NovelToon NovelToon
Beauty And The Beast

Beauty And The Beast

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Action / Romantis / Balas Dendam / Nikah Kontrak
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.

Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.

Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.

Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?

Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beauty and The Beast 18

Setelah memastikan mansion benar-benar sepi, tanpa lalu-lalang pelayan, Nirmala memulai aksinya. Perlahan ia keluar dari kamarnya, berjalan berjinjit sambil mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan.

Dengan langkah hati-hati, ia tiba di depan pintu masuk mansion. Senyum merekah di bibirnya, membayangkan kebebasan yang akan diraihnya. Sekali lagi, ia memutar tubuhnya, memastikan tak seorang pun menyadari niatnya untuk kabur.

Brukk....

Tubuhnya menabrak sesuatu. Nirmala meringis, mengusap keningnya yang nyeri. Ia mendongak, dan seketika membeku. Matanya membulat sempurna. "Asisten Ace?" gumamnya tak percaya.

Ace berdehem, membuyarkan lamunan Nirmala. "Mau ke mana, Nona?" tegur Ace.

Nirmala memasang wajah memelas. "Asisten Ace, tolong aku..." Kening Ace berkerut. "Ada apa?"

Nirmala menggeleng. Perlahan, air mata mulai membasahi pipinya, tanpa isak tangis. Hanya air mata yang mampu mengungkapkan gejolak dalam hatinya.

Ace tak kuasa melihat kesedihan Nirmala. Dengan satu tangan, ia merengkuh tubuh Nirmala ke dalam pelukannya. Tangisan Nirmala semakin menjadi, seolah menemukan pelabuhan yang aman.

Dada bidang Ace, tak kalah nyaman dengan pelukan Saga, menjadi tempatnya berlindung. Nirmala meremat erat jas yang dikenakan Ace, melampiaskan segala kekesalan yang selama ini terpendam.

Cukup lama mereka berdiri dalam keheningan, hingga Ace merasakan tangisan Nirmala mulai mereda, meninggalkan jejak basah di dadanya.

Ace mengambil sapu tangan dari saku celananya, menghapus jejak air mata yang mulai mengering di pipi Nirmala. Nirmala mendongak, merasakan sesuatu yang berbeda.

Bersama Saga, jantungnya selalu berdebar kencang, namun dengan Ace, ia hanya merasakan kehangatan yang menenangkan, seperti kasih sayang seorang kakak kepada adiknya. Itulah yang dirasakan Nirmala saat Ace dengan lembut menyeka air matanya.

"Maaf," ucap Nirmala dengan suara serak, seraya menunjuk kemeja hitam Ace yang basah.

Ace mengikuti arah telunjuk Nirmala. Ia tersenyum, "Tidak apa-apa, nanti aku bisa berganti baju," ucapnya sambil menarik napas dalam-dalam. "Asisten Ace, terima kasih," lanjut Nirmala.

Kening Ace berkerut. "Nona, tidak perlu ada jarak di antara kita. Saya merasa tidak nyaman saat Nona memanggil saya dengan sebutan itu," jelas Ace.

"Kakak?" cetus Nirmala. Kening Ace semakin berkerut, wajahnya menampilkan mimik bingung.

"Aku panggil kamu Kakak, bagaimana?" tanya Nirmala. Ace mengangguk setuju, merasa nyaman dengan panggilan itu.

"Baiklah, Kakak," Nirmala mengetes panggilan itu sambil tersenyum. "Tidak buruk. Baiklah, mulai sekarang saya adalah kakakmu. Sebagai adik yang baik, bisakah kamu menuruti kakakmu ini?" tanya Ace.

Nirmala mengangguk. "Bersabarlah dulu, diam di sini baik-baik. Aku tahu kamu mencintai Saga," jeda Ace, memberi ruang bagi Nirmala untuk mencerna kata-katanya.

Nirmala mengangguk pelan. Ace tersenyum, menghembuskan napasnya. "Mulai sekarang, berikan pelajaran pada Saga. Buat dia lebih menyayangimu, lebih dalam. Pada saat itu, aku berjanji akan membawamu keluar dari sini," jelas Ace.

"Apakah aku sanggup?" tanya Nirmala, ragu.

"Kamu sanggup. Kamu adikku yang hebat, wanita kuat," ucap Ace, menyemangati. Nirmala mengangguk, mengangkat kelingkingnya ke depan Ace.

"Kakak mau berjanji?" Ace mengangguk, menautkan kelingkingnya dengan kelingking mungil Nirmala. Janji itu terikat, seperti harapan yang mulai tumbuh di hati Nirmala.

Nirmala kembali menaiki tangga menuju kamarnya, sementara Ace melangkah menuju ruang kerja Saga. Tujuannya adalah mengambil beberapa map yang tertinggal di meja kerja Saga.

