NovelToon NovelToon
DI BAWAH LANGIT YANG SAMA

DI BAWAH LANGIT YANG SAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Raja Tentara/Dewa Perang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Isekai / Epik Petualangan
Popularitas:276
Nilai: 5
Nama Author: Wisnu ichwan

"Di Bawah Langit yang Sama" adalah kisah tentang dua jiwa yang berbagi ruang dan waktu, namun terpisah oleh keberanian untuk berbicara. Novel ini merangkai benang-benang takdir antara Elara yang skeptis namun romantis, dengan pengagum rahasianya yang misterius dan puitis. Saat Elara mulai mencari tahu identitas "Seseorang" melalui petunjuk-petunjuk tersembunyi, ia tak hanya menemukan rahasia yang menggetarkan hati, tetapi juga menemukan kembali gairah dan tujuan hidupnya yang sempat hilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu ichwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arus dan Sinyal Dingin

​I. Gerbang Bawah Tanah

​Bau di Terowongan Pembuangan Darurat D-4 adalah perpaduan antara lumpur tua, logam teroksidasi, dan aroma busuk kimia yang mengiris tenggorokan. Udara terasa berat, basah, dan dingin, menawarkan sedikit kelegaan dari hujan badai di atas, tetapi menciptakan rasa terkurung yang lebih dalam.

​Pintu masuknya nyaris tidak terlihat—sebuah lubang beton retak yang ditutupi oleh jaring kawat dan puing-puing, terletak di antara dua tumpukan kontainer yang miring. Nyx menggunakan pisau tempurnya untuk memotong jaring kawat tebal itu, gerakan yang sunyi namun efisien.

​“Cipher, kau duluan,” bisik Annelise, menahan rasa mual dari bau yang menyengat. “Nyx di tengah. Aku di belakang.”

​Cipher, yang kini mengenakan selimut termal seperti jubah perak di bawah jaketnya, mengangguk dengan tekad baru. Dinginnya air pelabuhan telah melucuti kepanikan darinya, menggantinya dengan fokus yang tajam. Dia merangkak masuk ke dalam lubang itu.

​Annelise mengikuti, karbinnya dipegang erat di dada. Ketika ia akhirnya berdiri di dalam terowongan, ia menyalakan lampu kepala kecilnya. Cahaya redup itu menampakkan sebuah lorong beton yang menurun curam, di tengahnya mengalir sungai kecil air limbah berwarna coklat gelap yang bergerak dengan cepat. Dinding-dindingnya ditutupi oleh lumut biologis yang tampak aneh dan bercahaya samar di beberapa tempat—sebuah ekosistem distopia yang menjijikkan.

​“Athena, jelaskan sinyal yang tidak biasa itu,” perintah Annelise, menjaga suaranya tetap rendah. Comms mereka bekerja lebih baik di bawah beton tebal ini, terlindung dari gangguan ionik di permukaan.

​“Sinyal itu bersifat elektromagnetik, Komandan. Pola gelombang yang sangat stabil… terlalu stabil untuk sirkuit yang rusak atau interferensi alam. Rasanya seperti… komunikasi yang dienkripsi secara berulang-ulang, tertanam dalam frekuensi lingkungan.” Suara Athena tenang, tetapi ada nada kehati-hatian yang jarang terdengar.

​“Dari mana sumbernya?” tanya Nyx, matanya menyapu kegelapan di depan.

​“Sulit dipastikan. Sinyal itu datang dari seluruh struktur ini. Seolah-olah, Komandan, dinding terowongan itu sendiri yang mentransmisikannya.”

​Annelise menghela napas. Dharma tidak mungkin meninggalkan infrastruktur seperti ini tanpa tujuan. Terowongan ini mungkin bukan hanya saluran pembuangan, tetapi juga sistem komunikasi atau pengawasan bawah tanah.

​“Tetap waspada. Kita bergerak. Nyx, jangan sentuh dinding. Jangan sentuh apapun yang berlumut,” Annelise memperingatkan.

​Mereka mulai berjalan, berjingkat di tepian beton yang sempit, menjaga agar sepatu bot mereka tidak terendam terlalu dalam di air limbah yang mengalir deras.

