NovelToon NovelToon
Senja Di Tapal Batas (Cinta Prajurit)

Senja Di Tapal Batas (Cinta Prajurit)

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: khalisa_18

Kalea dan Byantara tumbuh bersama di sebuah asrama militer Aceh, bak kakak dan adik yang tidak terpisahkan. Namun di balik kedekatan itu, tersimpan rahasia yang mengubah segalanya. Mereka bukan saudara kandung.

Saat cinta mulai tumbuh, kenyataan pahit memisahkan mereka. Kalea berjuang menjadi perwira muda yang tangguh, sementara Byantara harus menahan luka dan tugas berat di ujung timur negeri.

Ketika Kalea terpilih jadi anggota pasukan Garuda dan di kirim ke Lebanon, perjuangan dan harapan bersatu dalam langkahnya. Tapi takdir berkata lain.

Sebuah kisah tentang cinta, pengorbanan, keberanian, dalam loreng militer.
Apakah cinta mereka akan bertahan di tengah medan perang dan perpisahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khalisa_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keikhlasan yang Berlumur Luka dan Garis Putus yang Baru

Byantara menggenggam ponselnya erat-erat, duduk dalam barak yang tampak sunyi di kesatuannya. Pembicaraannya dengan Ramdan pagi itu menyisakan kepedihan yang sangat dalam. Ia tahu, tugas terberatnya kini bukan hanya menghadapi medan perang, melainkan menghancurkan hati adik perempuannya sendiri. Adik perempuan yang ia jaga dengan hati hati. Tapi hari ini, ia terpaksa menghancurkannya sendiri. Itu lebih baik, daripada ia akan mati seumur hidupnya.

Dengan napas berat, Byantara menekan nomor Kalea. Ia tahu Kalea sedang berada di Taktakan, baru saja kembali dari misi yang menewaskan Serma Parto. Kalea pasti sedang duka. Menambahkan luka baru di saat seperti ini terasa seperti kejahatan. Tapi ia tidak punya pilihan lain, selain memberikan kenyataan ini untuk gadis kecilnya itu.

Telepon terangkat. Suara Kalea terdengar tegas, tetapi sarat kelelahan dan duka.

"Assalamualaikum, Bang. Ada apa?" tanya Kalea.

"Waalaikumsalam, Lea. Bagaimana kabarmu?Bagaimana satria apa udah lebih baik?" tanya Byantara, berusaha menjaga nada tetap normal.

"Sudah, Bang. Satria sudah stabil. Aku sudah kembali dinas seperti biasa," jawab Kalea, singkat dan profesional. Tidak ada basa-basi.

Byantara menarik napas. "Bagus. Lea, ada hal penting yang harus Abang sampaikan, ini mengenai Altav."

Ada jeda hening di seberang sana. Kalea menunggu, tanpa bertanya. Keheningan itu justru membuat Byantara semakin sakit.

"Altav pulang ke Takengon, menemui orang tuanya. Dia menyampaikan niatnya untuk melamarmu," ujar Byantara perlahan.

Kalea tidak langsung menjawab. Byantara mendengar embusan napas Kalea yang tertahan.

"Lalu?" tanya Kalea, suaranya kembali datar.

"Ibunya menolak, Lea. Menolak dengan alasan silsilah. Soal kehormatan keluarga mereka. Soal... latar belakangmu, Lea," Byantara memaksa dirinya mengucapkan kata-kata kejam itu. Walaupun air matanya sendiri telah mengalir. Byantara merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia menunggu ledakan amarah, tangisan, atau penolakan.

"Ibunya Altav mengancam Altav. Dia... dia mengancam akan bunuh diri dengan racun jika Altav memaksakan kehendaknya. Altav menghubungi Abang dalam keadaan hancur enggak terkira tadi pagi Lea, " lanjut Byantara.

Keheningan kembali menyelimuti. Kali ini, keheningan itu terasa lebih berat, seolah udara di antara mereka membeku.

"Aku mengerti, Bang," jawab Kalea. Suaranya sangat pelan, tetapi jelas.

"Lea, Abang tahu ini menyakitkan. Tapi Abang sudah bicara sama Altav. Abang memintanya untuk melepaskanmu. Abang memintanya untuk menyelamatkan nyawa Ibunya. Itu kehormatan yang tidak bisa kita tawar," ujar Byantara.

"Aku tahu, Bang." Kalea mengulang kalimat itu.

Byantara dapat membayangkan Kalea, berdiri tegak dalam seragam loreng, mata kosong, dan hati yang remuk. Ia bisa merasakan lukanya, meski Kalea tidak menunjukkannya. Garis Komando telah ditarik lagi, dan kali ini untuk memutus tali hubungan yang telah bertahun tahun terajut.

"Aku akan bicara dengan Letnan Altav. Abang tidak perlu khawatir. Aku tidak akan membiarkan dia kehilangan Ibunya," kata Kalea, suaranya seperti kristal yang retak. Dari ia menyebutkan pangkat Ramdan, dari situ Byantara tau ia juga sangat terluka. Bukan perihal hatinya, tapi perihal latar belakangnya yang masih tidak bisa di terima oleh orang lain.

