Menikahi Pria terpopuler dan Pewaris DW Entertainment adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah terjadi di hidupnya. Hanya karena sebuah pertolongan yang memang hampir merenggut nyawanya yang tak berharga ini.
Namun kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka, sehingga seminggu setelah pernikahannya, Annalia Selvana di ceraikan oleh Suaminya yang ia sangat cintai, Lucian Elscant Dewata. Bukan hanya di benci Lucian, ia bahkan di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap kekasih masa lalunya oleh keluarga Dewata yang membenci dirinya.
Ia pikir penderitaannya sudah cukup sampai disitu, namun takdir berkata lain. Saat dirinya berada diambang keputusasaan, sebuah janin hadir di dalam perutnya.
Cedric Luciano, Putranya dari lelaki yang ia cintai sekaligus lelaki yang menorehkan luka yang mendalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quenni Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31 - Kekecewaan Adnan
Kejadian itu terus membuat Cedric merasa khawatir. Apa lagi ia juga baru mendengar bahwa Papanya telah berada di Kota mereka tepatnya di Desa Kembang.
'Bunda pasti khawatir karena Papa... Apa yang harus aku lakukan?' batin Cedric, bingung.
Cedric merasa takut. Jika hanya mendengar berita tentang Lucian saja, reaksi Bundanya begitu. Bagaimana jika mereka sampai bertemu? Apakah Bundanya akan pingsan atau justru sedih?
"Ceddy... Sedang apa, Nak?" tanya Anna, ia berjalan dengan kaki yang pincang-pincang. Ia bertekad, akan mengutarakan keinginannya pada Cedric. Walaupun ia nantinya akan bingung, harus menjawab apa jika Putranya menanyakan alasannya.
Cedric menoleh. "Tidak apa-apa, Bunda... " Ia hanya bisa memendamnya, tanpa berani mengutarakannya. 'Aku harus cari cara secepatnya...'
Anna terdiam lama, memandangi wajah Putranya. Sekiranya terlihat pas, ia akan langsung mengatakannya.
"Nak..." Cedric menoleh.
'Ini pasti berhubungan dengan Papa. Jika tidak, Bunda tidak akan seragu ini...' batin Cedric menebak.
"Katakan saja, Bunda. Ceddy akan dengarkan," jelas Cedric, karena melihat Anna yang terus ragu.
Anna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dengan senyum canggung. "B-begini, sayang... Bunda pikir, i-ini sudah saatnya kita pindah ke tempat kelahiran Bunda. Di Ibukota, bagaimana?" tanya Anna dengan terbata-bata. Takut jika Putranya menolak.
Cedric diam. Membuat Anna semakin gelisah. Putranya itu hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun. "Kenapa Ceddy? Jika kamu tidak mau, Bunda enggak apa-apa. Bunda akan ikuti kemauanmu," jelas Anna, berusaha tegar. Namun, tetap saja ia berharap bisa melarikan diri sejenak dari Lucian.
Cedric menggeleng pelan. "Baiklah. Ayo kita ke Ibukota!" Pernyataan Cedric sontak membuat Anna berbinar, dengan raut bahagia.
"Terimakasih, sayang. Bunda janji, disana kita akan hidup lebih baik. Dan, disana kita tidak akan bertemu dengan orang-orang yang akan terus-menerus menghina kita," jelas Anna dengan bahagia.
Rasanya bebannya yang begitu berat, baru saja terangkat hanya dengan beberapa kata dari Putranya.
'Jika itu membuat Bunda bahagia. Aku akan melakukan apapun,' batin Cedric bertekad.
...****************...
Hari ini, Anna dan Cedric tengah mengurus pengeluaran Cedric dari sekolahnya. Dan, surat pemindahan sekolah. Bu Guru Mita bingung, mengapa Cedric tiba-tiba harus pindah ke Kota.
Ia merasa sangat sedih, karena ia sangat menyukai Cedric yang tenang dan pintar. Namun, ia juga merasa bahagia. Dengan berada di sekolah Ibukota, kemampuan Cedric akan lebih mudah di asah dan diketahui.
