0o0__0o0
Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.
Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.
***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.
0o0__0o0
Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.
Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.
***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."
Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.
"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.
Cup..!
Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.
"DREXLER, FIRST KISS GUE"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Sweet Morning
...0o0__0o0...
...Studio itu masih berkilau seolah baru di buka untuk dunia dan dunia pertama yang masuk ke dalam-nya adalah Lyra, gadis cegil dengan baju tidur BTS kebesaran, mata berbinar, dan hati yang meledak-ledak bahagia....
...Namun begitu Drexler menutup pintu, Lyra berdiri di tengah studio. Tenang. Menghirup udara dalam-dalam....
...“Aku bisa latihan… di studio baru ku sendiri…” gumam-nya, suaranya bahkan terdengar lembut karena terharu....
...Drexler menyilangkan tangan, bersandar di dinding. "Kalau kamu mau... Bisa latihan sekarang, Sweetie.”...
...Lyra menatap Drexler sebentar. “Kamu mau nonton ? Sekarang ? Dalam kondisi aku masih pakai baju tidur begini ? Dan masih awut-awutan."...
...Tatapan Drexler turun sebentar pada penampilan Lyra, tepat ke wajah Jungkook yang tercetak besar. Meskipun baru bangun tidur kadar kecantikan gadisnya tidak berkurang, justru nampak lucu dan meng-gemaskan....
...“Tidak masalah, Dimata ku, kamu tetap cantik dalam kondisi apapun. Dan aku sudah biasa melihat kamu dalam keadaan… cegil.”...
...“Drexler...!!!”...
...Lyra melempar tatapan kesal tapi tersipu, lalu mengembung kan pipinya. Namun ia tetap berdiri di posisi tengah studio. Ia merapikan sedikit rambutnya, menarik napas… dan mulai....
...Gerakan pemanasan dulu—tangan terangkat, badan memanjang, ujung kaki menunjuk lantai. Studio besar itu seperti memeluknya; cermin-cermin memantulkan bentuk tubuhnya dengan indah....
...Drexler memperhatikan setiap detailnya....
...Mata tajamnya mengikuti garis tangan Lyra, lengkungan punggung-nya, hingga langkah-langkah kecil yang gadisnya lakukan....
...“Jangan terlalu tegang di bahu,” ujar Drexler pelan namun tegas....
...Lyra spontan melirik lewat cermin. “Kamu bisa liat dari jauh gitu ? Kamu sniper apa pacar ?”...
...“Pacar. Yang memperhatikan setiap detail kamu,” jawab Drexler lembut, membuat Lyra langsung merona....
...Lyra melanjutkan pemanasan. Tapi setelah beberapa menit, ia mengerang kecil....
...“Aduh…”...
...Drexler spontan mendekat. “Nyeri ?” tanyanya khawatir....
...“Kakiku kaku. Mungkin terlalu excited tadi…” Lyra meringis kecil sambil memegangi paha belakang-nya....
...Tanpa bicara panjang, Drexler berjalan semakin dekat. Suaranya rendah. “Duduk, Sweetie.”...
...Lyra langsung duduk di lantai marmer bersih itu, menatap Drexler dengan mata sedikit waspada—dan banyak salting brutal....
...Andai Lyra tidak perlu menjaga image, gadis itu pasti sudah guling-guling salto di lantai. Saking bahagianya....
...Drexler berlutut di depan-nya. Tangan-nya menyentuh pergelangan kaki Lyra, memposisikan kakinya lurus ke depan....
...“Bersandar ke depan pelan. Aku bantu.”...
...Lyra mencoba membungkuk. “Gini ?”...
...“Kurang. Tarik napas.” Tangan-nya bergerak ke punggung Lyra, mendorong sangat pelan tapi pasti. “Tahan.”...
...Lyra menggigit bibir. “A-aku… bisa kok—”...
...“Kamu selalu memaksakan diri.” Drexler mengusap sedikit punggung Lyra agar rileks. “Lemaskan ototnya.”...
...“Kalau kamu begini caranya… susah rileks, sayang…” gumam Lyra malu-malu....
...Drexler mengangkat satu alis. “Fokus, Lyra.” Tegurnya tegas. Namun masih terdengar lembut....
...“Oke… oke… fokus." Lyra terkekeh geli. Tapi jantung ku jedag-jedug, sayang.”...
...Drexler tersenyum tipis, sambil geleng-geleng kepala pelan. Lyra sungguh mampu membuatnya tersenyum walau hanya lewat kata-kata....
