Bram, playboy kelas kakap dari Bekasi, hidupnya hanya tentang pesta dan menaklukkan wanita. Sampai suatu malam, mimpi aneh mengubah segalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang wanita! Sialnya, ia harus belajar semua hal tentang menjadi wanita, sambil mencari cara untuk kembali ke wujud semula. Kekacauan, kebingungan, dan pelajaran berharga menanti Bram dalam petualangan paling gilanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenal 1992, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Api cemburu clara
Sinta (Bram) menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri setelah interaksi singkat namun intens dengan Clara. Aroma parfum mahal Clara masih tercium samar di udara, mengingatkannya pada medan perang baru yang harus ia hadapi. "Oke, Bram, fokus. Ini hanya pekerjaan," bisiknya pada diri sendiri, seraya membuka surel di komputernya.
Tiba-tiba, sebuah pesan instan muncul di layar. Dari nomor yang tidak dikenal.
"Hati-hati dengan Clara. Dia bisa lebih berbahaya dari yang kau kira."
Sinta (Bram) mengerutkan kening. Siapa ini? Ia mencoba membalas pesan itu, tetapi tidak ada respons. Perasaan aneh mulai menyelimutinya. Apakah ini bagian dari drama kantor yang lebih besar? Atau ada seseorang yang benar-benar peduli padanya?
Pekerjaan menumpuk dengan cepat. Sinta (Bram) berusaha fokus pada laporan, presentasi, dan berbagai tugas yang diberikan oleh Rian. Sesekali, ia merasakan tatapan Rian dari balik dinding kaca ruangannya. Ia mencoba mengabaikannya, tetapi sulit untuk tidak merasa risih.
Saat jam makan siang tiba, Sinta (Bram) memutuskan untuk makan di kantin kantor. Ia berharap bisa sedikit menjauh dari atmosfer tegang di divisinya. Namun, takdir sepertinya punya rencana lain.
Saat ia mengantre makanan, ia merasakan seseorang menepuk pundaknya. Ia menoleh dan melihat seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah.
"Kamu Sinta, kan? Karyawan baru itu?" tanya wanita itu.
"Iya, Bu. Saya Sinta," jawab Sinta (Bram) sopan.
"Panggil saja Bu Ratna. Saya sudah lama bekerja di sini. Saya lihat kamu langsung akrab dengan Pak Rian," kata Bu Ratna, matanya berbinar. "Pak Rian itu memang baik pada semua karyawan. Tapi, kamu harus hati-hati dengan Clara. Dia itu..."
Bu Ratna menggantung kalimatnya, lalu berbisik, "Dia itu punya ambisi besar. Dan dia tidak segan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya."
Sinta (Bram) terkejut. Apakah ini semacam konspirasi? Mengapa semua orang memperingatkannya tentang Clara?
Sinta (Bram) mengangguk, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Bu Ratna tersenyum lagi, lalu pamit untuk mengambil makanannya. Sinta (Bram) merasa semakin bingung dan cemas. Ia mengambil makanannya dan mencari tempat duduk yang agak sepi.
Baru saja ia menyuapkan nasi ke mulutnya, seseorang menghampirinya. "Sinta, boleh saya bergabung?"
Sinta (Bram) mendongak dan melihat Rian berdiri di samping mejanya dengan senyum menawan. "Oh, Pak Rian. Silakan," jawab Sinta (Bram) sedikit gugup.
Rian duduk di hadapannya dan mulai mengambil makanannya. "Kamu terlihat menikmati makan siangmu," kata Rian, mencoba membuka percakapan.
"Lumayan, Pak. Sedikit menghilangkan penat," jawab Sinta (Bram) sambil tersenyum tipis.
Mereka berdua makan dalam diam beberapa saat. Sinta (Bram) merasa diperhatikan oleh Rian, yang sesekali meliriknya. Ia mencoba untuk tetap tenang dan fokus pada makanannya.
Tanpa mereka sadari, dari kejauhan, Clara memperhatikan mereka berdua. Wajahnya terlihat tegang dan matanya menyiratkan amarah. Ia mengepalkan tangannya erat-erat.
Clara memang sudah lama menaruh hati pada Rian. Ia selalu berusaha untuk dekat dengan Rian dan menunjukkan perhatiannya. Namun, Rian sepertinya tidak mencintai Clara.
Sejak Sinta (Bram) datang, Clara merasa posisinya terancam. Ia melihat bagaimana Rian memberikan perhatian lebih pada Sinta (Bram), dan itu membuatnya sangat cemburu.
"Awas saja kamu, Sinta," gumam Clara dalam hati. "Aku tidak akan membiarkanmu merebut Rian dariku."
Clara berbalik dan pergi dari kantin dengan langkah cepat. Ia harus menyusun rencana untuk menyingkirkan Sinta (Bram) dari hadapannya.