah dioles selai coklat ke piring Freya.
"Makasih Bang Ar." Ucapnya sambil tersenyum manis.
"Sama-sama Dek." Lagi-lagi Arka mengelus rambut istrinya.
Mira begitu bahagia melihat pemandangan dihadapannya, ternyata tak salah menjodohkan putranya dengan putri dari teman grup chatnya. Tak seperti di novel dimana pasangan yang dijodohkan akan saling membenci di awal dan bucin sebucin-bucinnya diakhir episode, Arka dan Freya malah terlihat akur dan saling menyayangi.
Setelah kepergian Mira, Freya meletakan roti yang belum habis ia makan dan menoleh ke Arka dengan penuh tanya, "Bang kata Bunda barusan aku ngga boleh main dulu kenapa yah? padahal sekarang mah aku udah ngga cape Bang."
Arka mengambil segelas air dan langsung meneguknya hingga habis. kali ini ia bingung harus menjelaskan apa pada istri lugunya itu, karena ia tau pertempuran dan main yang di maksud oleh bundanya yang sepertinya salah paham itu. Tapi maksud dari main bagi Freya pasti lah jalan-jalan atau pergi ke suatu tempat.
''Maksud main kata bunda itu bukan main jalan-jalan atau pergi ke suatu tempat. Tapi,'' Arka tak menyelesaikan ucapannya karena akan butuh waktu lama menjelaskan hal itu pada Freya, lagi pula sekarang dirinya sudah terlambat untuk pergi kuliah.
"Tapi apa Bang Ar? kebiasaan lama-lama nih Abang kalo ngomong ngga sampe selesai."
"Nanti aja Abang jelasin pulang kuliah, syukur-syukur bisa langsung praktek sekalian. Kamu jangan kemana-mana di rumah aja sama Bunda." Ucapnya sambil mengacak gemas rambut Freya yang hanya mengangguki ucapannya.
"Salim dulu Abang berangkat sekarang." Ucap Arka sambil mengulurkan tangannya.
Freya pun menyalami Arka, "Iya Bang, Hati-hati. Kalo bisa kuliahnya jangan lama-lama. Soalnya aku udah ngga sabar pengen diajarin main yang di maksud bunda, sama prakteknya juga sekalian." Ucap Freya begitu semangat.
Sepanjang perjalanan ke kampus ucapan Freya yang ingin diajari main sama praktek itu selalu melintas di pikiran Arka hingga membuat pemuda itu berkali-kali terlihat menahan tawanya. "Gemesin banget kamu sih Dek. Ngajakin main sama praktek juga. Ntar giliran gue praktekin pasti ngamuk tuh bocah."
.
.
.
Ayolah jangan jadi silent readers, biasakan tinggalkan jejak setelah membaca biar aku tau kalian itu suka apa ngga sama cerita ini.
Yang mau kenal sama aku boleh banget gabung ke grup chat aku. Kalian juga bisa follow Ig aku @hyuga_yezi Ya walaupun aku jarang main di ig juga sih, kebanyakan main di fb. tapi ga tau lah tiba-tiba pengen promo ig aja biar kaya author yang lain wkwkkwkwk.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN FAVORITKAN!!!
ga bisa berkata-kata deh gue.