Setelah mendapatkannya, Ace segera meninggalkan mansion itu. Tanpa disadarinya, ada sepasang mata yang mengawasi kepergiannya dari balkon.

Nirmala menatap hangat sosok Ace yang kini telah menjadi kakaknya. Hatinya menghangat, seolah semangat baru telah membara dalam dirinya. Ia merasa memiliki harapan untuk kembali melanjutkan hidup. Karena ia tahu, ada seorang kakak yang tengah mengusahakan kebebasannya.

Ia sadar, ini bukanlah tugas yang mudah bagi Ace. Hampir dua puluh empat jam pria itu berada di sisi Saga. Nirmala hanya bisa memanjatkan doa, berharap karena ketulusan hati Ace akan dilindungi oleh Tuhan.

Di perjalanan, Ace tak henti mengembangkan senyumnya. Bibirnya tertarik begitu saja, dan hatinya diliputi perasaan lega yang tak dapat dijelaskan. Saat ia memeluk tubuh Nirmala yang bergetar menahan tangis, hatinya seperti tercubit. Dan saat melihat senyum Nirmala, kebahagiaannya berlipat ganda.

Ace pernah merasakan jatuh cinta, namun perasaan yang ia rasakan bersama Nirmala berbeda. Lebih kepada keinginan untuk melindungi. Terlebih saat Nirmala memanggilnya dengan sebutan kakak, hatinya berdesir senang.

Ia memang sebatang kara, tak memiliki saudara. Salahkah jika ia menginginkan Nirmala menjadi adiknya?

Sesampainya di parkiran, Ace kembali memasang topeng wajahnya datar dan dingin. Ia memasuki lobi, disambut tatapan hormat dan bungkukan dari banyak pasang mata. Dengan langkah cepat, Ace menuju lift khusus untuk pemilik perusahaan. Jemarinya menekan tombol angka 15, lantai tempat ruangan Saga berada.

Ting...

Dentingan lift mengumumkan kedatangannya. Ace bergegas keluar dan mempercepat langkahnya memasuki ruangan Saga, tanpa mengetuk pintu.

Napas Ace tercekat. Pemandangan di hadapannya membuatnya terkejut. Saga sedang memangku Isabela, keduanya asyik dalam cumbuan panas. Ace berusaha keras menetralkan keterkejutannya.

"Khm..." Ace berdehem keras, membuyarkan kemesraan mereka.

Isabela menoleh, menyadari kehadiran Ace. Perlahan, ia turun dari pangkuan Saga, membenarkan letak roknya yang tersingkap, nyaris memperlihatkan gundukan daging di antara pahanya akibat ulah Saga. Setelah merasa cukup rapi, Isabela mengambil tasnya di atas meja Saga, lalu berlalu pergi, meninggalkan kedua pria itu.

Saga hanya membenarkan letak jasnya, tak menyadari noda merah lipstik Isabela yang tertinggal di bibirnya. Ace melemparkan tisu tepat ke pangkuan Saga.

"Ap...?" Ucapan Saga terhenti. Ia menggenggam tisu tersebut, bangkit, dan bergegas menuju toilet, meninggalkan aroma pengkhianatan yang menguar di ruangan itu.

Amarah dan sakit bercampur aduk dalam diri Ace, menyaksikan kelakuan sahabatnya. Di satu sisi, Saga menginginkan Nirmala, namun di sisi lain, ia enggan melepaskan Isabela. Tekad Ace untuk membantu Nirmala semakin membara. Awalnya, ia hanya ingin menenangkan perasaan Nirmala, namun melihat kejadian yang terus berulang, hatinya tergerak.

Saga kembali dan langsung duduk di kursi kebesarannya, menatap heran wajah Ace yang memerah padam. "Ada apa?" tanya Saga.

"Nirmala atau Isabela?" balas Ace.

Wajah Saga berkerut, bingung dengan pertanyaan Ace. "Maksudmu?"

"Lepaskan Nirmala jika kau menginginkan Isabela. Kau tidak bisa memiliki keduanya, Saga," ucap Ace mengingatkan.

"Kau tak perlu ikut campur. Ini urusanku. Urusanmu hanya bekerja dan menjadi asisten yang patuh," ucap Saga, menegaskan kedudukannya.

"Baik. Kau akan menyesal," balas Ace, sebelum membanting pintu dan menghilang di baliknya.

Keadaan mendadak sunyi, meninggalkan Saga dengan keterkejutannya. Ada apa dengan Ace? batinnya bertanya-tanya.

Sesampainya di mobil, Ace langsung menancap gas, meninggalkan perusahaan. Ia memilih pergi ke kafe, mencari ketenangan untuk mendinginkan otaknya yang mendidih.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!