​II. Arsitektur Tak Terlihat

​Mereka berjalan selama sepuluh menit, dan keheningan di bawah tanah terasa lebih memekakkan daripada hiruk pikuk di atas. Satu-satunya suara adalah gemercik air dan napas berat mereka.

​Tiba-tiba, Cipher berhenti.

​“Annelise,” bisiknya, menunjuk ke dinding. “Lihat. Ada pola.”

​Annelise mendekat. Di bawah lapisan lumut dan kotoran, ada garis-garis halus yang terukir di beton. Garis-garis itu terlalu rapi untuk sekadar retakan atau bekas air. Mereka adalah sirkit cetak. Rangkaian kabel optik ultra-tipis yang tertanam langsung di dalam struktur beton, memancarkan cahaya redup di balik kotoran.

​“Sialan,” gumam Nyx. “Athena benar. Seluruh terowongan ini adalah comms repeater atau sensor raksasa.”

​“Lebih dari itu,” kata Annelise, menyentuh permukaannya dengan punggung jari yang bersarung tangan. “Ini bukan hanya sensor. Ini adalah tulang punggung jaringan kota. Struktur baja dan beton ini dicampur dengan nanomaterial yang dapat menghantarkan data. Ini adalah cara Dharma memastikan mereka selalu dapat melihat dan mendengar di mana pun.”

​Cipher berlutut, wajahnya dipenuhi rasa ingin tahu ilmiah. “Maka sinyal yang didengar Athena bukan komunikasi musuh. Itu adalah saluran data utama dari Dharma, Komandan. Mereka mungkin mentransmisikan data Null-Strain secara real-time melalui jalur ini.”

​“Dan kita berjalan tepat di atas kabel tulang punggung mereka,” Nyx menyelesaikan kalimat itu, mencengkeram karbinnya lebih kuat. “Jika kita memotongnya, kita akan merusak jaringan mereka. Tetapi kita juga akan memberi tahu mereka lokasi kita secara instan.”

​Annelise menarik napas dalam-dalam. Tekanan untuk mengambil keputusan terasa sangat dingin. Memutus jaringan adalah tindakan revolusioner, tetapi hal itu akan memicu alarm yang tak terhindarkan.

​“Athena, cari simpangan terowongan atau junction box yang terdekat,” Annelise memerintahkan. “Kita tidak akan memotong jaringan ini. Kita akan memasukkan data ke dalamnya.”

​“Komandan? Rencana yang berisiko tinggi,” jawab Athena.

​“Kita punya Cipher. Dia tidak hanya tahu bagaimana menulis manifesto. Dia tahu bagaimana meretas jaringan. Cipher, bisakah kau membuat feedback loop atau viral encryption yang cukup untuk mengganggu sistem selama satu jam, tanpa memicu peringatan darurat?”

​Cipher tersenyum tipis. Untuk pertama kalinya, rasa dingin di wajahnya digantikan oleh percikan gairah. “Aku hanya butuh port data. Dan… waktu dua menit.”

​III. Interseksi

​Sekitar lima puluh meter di depan, lorong itu melebar ke sebuah interseksi bawah tanah. Tiga terowongan berkumpul di sebuah platform beton besar di atas air. Di dinding, sebuah kotak junction logam berkarat terpasang, sebesar tubuh manusia, dengan kabel-kabel tebal keluar dari segelnya.

​Itu adalah target mereka.

​“Nyx, posisi,” Annelise berbisik. “Awasi tiga terowongan itu. Aku dan Cipher bergerak ke junction box.”

​Mereka bergerak hati-hati. Nyx mengambil posisi di belakang sebuah pilar beton yang retak, karbinnya terangkat, matanya menyaring kegelapan.

​Annelise dan Cipher mencapai kotak junction itu. Annelise menarik pisau tempurnya dan mulai menyungkil penutup logam yang disegel. Kotoran tebal menghalangi gerakannya.

​Tiba-tiba, Nyx menggeram. “Pergerakan! Dua belas jam!”

​Di terowongan yang mengarah ke timur, dua pasang mata merah mulai bersinar. Null-Strain Kognitif. Mereka tidak meluncur, mereka berenang. Mereka berdiri di air limbah setinggi lutut, bergerak perlahan dengan senjata yang dipegang tinggi di atas permukaan air.