"Lea..."

"Aku sudah ikhlas, Bang. Aku sudah belajar dari penolakanmu. Aku tahu, cinta dan kehormatan akan selalu meminta korban. Hanya saja kali ini, korbannya tidak harus nyawa seorang Ibu. Aku tidak akan bisa hidup di dalam keluarga yang setiap detiknya menolak kehadiranku," putus Kalea. "Bang. Aku harus kembali ke Staf. Jaga diri, abang."

Kalea menutup telepon sebelum Byantara sempat membalas.

Byantara memejamkan mata. Ia tahu Kalea berbohong. Ia tahu di balik kata 'ikhlas' itu, ada luka baru yang sangat dalam, berjejer rapi di samping duka kehilangan Parto dan penolakan cintanya sendiri.

Kalea menatap ponselnya. Ia berdiri di lorong markas Grup 1 Kopassus. Ia baru saja kembali dari rumah sakit. Kesedihan atas Parto dan Satria masih membekas. Kini, ia harus menerima pukulan ketiga, pengkhianatan nasib atas cintanya dan penolakan yang melibatkan silsilahnya.

Ia menarik napas dalam-dalam, mengunci semua emosi ke dalam brankas di hatinya. Kehormatan Ramdan adalah kehormatan yang harus ia selamatkan.

Kalea menekan nomor Ramdan. Dan meneleponnya dengan hati yang terbuka, bukan sebagai seorang kekasih lagi. Tapi, sebagai seorang rekan.

Ramdan mengangkat telepon dengan suara serak, masih diliputi duka. "Lea..."

"Bang, aku sudah bicara dengan Bang Byan. Aku sudah tahu semua tentang masalahmu dengan ibumu," ujar Kalea, nadanya tenang dan dewasa, tanpa sedikit pun emosi menuntut.

Terdengar isakan di seberang telepon. "Lea, abang minta maaf. Abang enggak bisa... Abang enggak bisa melihat Ine... Abang hancur, Lea. Abang gagal menepati janji Abang sama Lea!"

"Dengarkan aku baik-baik, bang," potong Kalea, suaranya kini kembali pada frekuensi komando yang menenangkan. "Aku tidak menyalahkanmu. Aku tidak marah."

"Tapi Lea, abang..."

"Jangan mengorbankan Ibumu demi diriku, bang. Jangan pernah. Nyawa seorang Ibu jauh lebih berharga daripada janji dan perasaan kita," ucap Kalea tegas. "Kehormatanmu, sebagai seorang anak, adalah menjaga kehormatan keluargamu. Dan menjaga nyawa Ibumu, itu adalah kehormatan tertinggi."

Ramdan terdiam, hanya terdengar isak tangisnya yang tertahan.

"Aku mengerti keputusan Ibumu. Kehormatan silsilah memang penting bagi keluarga. Aku mengerti," lanjut Kalea, kepedihan terselip di balik setiap kata.

"Tapi bagaimana dengan kita, Lea?" tanya Ramdan, suaranya putus asa.

Kalea menatap lambang Baret Merah di tangannya. "Kita adalah seorang prajurit, bang. Hidup kita sudah dipertaruhkan untuk kehormatan yang lebih besar. Biarkan hubungan kita menjadi bagian dari kehormatan yang kita korbankan untuk sebuah tugas."

"Bang, kamu harus menyelamatkan kehormatan mu. Jaga dirimu. Laksanakan apa yang diminta Ibumu. Jangan pernah menoleh ke belakang. Karena aku, tidak akan pernah ada di belakang Abang lagi untuk mengingatkan. Kita tidak perlu saling membenci, mari berjalan berdampingan sebagai seorang rekan di Medan tempur."

"Lea..."

"Anggap saja... kita sudah saling memberi kehormatan yang terbaik. Terima kasih untuk semua kenangan dan janji yang pernah kita buat. Tapi sekarang, garisnya sudah putus. Kita fokus pada tugas kita masing-masing," putus Kalea, suaranya bergetar sedikit di akhir kalimat.

"Selamat bertugas, Lettu Muhammad Ramdan Ragatav Altavian, Komando!" ucap Kalea, menutup panggilan itu dengan salam hormat terakhir.

Kalea mematikan ponselnya. Ia bersandar di dinding koridor yang dingin, memejamkan mata. Tidak ada air mata yang jatuh, sebab semua air mata seolah sudah terkuras habis. Ia telah mengorbankan cintanya dua kali, dan kini, ia harus menanggung kehancuran itu sendiri. Ia telah menanggalkan perannya sebagai kekasih dan kembali menjadi Letda Kalea Aswangga, perwira Komando yang hanya hidup demi kehormatan korps dan tugas.

Keikhlasan yang dipaksakan terasa lebih menyakitkan daripada penolakan terang-terangan. Kalea tahu, perjalanannya kini harus dilanjutkan, tanpa silsilah, tanpa cinta, hanya dengan Baret Merah sebagai satu-satunya kehormatan yang ia yakini.

1
atik
lanjut thor... semangat 💪
Khalisa_18: Makasih KK, di tunggu update selanjutnya ya
total 1 replies
atik
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!