NovelToon NovelToon
Shadow Of The Seven Sins

Shadow Of The Seven Sins

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Anak Yatim Piatu / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:160
Nilai: 5
Nama Author: Bisquit D Kairifz

Hanashiro Anzu, Seorang pria Yatim piatu yang menemukan sebuah portal di dalam hutan.

suara misterius menyuruhnya untuk masuk kedalam portal itu.

apa yang menanti anzu didalam portal?

ini cerita tentang petualangan Anzu dalam mencari 7 senjata dari seven deadly sins.

ini adalah akun kedua dari akun HDRstudio.Di karna kan beberapa kendala,akun HDRstudio harus dihapus dan novelnya dialihkan ke akun ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bisquit D Kairifz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bayangan diujung lembah

Kabut pagi masih menempel di dinding tebing ketika dua sosok itu akhirnya tiba di depan sebuah celah batu besar.

Anzu hampir menyeret Alfred masuk, darah masih menetes dari luka di sisi tubuhnya. Nafas mereka tersengal, langkah terseret, tapi tekad di mata keduanya belum padam.

Begitu berhasil masuk ke dalam gua, mereka langsung terjatuh di lantai batu yang dingin.

“Hah… hah… kau yakin… ini tempat yang aman?”

Suara Alfred parau, diiringi batuk pelan.

Anzu menjawab dengan nada datar tanpa menoleh,

“Kalau tidak aman, setidaknya kita mati dengan posisi nyaman.”

Alfred mendengus lemah. “Ucapanmu tidak membantu, tahu?”

Anzu tak menjawab. Ia hanya menyalakan api kecil dengan batu dan ranting yang ditemukan di dekat mulut gua. Api itu menyalakan wajah mereka berdua — pucat, letih, tapi masih hidup.

Malam itu, tak ada pembicaraan panjang. Hanya bunyi hujan di luar dan napas berat di dalam.

Sesekali Anzu menatap ke arah Alfred, memastikan pria itu masih bernapas.

Di antara kelelahan, ia berpikir betapa tipis jarak antara mereka dan kematian hari itu.

Satu Minggu Berlalu

Waktu berjalan lambat di tempat itu. Luka mereka mulai mengering, meski tubuh masih terasa berat.

Di luar gua, hujan sudah berhenti. Bau tanah basah memenuhi udara.

Pagi itu, Anzu bangkit lebih dulu. Ia menyiapkan busur sederhana dari ranting dan tali yang diambil dari jubah sobek.

Alfred, masih setengah mengantuk, menatap dengan mata sayu.

“Jadi… kita berburu sekarang? Bisa tidak kita sarapan dulu sebelum sarapan?”

Anzu menatapnya datar. “Kau pikir makanan datang sendiri ke dalam gua?”

Alfred mengangkat bahu. “Kalau aku beruntung, mungkin ada kelinci tersesat—”

Sebuah batu kecil melayang dari tangan Anzu dan mengenai dahinya.

“Au! Baik, baik! Aku ikut!”

---

Tak lama, mereka menemukan jejak besar di tanah berlumpur.

Bekas cakaran, rumput patah, dan bau khas hewan liar.

Anzu berjongkok, memeriksa tanah. “Babi hutan. Besar. Bergerak sendirian.”

Alfred menelan ludah. “Sendirian? Kau yakin bukan babi hutan jantan yang bisa membuat kita jadi makanan?”

Anzu berdiri, menatap lurus ke arah utara. “Kau mau makan atau mati kelaparan?”

“Hmm… pilihan yang sulit,” gumam Alfred sambil menarik busur.

Pertarungan berlangsung singkat namun sengit. Babi hutan itu menyerbu seperti badai, tapi Anzu melompat ke samping dan menebas urat lehernya.

Alfred yang panik malah terpeleset ke lumpur — wajahnya belepotan tanah — tapi berhasil menancapkan tombak ke sisi perut hewan itu.

Saat semuanya usai, Alfred hanya duduk di tanah, terengah-engah.

“Kalau begini terus, kita akan mati bukan karena musuh, tapi karena olahraga berlebihan…”

Anzu menatapnya tanpa ekspresi. “Kau lebih banyak bicara daripada menebas.”

“Tapi aku menambah suasana,” Alfred membela diri, masih menatap lumpur di wajahnya. “Kau harus akui itu.”

Sore itu, aroma daging panggang memenuhi udara di dalam gua.

Api memantulkan cahaya hangat pada dinding batu, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, suasana terasa damai.

Anzu menaburkan beberapa rempah liar ke atas daging yang berdesis di atas api.

Alfred menatapnya dengan kagum. “Kau serius tahu cara memasak?”

Anzu melirik. “Kau pikir aku hanya tahu cara membunuh?”

Alfred tersenyum. “Kukira begitu.”

Anzu menatapnya tajam. “Mau makan atau tidak?”

“Ya, ya! Aku makan! Jenius di dapur ternyata menakutkan juga.”