​“Mereka mengincar sinyal yang kita ciptakan dari C-4,” bisik Annelise, menjepit penutup logam itu terbuka dengan paksa. Alarm yang lemah berbunyi dari junction box—mereka hanya punya detik.

​Cipher segera mendekat, matanya memindai susunan kabel yang berantakan di dalamnya. “Aku butuh kabel optic-fiber utama. Yang merah!”

​“Ambil!” Annelise mendorongnya, kemudian ia berbalik, menodongkan karbinnya. Dia tidak bisa menembak. Suara tembakan akan memanggil musuh lain.

​“Nyx, tarik perhatian mereka! Gunakan sesuatu yang sunyi!”

​Nyx mengangguk. Dia mengeluarkan dua granat flash-bang yang dimodifikasi. Dia tidak menarik pin. Sebaliknya, dia melemparkan granat itu ke dalam air limbah, satu di depan Null-Strain itu, dan satu lagi di depan lorong kosong di sebelah kiri.

​Ketika granat itu menghantam air, tidak ada ledakan. Hanya gelembung gas fosfor yang sangat berbau yang segera naik, menciptakan kabut tebal di atas permukaan air.

​Null-Strain yang cerdas itu segera menyadari jebakan visual. Mereka tidak panik, tetapi mereka terganggu. Mereka berhenti bergerak, menggunakan hidung dan sensor panas mereka.

​Itu adalah jendela yang Nyx ciptakan.

​Cipher mencolokkan alat suntik data ultra-tipisnya ke kabel optik merah. Wajahnya berkeringat, napasnya tertahan.

​“Data dimasukkan, Komandan! Feedback loop sedang menyebar. Perkiraan… tiga puluh detik hingga aktivasi penuh!” Cipher berteriak.

​Annelise melihat ke arah Null-Strain. Salah satu dari mereka, yang lebih besar dan tampak seperti pemimpin, kini berjalan lurus menuju pilar tempat Nyx bersembunyi. Tidak peduli dengan bau atau kabut. Dia tahu itu adalah gangguan.

​“Nyx, dia tahu kau di sana!” Annelise berteriak.

​Nyx tidak menjawab. Dia menunggu. Ketika Null-Strain itu hanya berjarak satu meter, Nyx melompat keluar, bukan dengan senjata, tetapi dengan sepotong besi tulangan panjang yang ia tarik dari pilar. Itu adalah pertarungan jarak pendek dan bisu. Ssstt! Besi itu menembus Null-Strain, tidak mempedulikan pelindung tipisnya, merobek sirkit sarafnya.

​Null-Strain yang kedua berbalik, melihat rekannya jatuh. Dia mengangkat senjatanya.

​Tepat saat itu, kotak junction di belakang Annelise mulai mengeluarkan suara mendesis yang keras. Lampu darurat di dalam kotak itu berkedip-kedip tak menentu.

​“SEMPURNA!” teriak Cipher. “Loop aktif! Jaringan down selama minimum satu jam!”

​Annelise menembak. Satu tembakan teredam. Null-Strain yang kedua roboh ke dalam air limbah.

​“Kita harus pergi! Sekarang!” perintah Annelise.

​Mereka berlari menyusuri terowongan selatan yang tersisa. Di belakang mereka, suara mendesis dari junction box berubah menjadi ledakan kecil yang tertahan, dan semua lampu di interseksi itu mati.

​Mereka kembali ke dalam kegelapan total, hanya diterangi oleh lampu kepala kecil mereka. Mereka tahu, meski jaringan Dharma lumpuh di sektor ini, mereka telah meninggalkan jejak panas yang besar. Null-Strain kognitif mungkin sudah mati, tetapi Dharma pasti sudah menerima laporan terakhir.

​Mereka berlari menembus kegelapan dan air yang deras, menuju perut kota yang tidak dikenal. Revolusi Kimia baru saja memenangkan pertempuran kecil pertamanya di bawah tanah, tetapi perang besar baru saja dimulai.

1
Johana Guarneros
Aku suka banget sama cerita ini, jangan berhenti menulis author!
marmota_FEBB
Mantap nih!
Wisnu ichwan: tengkyuuu 🙌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!