kisah cinta di dalam sebuah persahabatan yang terdiri atas empat orang yaitu Ayu , Rifa'i, Ardi dan Linda. di kisah ini Ayu mencintai Rifa'i dan Rifa'i menjalin hubungan dengan Linda sedangkan Ardi mencintai Ayu. gimana ending kisah mereka penasaran kaaan mari baca jangan lupa komen, like nya iya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Husnul rismawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 31 kegelisahan
Ayu dan Ardi melangkah masuk ke dalam rumah. Pemandangan Linda yang masih bersandar manja di bahu Rifa'i, dengan tawa renyah mereka yang memenuhi ruang tengah, langsung menyambut Ayu. Jantungnya kembali berdesir nyeri, seolah luka yang baru saja diobati Ardi kembali terbuka. Ia menunduk, berusaha menyembunyikan ekspresi wajahnya.
Ardi merasakan genggaman tangan Ayu sedikit mengerat. Ia melirik Ayu sekilas, lalu menghela napas pelan. "Eh, kalian dari mana aja? Kok lama banget?" sapa Wati, yang menyadari kehadiran mereka.
"Cari udara segar aja, Wat," jawab Ardi santai, melepaskan genggaman tangannya dari Ayu. Ia tahu, Ayu tidak ingin orang lain melihat kedekatan mereka, apalagi Linda.
Linda menoleh, senyumnya cerah. "Oh, Ayu udah mendingan? Sini, Yu, gabung aja. Kita lagi seru nih nonton film," ajaknya, tanpa menyadari beban di hati Ayu.
Ayu hanya tersenyum tipis, menggeleng. "Enggak deh, Lin. Aku masih agak pusing. Kayaknya mau langsung ke kamar aja," ucapnya, suaranya sedikit serak. Ia tidak sanggup lagi berlama-lama di sana, menyaksikan pemandangan yang mengiris hatinya.
"Yah, kok gitu sih, Yu? Padahal Rifa'i udah bawain martabak kesukaan kamu lho," kata Linda, mencoba membujuk.
Mendengar nama Rifa'i disebut, Ayu mengangkat pandangannya. Rifa'i menatapnya dengan tatapan khawatir. "Iya, Yu. Kamu yakin mau ke kamar? Nanti kalau butuh apa-apa, panggil aja ya," ucap Rifa'i lembut.
Perhatian Rifa'i, meskipun tulus sebagai teman, justru semakin membuat Ayu merasa sesak. Ia hanya mengangguk cepat, lalu bergegas menuju kamarnya tanpa menunggu balasan. Di balik pintu yang tertutup, ia bisa mendengar tawa Linda dan Rifa'i kembali pecah, seolah mengolok-olok perasaannya.
Ardi menatap punggung Ayu yang menghilang di balik pintu kamar. Ia tahu, Ayu sedang menahan sakit. Ia ingin sekali menyusul, namun ia juga tahu, Ayu butuh waktu sendiri. Ia hanya bisa berharap, Ayu akan baik-baik saja.
Malam semakin larut. Setelah film selesai, Ardi dan Wati memutuskan untuk pulang. Sebelum pergi, Ardi sempat melirik ke arah kamar Ayu yang masih tertutup rapat. Ia menghela napas, berharap sahabatnya itu bisa beristirahat dengan tenang.
Setelah kepergian Ardi ,rifai dan Wati, suasana di rumah Ayu terasa semakin canggung. Linda, yang menyadari perubahan sikap Ayu, mencoba mendekat. "Yu, kamu kenapa sih? Kok kayak ngejauhin aku gitu?" tanyanya, dengan nada khawatir.
Ayu, yang sedang duduk di sofa, menoleh dengan tatapan kosong. "Enggak kok, Lin. Aku cuma lagi gak enak badan aja," jawabnya, berusaha menyembunyikan perasaannya.
Linda mendekat, duduk di samping Ayu. Ia meraih tangan Ayu, menggenggamnya erat. "Yu, aku tahu kamu lagi bohong. Cerita dong, ada apa? Aku kan sahabat kamu," ucapnya, dengan tulus.
Ayu terdiam sejenak, menatap Linda. Sorot matanya penuh dengan pertentangan. Haruskah ia jujur? Apa yang akan terjadi jika ia mengungkap perasaannya yang sebenarnya? Apa aku jahat, ya, punya perasaan seperti ini? batin Ayu, menatap Linda lekat-lekat.
Ia melihat ketulusan di mata sahabatnya itu, kasih sayang yang selama ini selalu ia rasakan. Tidak, ia tidak bisa menyakiti Linda. Perasaan ini... biarlah ia simpan sendiri.