...Lyra mencoba merilekskan bahunya. Drexler kembali membantu mendorong perlahan hingga Lyra menyentuh ujung jarinya ke kaki sendiri....
...“Bagus,” ujar Drexler, suaranya rendah dan memuji....
...Lyra mendongak sedikit, memandang-nya dari bawah. “…Kamu kayak pelatih pribadi aku, sayang.”...
...Drexler menjawab tanpa berkedip. “Aku memang berniat melatih kamu. Dalam banyak hal, Sweetie.”...
...Lyra langsung menutup wajah dengan tangan. “Xler!! Jangan gitu!!”...
...Drexler tersenyum kecil—langka dan hanya untuk Lyra. Tangan-nya mengacak gemas rambut kekasih cegil-nya. Yang selalu bisa membuatnya tak berdaya....
...Setelah stretching selesai, Lyra berdiri lagi. “Aku mau coba beberapa pirouette.”...
...“Ok. Tapi jangan terlalu cepat dulu.” kata Drexler lembut. Namun tegas....
...Lyra mengambil posisi....
...Putaran pertama… halus....
...Putaran kedua… stabil....
...Putaran ketiga… sempurna hingga rambutnya berkibar. Dan kecantikan Lyra terlihat jelas, bersinar, anggun, mempesona membuat dunia seakan bergerak lambat....
...Drexler terpaku, bertepuk pelan. “Good, Sweetie.” ia terus mengamati Lyra tanpa berkedip. "Aku yakin kamu pasti bersinar nantinya."...
...Lyra memancarkan kebanggaan dan kebahagiaan. “Selama ini Aku latihan keras, tahu!”...
...“Aku tahu.” Drexler mendekat, menyatukan lembut rambut Lyra. Lalu mengikat pakai karet gelang yang ada di tangan-nya. “Karena itu aku siapkan tempat ini. Kamu pasti akan menang kompetisi apa pun yang kamu mau.”...
...Lyra menatap Drexler… lama. “Xixi sayang…” gumam-nya. “Untuk semua hal yang kamu lakukan dan kasih ke aku.” sambung'nya tulus, matanya berkaca-kaca....
...Drexler menyentuh pipinya. “Aku lakukan karena kamu berharga untuk ku. Dan kamu pantes dapatin yang terbaik.” Jawab'nya lembut....
...Lyra langsung memeluk Drexler—erat, penuh emosi, penuh cinta, penuh cegil....
...Studio balet ungu itu menjadi saksi momen paling tulus pagi itu....
...0o0__0o0...
...Setelah latihan pagi yang bikin Lyra makin semangat hidup, Drexler menuntun-nya keluar studio....
...Lyra masih memegang lengan cowoknya, lumayan dingin dan mereka masih belum mandi—tapi semangat-nya tetep 200%....
...“Kita sarapan dulu,” kata Drexler singkat....
...Lyra langsung berbinar. “Aaa! YES! Aku lapar banget! Kayak dinosaurus kelaparan!”...
...“Memang selalu begitu setiap habis latihan,” komentar Drexler datar. Namun nadanya tetap lembut....
...Lyra mencebik. “Ih. Kamu tuh ngomong-nya datar, tapi fakta menyakitkan…”...
...Mereka masuk ke area dining apartemen penthouse itu....
...Begitu Lyra melihat meja makan, dia langsung membelalakkan mata. Karena di sana sudah tersusun sarapan super lengkap ala hotel bintang tujuh, semuanya jelas kerja tangan chef pribadi Drexler yang luar biasa teliti....
...Ada: Omelette fluffy berlapis truffle tipis, Salmon panggang dengan lemon butter ringan, Salad segar dengan dressing rendah kalori, Roti sourdough hangat, Greek yogurt dengan madu premium, Buah-buahan segar dipotong rapi, Dan teh chamomile hangat untuk menenangkan otot....
...Lyra terpaku. Ia menatap meja. Lalu Drexler. Lalu meja lagi....
...“Ini sarapan… atau pesta kerajaan ?” bisiknya pelan....
...“Ini biasa, Sweetie,” jawab Drexler tenang. “Kamu butuh nutrisi setelah latihan. Protein. Karbohidrat. Vitamin.”...
...Lyra mendekat ke meja sambil mendecap. “Chef kamu… gila sih. Perfeksionis banget.”...
