0o0__0o0
Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.
Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.
***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.
0o0__0o0
Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.
Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.
***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."
Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.
"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.
Cup..!
Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.
"DREXLER, FIRST KISS GUE"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Sasaran Ke dua
...0o0__0o0...
...“Kamu gak marah ?” tanyanya pelan....
...Drexler tersenyum samar. “Marah ?” Ia menggeleng pelan. “Aku cuma marah karena mereka bikin kamu terluka, Sweetie.”...
...Tangannya turun, menggenggam tangan Lyra erat....
...“Selama aku ada di sini,” ucapnya dengan suara rendah yang nyaris seperti sumpah, “gak akan ada yang bisa nyakitin kamu, tanpa konsekuensi.”...
...Kerumunan masih diam — tapi kali ini bukan karena takut. Melainkan karena pemandangan di depan mereka....
...Dua sosok yang berdiri bersama, satu percikan api dan satu dalam perlindungan, menyatu dalam aura yang tak bisa di sentuh siapa pun....
...Drexler menatap sekeliling....
...“Kalau ada yang masih berani nyebar video ini…” suaranya datar, “kalian bakal tahu gimana rasanya hancur hanya dengan satu klik.”...
...Tak ada yang berani menjawab....
...Mereka semua tau ucapan Drexler bukan hanya sekedar omong kosong. Tapi fakta yang apabila di langgar akan membuat siapapun hancur seketika....
...Drexler menatap Lyra sekali lagi, menahan napas sebelum menarik lembut tangan gadis itu. “Ayo, kita pulang.” ajaknya lembut....
...Lyra menatapnya datar. “Aku mau pulang sendiri, Xler.”...
...Tatapan Drexler mengeras, namun suaranya tetap tenang. “Pulang ke apartemen,” titahnya lembut tapi tegas....
...Lyra mengangkat dagu sedikit. “Tidak. Aku pulang ke mansion. Dan jangan coba-coba mengikuti ku.”...
...Drexler mengembuskan napas pelan, lalu mengangguk singkat. “Ok.”...
...Tanpa berkata lagi, Cowok itu menarik Lyra ke dalam pelukannya....
...Pelukan itu terasa erat—hangat, sekaligus menenangkan....
...Ratusan pasang mata menyaksikan dalam diam, tak seorang pun berani bersuara....
...“Lakukan apa pun yang kamu mau,” bisik Drexler lembut di telinganya. “Aku akan membereskan sisanya, dan pastikan kamu tidak terluka sedikit pun.”...
...Lyra memejamkan mata, membalas pelukan itu erat. Aroma parfum Drexler—mahal dan menenangkan—membungkus pikiran-nya sesaat....
...Drexler mengelus surai rambut gadisnya perlahan sebelum melepaskan pelukan-nya....
...Tatapan-nya menusuk dalam. “Ingat kata-kataku. Paham, Sweetie ?”...
...Lyra tersenyum tipis, mengangguk mantap. “Aku paham, Xler. Xixi,” jawabnya lembut....
...Cup..!...
...Sebuah kecupan singkat mendarat di ujung hidung Drexler sebelum Lyra memutar tubuh dan melangkah pergi....
...Begitu punggung-nya membelakangi Drexler, ekspresinya berubah datar. Tatapan matanya menajam dingin....
...“Tua bangka... dan jalangnya,” gumam Lyra pelan. “Sekarang giliran kalian.” Desis-nya dingin....
...Vika, Mogi, Regal, Giva, dan Drexler menatap punggung Lyra yang perlahan menghilang di balik bayang senja....
...Di belakang mereka, hanya tersisa bisik-bisik ketakutan tentang Lyra, sang ratu yang tak tersentuh, dan Drexler, sang pelindung yang bahkan dunia pun enggan menentang-nya....
...Langit sore berangsur kelabu....
...Lapangan yang tadi riuh kini sunyi, menyisakan hanya tatapan gugup para murid yang masih berdiri di kejauhan....
...0o0__0o0...
...Derap kaki terdengar menggema di seluruh penjuru mansion besar keluarga Valenstein. Puluhan maid dan bodyguard berlarian tergesa-gesa—dari lantai satu hingga lantai tiga membawa aura panik yang menular ke udara....
...“Bos akan segera pulang dari luar kota. Koordinasikan semuanya! Pastikan ketika Nona Lyra tiba, tidak ada kesalahan sekecil apa pun yang bisa memancing amarahnya. Emosinya sedang tidak stabil. Bergerak cepat!”...
...Suara tegas kepala pelayan itu menggema di aula utama, membuat semua orang langsung menunduk dan bekerja tanpa suara....
...Di rumah ini, jika sudah menyangkut Nona Lyra Valenstein, tidak ada ruang untuk kesalahan—sekecil apa pun. Karena Lyra… bukan sekadar gadis kaya manja. Ia adalah badai yang bisa menghancurkan siapa pun yang berani mengusiknya....
...Bahkan orang terdekatnya pun tahu, ketika Lyra marah, tidak ada yang bisa mengendalikan....
...Tiga puluh maid kini berbaris rapi di sepanjang koridor utama menuju pintu masuk. Kepala mereka menunduk dalam-dalam, nyaris menempel ke dada....
...Sementara lima puluh bodyguard berbadan besar berlari ke arah gerbang depan yang jaraknya hampir seratus meter dari mansion....