"Kamu rajin-rajin sekolahnya disana, ya. Terus jadi anak yang membanggakan Bundanya," ujar Bu Guru, tersenyum lembut. Cedric hanya mengangguk menyetujui ucapan Bu Gurunya.
Anna terharu. Akhirnya ada seseorang yang benar-benar menganggap keberadaan mereka.
"Terima kasih, Bu Guru. Doakan saja, semoga Cedric bisa terus menjadi anak yang baik, pintar dan membanggakan," jelas Anna.
Setelah menyelesaikan surat pemindahan Cedric. Mereka kembali, dan bersiap-siap untuk berkemas. Namun, di jalan ia bertemu dengan Adnan yang akan pulang kerumah, setelah sip malamnya.
"Anna... Ceddy? Kalian darimana? Kok si bocah enggak sekolah?" tanya Adnan dengan heran.
Anna terdiam, ia lupa memberitahu Adnan. Padahal hanya Adnanlah yang selalu bersikap baik padanya dan Cedric. "Kami akan pindah ke Ibu kota, Nan. Maaf baru memberitahumu sekarang," jelas Anna, merasa bersalah.
Deg!
Jantung Adnan seolah berhenti berdetak. Baru saja ia merasa akan ada kesempatan untuknya mendekati Anna. Sekarang ia harus tertampar oleh kenyataan bahwa gadis yang di cintainya itu akan pergi jauh darinya.
Tampak jelas raut wajah kekecewaan di wajahnya. Anna maupun Adnan tak ada yang berucap sepatah katapun. Mencoba memberi ruang untuk mencerna keadaan masing-masing.
"Kenapa?" tanya Adnan, sendu. "Kenapa kalian harus pindah?" tanyanya lagi.
Cedric mendongak, ia yang tadinya tak mau ikut campur. Ikut merasa sedih. Ia tahu bahwa lelaki itu telah lama menyimpan rasa pada Bundanya. Namun, hati Bundanya telah tertutup untuk siapapun, kecuali Lucian. Walau perasaan cintanya, di tutupi oleh rasa kecewa dan amarah.
"Kami harus kembali ke Ibukota, Nan. Jika tidak... Jika tidak... Ak-Aku akan kehilangan Cedric. Hiks..." Anna mengungkapkan perasaannya tanpa sengaja. Karena ia merasa sangat bersalah pada Pria itu.
Ia menganggap Adnan, sebagai temannya. Yang selalu ada membantu mereka. Namun, ia tak bisa terus menganggap Adnan sebagai teman, sejak lelaki itu menyatakan cintanya.
"Apa maksudmu, Anna? Kehilangan Cedric, bagaimana? Apa karena lelaki yang kita temui di taman bermain?" tanya Adnan, tak habis pikir.
Anna menggeleng. "Malah dialah yang akan mengantarku kembali ke Ibukota. Dia teman lamaku," jelas Anna, sontak membuat Adnan kecewa.
'Lelaki itu jelas memiliki perasaan padamu, Na... Kenapa harus bersamanya? Apakah karena dia kaya sedangkan aku tidak?' batin Adnan, kecewa.
"Terserahlah..." Adnan pergi menjauh, tanpa menoleh sedikitpun. Ia merasa kecewa. Ia marah namun ia tak memiliki hak untuk itu.
"Adnan!" Anna hanya bisa menatap kepergian lelaki itu.
"Bunda... Sudahlah, Om Adnan butuh waktu untuk berpikir. Sebelum pergi nanti kita temui dia lagi," jelas Cedric, mencoba menenangkan Anna.
"Baiklah."
Anna dan Cedric terus melangkah, dengan hening. Keduanya sama-sama menikmati keheningan, mencoba mengingat jejak-jejak keberadaan mereka disini, sebelum pergi.
Sengaja keduanya memutuskan untuk berjalan kaki.
Ckit!
Anna dan Cedric sontak kaget, melihat sebuah mobil mewah yang berhenti mendadak di samping mereka.
'Mobil ini? Jangan-jangan...' Cedric terdiam.
"Siapa sih, bawa mobil seenaknya?" gumam Anna heran.
"Anna!"
Deg!
Semangat selalu
Cpt sembuh author