Setelah makan, mereka duduk bersandar pada dinding batu.

Anzu membuka peta lusuh pemberian Gareth, menatap arah utara dengan sorot penuh tekad.

“Velmore Hollow… sekitar dua hari perjalanan dari sini jika kita tidak tersesat.”

Alfred memiringkan kepala. “Dan kalau tersesat?”

Anzu menjawab datar, “Tiga hari… atau mati.”

Alfred terkekeh kecil. “Kau harus belajar cara bicara yang lebih optimis.”

Anzu hanya menatap api. “Optimisme tidak menghentikan pedang musuh.”

Mereka meninggalkan gua di pagi ketujuh. Kabut mulai menipis, udara lembap menggantung di antara pepohonan tinggi.

Beberapa kali mereka harus menyeberangi sungai deras dan mendaki bukit berbatu.

Sepanjang perjalanan, Anzu memperhatikan aura yang mengalir di tubuhnya.

Ia mulai memahami bahwa kekuatannya bukan sekadar kemarahan — tapi aliran energi yang harus diseimbangkan.

Setiap kali ia menyalakan aura, ia bisa merasakan denyutnya teratur, menyatu dengan detak jantung.

Alfred yang berjalan di belakang hanya bisa mengeluh,

“Kalau kau terus seperti itu, aku mulai merasa seperti karakter sampingan yang tugasnya hanya kelelahan di latar belakang.”

Anzu menoleh sebentar. “Setidaknya kau sadar.”

“Ugh… kau benar-benar tidak tahu cara menyemangati orang, ya?”

Saat sore hampir turun, mereka tiba di tepi padang kabut.

Dari sana, terdengar langkah ringan, seperti seseorang berjalan tanpa suara.

Dari balik kabut itu muncul sosok tinggi ramping — berwajah manusia tapi bertelinga panjang seperti serigala, dengan kaki berbulu dan ekor halus di belakangnya.

Kulitnya pucat, matanya keperakan.

Anzu langsung siaga, menarik pedang. “Siapa kau?”

Namun Alfred, dengan semangat berlebihan, melangkah maju.

“Hai! Kau tahu di mana Velmore Hollow? Kami tersesat… lagi.”

Anzu menatapnya tajam. “Alfred! Mundur! Kau bahkan tidak tahu apakah itu makhluk berakal atau pemakan manusia!”

Makhluk itu menatap keduanya dengan tenang.

“Santai saja, manusia. Aku tidak memakan orang… kecuali mereka yang menyerang lebih dulu.”

Alfred menatap Anzu dengan senyum kecil. “Lihat? Aman.”

Anzu menghela napas panjang. “Suatu hari kebodohanmu akan membunuh kita.”

Makhluk itu memperkenalkan diri sebagai Velmari, ras asli penghuni wilayah Hollow.

Ia menjelaskan bahwa lembah itu dulunya tempat perlindungan, tapi kini berubah — dipenuhi aura gelap dan makhluk yang kehilangan kendali.

“Kalian mencari Velmore Hollow,” katanya. “Kalian hampir sampai. Hanya tinggal melewati pegunungan di depan sana.”

Alfred menatap puncak gunung berkabut di depan mereka dan bergumam,

“‘Tinggal’ katanya… padahal gunungnya kelihatan seperti mau menelan langit.”

Anzu menatapnya datar. “Kau bisa menunggu di sini kalau mau.”

Alfred cepat-cepat mengangkat tangan. “Tidak! Aku ikut! Siapa tahu ada makanan di puncak.”

Velmari itu tertawa kecil — tawa yang entah kenapa terdengar sekaligus manusiawi dan tidak.

“Manusia yang banyak bicara sepertimu… akan menarik perhatian di sana. Hati-hati.”

Malam turun, dan dari jauh, kabut lembah mulai memantulkan cahaya samar — bukan cahaya api, tapi sesuatu yang lebih… hidup.

Anzu menatapnya dengan mata menyala samar.

“Velmore Hollow…” gumamnya pelan.

“Tempat yang disembunyikan dari dunia.”

Alfred menatapnya, sedikit menggigil.

“Dan kita akan masuk ke sana?”

Anzu menatapnya dingin tapi tegas.

“Tidak ada jalan lain.”

Angin malam bertiup membawa suara samar dari lembah, seperti bisikan yang memanggil nama mereka berdua.

Langkah mereka pun berlanjut menembus kabut — menuju rahasia yang menunggu di balik gunung.

1
Nagisa Furukawa
Aku jadi bisa melupakan masalah sehari-hari setelah baca cerita ini, terima kasih author!
Bisquit D Kairifz: Semangat bree, walau masalah terus berdatangan tanpa memberi kita nafas sedikit pun
total 1 replies
Rabil 2022
lebih teliti lagi yah buatnya sebabnya ada kata memeluk jadi meneluk
tapi gpp aku suka kok sama alur kisahnya semangat yahh💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!