...Gerbang besi setinggi empat meter itu memang terbuka otomatis—namun gerakannya terlalu lambat. Mereka terpaksa menariknya secara manual sebelum mobil sang nona muda tiba....
...Tepat waktu....
...Dari kejauhan, raungan mesin mobil sport ungu terdengar memecah udara sore. Dalam hitungan detik, kendaraan itu melesat masuk dengan kecepatan tinggi, seolah hendak menembus angin....
...Beberapa bodyguard sampai terjungkal ke belakang, tersapu angin dari laju mobil itu....
...Ceklek....
...Pintu mobil terbuka....
...Dan keluarlah Lyra Valenstein—wajahnya dingin, tapi sorot matanya menyala, memancarkan kemarahan yang bahkan bisa membuat udara terasa menegang. Setiap langkahnya seperti percikan api yang membakar lantai marmer putih di bawah sepatu hak tingginya....
...Ia berjalan melewati barisan para maid yang membungkuk sopan. Tidak ada satu pun yang berani mengangkat kepala, bahkan sekadar mengintip wajahnya....
...Marta, kepala pelayan yang sudah bekerja dua puluh tahun di rumah ini, melangkah pelan ke depan dengan wajah pucat pasi....
...“Ka—kasih saya tongkat baseball,” ucap Lyra datar, nyaris tanpa intonasi....
...Namun justru itulah yang membuat bulu kuduk berdiri....
...Marta menelan ludahnya kasar. “No—Nona Lyra… Le—”...
...Tatapan tajam Lyra—side eye yang bisa membunuh—langsung memotong kalimat itu. Marta reflek berbalik dan berlari secepat mungkin ke ruang penyimpanan....
...Kurang dari satu menit, ia sudah kembali. Tangannya gemetar saat menyerahkan tongkat baseball berwarna hitam ke Lyra....
...Tanpa berkata apa pun, Lyra mengangkat tongkat itu....
...PRANGG!...
...Guci porselen antik berharga ratusan juta pecah berkeping-keping di depan semua orang. Suara hantaman itu memantul ke dinding, memecah kesunyian....
...Tak seorang pun berani bersuara. Nafas mereka tertahan di tenggorokan....
...Dan Lyra… hanya berdiri diam di tengah serpihan guci itu, matanya berkilat penuh bara....
...Badai baru saja dimulai....
...PRANNGG..!...
...Tongkat baseball itu menghantam lemari kaca hingga seluruh isinya hancur berantakan, berserakan di lantai marmer....
...Pecahan kristal berkilat di bawah cahaya chandelier, memantulkan wajah Lyra yang penuh murka....
...“Di mana tua bangka sialan itu ?” desis-nya dingin, suaranya serak menahan amarah. Dada Lyra naik turun cepat, napasnya seperti bara....
...Marta melangkah hati-hati mendekat, kepala menunduk sopan. “Tuan Guntur sedang dalam perjalanan pulang dari luar kota bersama nyon—”...
...Tatapan tajam Lyra langsung memotong ucapannya. Gadis itu tidak pernah mengijinkan Regina di panggil nyonya di dalam kediaman-nya....
...Dan para pekerja yang ada di sana hanya bisa patuh, bahkan Guntur pun tidak melarang. Dan membiarkan apapun yang putrinya mau....
...Marta tersentak, wajahnya pucat. Ia buru-buru memperbaiki ucapan-nya. “Maksud saya, Regina dan Tuan akan tiba dua puluh menit lagi.”...
...Lyra langsung berputar, langkah-nya berat namun mantap menuju garasi. “Ngapain mereka ke sana ?” tanya'nya datar tanpa menoleh....
...Marta berjalan di belakang dengan langkah gemetar. “Mereka mengunjungi kediaman keluarga Regina,” jawabnya pelan....
...Tak..!...
...Lyra berhenti tepat di depan Lamborghini merah yang mengilap. Sekilas bayangan-nya terpantul di bodi mobil itu cantik, tapi penuh bara yang siap meledakkan apapun....
...PYAAAR..!...
...Satu pukulan keras menghantam kaca depan. Suara retakan-nya menggema keras, pecahan-nya berhamburan....
...Lyra menggenggam tongkat baseball lebih erat, matanya berkilat. Menatap lurus ke depan, seakan musuhnya ada di hadapan-nya. Menunggu kehancuran....
...Itu mobil kesayangan Regina — hadiah ulang tahun dua bulan lalu dari Guntur. Kini mobil mewah dan mahal itu terlihat tak bernilai apa-apa di hadapan Lyra....
...“Baru sehari gue pergi, tua bangka itu udah jadi kacung jalang itu,” ujarnya terkekeh pelan, namun suaranya mengiris tajam....
...PRANGG..!...
...Kali ini bemper depan penyok parah. Lyra menatap hasil karyanya dengan puas, lalu menatap para pengawal yang mematung ketakutan....
...“Keluarin mobil sialan ini ke halaman,” titahnya dingin. “Kita sambut pasangan menjijikkan itu... dengan meriah.”...
...Lyra berjalan keluar, langkahnya ringan, seolah baru selesai menari — namun hawa amarah masih membara di sekeliling-nya....
...0o0__0o0...
😌
dexler udh dateng tuh matilah kau bagas 😂😂