...“Wajib,” jawab Drexler sambil menarik kursi untuk Lyra. “Tapi bukan dia yang perfeksionis. Aku yang minta detail-nya.” Nadanya cemburu....
...Drexler tidak suka jika Lyra memuji cowok lain. Dalam hal apapun itu. Rasanya hatinya langsung terbakar. Menjalar sampai ke ubun-ubun....
...Lyra langsung duduk, menatap Drexler tak percaya....
...“Kamu… nyiapin semua ini… buat aku ?”...
...“Untuk kita,” ralat Drexler, tapi tatapan-nya jelas menjatuhkan fokus ke Lyra. “Tapi terutama untuk cegil kesayangan aku.”...
...Lyra memegangi pipinya. Mesem-mesem brutal. “Kenapa kamu sweet banget pagi ini ?! Kenapa sih ?! Mau bikin aku meleleh kayak salmon ini ?!”...
...Drexler menuangkan teh chamomile ke cangkir Lyra, gerakan-nya pelan dan hati-hati....
...“Aku hanya melakukan yang memang harus ku lakukan.” Ia menatap Lyra dalam. “Kamu pacarku. Kamu balerina berbakat. Tugas aku memastikan kamu sehat.”...
...“Tugas ?” Lyra menyipit. “Ini lebih dari tugas, Sayang. Ini kayak suami siaga.”...
...Drexler diam sesaat… lalu mengulurkan tangan, mengusap pipi Lyra lembut. “Kalau kamu mau menyebutnya begitu, aku tidak keberatan.”...
...Lyra langsung pipi merah sampai telinga....
...Lalu—...
...Growl....
...Perut Lyra bunyi keras....
...Lyra buru-buru menutup wajah. “T-tidak usah komen! Itu suara panggilan normal!”...
...Drexler duduk di kursi seberang, menahan tawa kecil. “Silakan makan, nona cegil.”...
...Lyra terkekeh mengambil garpu dengan mata berbinar. Omelette pertama masuk ke mulutnya—ia langsung mendesah puas....
...“INI ENAAAK! Kok bisa seenak ini ?! Chef kamu pasti malaikat.”...
...Drexler memotong salmonnya. “Ck, dia hanya pekerjaan berkualitas, sweetie. Jangan over memuji karena aku tidak suka” katanya datar. Wajahnya masam....
..."Dih, cemburu kog sama aki-aki." Cibir Lyra terkekeh geli. "Minimal modelan jungkok BTS, Sayang." Godanya jail....
...Drexler melirik sinis, wajahnya makin masam. Karena saingannya bertambah satu. Bias-nya yang sudah mirip pacar sejati. Bahkan mengalahkan pacar asli....
...Lyra makan penuh semangat, sesekali melirik Drexler. Yang terlihat lucu saat lagi cemburu....
...Namun Cowok itu makan rapi, tenang, estetis banget—kontras dengan Lyra yang makan seperti anak kecil excited....
...Setelah beberapa menit, Lyra menatap Drexler sambil mengayun-ayunkan kaki....
...“Xler ?”...
...“Hm ?”...
...“Pagi ini sempurna banget. Studio, latihan, kamu… sarapan…” Ia menunduk, senyum kecil muncul. “Aku sayang kamu... Always.”...
...Drexler berhenti sejenak. Matanya melembut—pelan, dalam, hangat. “Aku tahu,” jawabnya. Lalu ia meraih tangan Lyra di atas meja. “Aku juga sayang kamu, Sweetie.”...
...Lyra hampir ngakak melihat perubahan ekspresi Drexler saking bahagianya....
..."Udah gak cemburu lagi, Hem ?" Godanya. Terkekeh geli. Jari tangan-nya meng-genggam erat tangan Drexler....
...Drexler hampir tertawa lebar, namun ia menahan. Tetap stay cool. "Kata siapa ?" ucapnya datar. "Aku masih sangat....sangat cemburu, meskipun tidak sampai buta."...
...Lyra menyemburkan tawanya lepas, menarik cepat tangan-nya. Mengacak gemas rambut Drexler....
...Cup..!...
...Satu kecupan mendarat di bibir Drexler....
...Lyra mempertipis jarak, menatap mata tajam Drexler dalam-dalam. "Nanti aku kasih hadiah, yang bisa bikin kamu klepek-klepek." Bisik-nya lembut....
...0o0__0o0...
pantas aja lyra segitu bencinya sm papa dn juga istrinya itu 😏