"Lin, aku gak papa kok. Beneran. Kamu gak usah khawatir," ucapnya, akhirnya memilih untuk berbohong.
Linda menatap Ayu dengan tatapan tidak percaya. Ia tahu, Ayu menyembunyikan sesuatu. Namun, ia tidak ingin memaksa Ayu untuk bercerita. "Yaudah deh, kalau kamu gak mau cerita. Tapi inget ya, Yu, aku selalu ada buat kamu. Kapan pun kamu butuh, aku siap dengerin," ucapnya, dengan nada lembut.
Ayu tersenyum tipis, merasa bersalah karena telah berbohong pada sahabatnya. "Makasih ya, Lin. Kamu emang sahabat terbaik aku," ucapnya, dengan tulus.
"Sama-sama, Yu. Yaudah, sekarang kita tidur yuk. Udah malem banget nih," ajak Linda, berusaha mencairkan suasana.
Ayu mengangguk, lalu berdiri. Mereka berdua berjalan menuju kamar Ayu. Malam itu, mereka tidur di ranjang yang sama, seperti yang sering mereka lakukan sejak kecil. Namun, kali ini, ada jarak yang tak terlihat di antara mereka. Ayu merasa bersalah karena telah menyimpan perasaan pada kekasih sahabatnya. Sementara Linda, merasa khawatir karena melihat sahabatnya menyembunyikan sesuatu.
Ayu memejamkan mata, berusaha untuk tidur. Namun pikirannya terus berputar. Ia merasa bersalah, ia merasa jahat. Ia mencintai kekasih sahabatnya, dan ia tidak tahu bagaimana caranya menghentikan perasaan itu. Akhirnya, ia terlelap dalam kegelisahan.
**********
Pagi itu, mentari Jakarta menyelinap malu-malu di antara celah gorden kamar Ayu, membangunkan kedua gadis yang masih terlelap. Linda menggeliat, meregangkan tubuhnya, lalu membuka mata. Ia menoleh ke samping, melihat Ayu masih tertidur pulas. Wajahnya tampak damai, namun Linda tahu, di balik ketenangan itu, sahabatnya menyimpan beban yang berat.
Linda mengamati wajah Ayu lekat-lekat. Ia menyadari, ada lingkaran hitam di bawah mata Ayu, tanda kurang tidur. Ia tahu, Ayu pasti memikirkan sesuatu yang membuatnya gelisah. Ia ingin sekali membantu, namun ia tidak tahu bagaimana caranya.
Linda menghela napas pelan, lalu bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan menuju kamar mandi, membersihkan diri, lalu keluar. Ia melihat Ayu masih tertidur. Ia memutuskan untuk tidak membangunkannya. Biarlah Ayu beristirahat sejenak.
Dengan langkah ringan, Linda menuju dapur. Ia tahu, di jam segini, ibunda Ayu pasti sudah sibuk menyiapkan sarapan. Benar saja, begitu tiba di ambang pintu dapur, ia melihat Ibu Ayu, Bu Ratna, sedang berkutat dengan wajan dan spatula. Aroma tumisan sayur memenuhi ruangan, menggugah selera.
"Selamat pagi, Tante," sapa Linda, dengan senyum cerah.
Bu Ratna menoleh, balas tersenyum. "Eh, Linda, sudah bangun. Pagi juga, sayang. Sini, bantu Tante masak," ajaknya ramah.
Linda menghampiri Bu Ratna, lalu bertanya, "Masak apa, Tante? Kayaknya enak banget baunya."
"Ini, Tante lagi masak tumis buncis sama bikin telur dadar. Ayu masih tidur ya?" tanya Bu Ratna, sambil mengaduk tumisan.
Linda mengangguk. "Iya, Tante. Semalam kayaknya tidurnya kurang nyenyak. Biar istirahat dulu aja," jawab Linda, merasa sedikit bersalah karena menyembunyikan masalah Ayu.
"Oh, begitu. Yaudah, kamu bantu Tante potong-potong sayur aja ya. Itu di meja ada wortel sama kentang, tolong dipotong dadu kecil-kecil," pinta Bu Ratna, menunjuk ke arah meja dapur.
Linda segera mengambil pisau dan mulai memotong wortel dan kentang. "Siap, Tante! Ada yang lain yang bisa Linda bantu?" tanyanya, dengan semangat.
"Nggak usah repot-repot, Linda. Ini aja udah cukup membantu. Kamu ini emang anak yang baik dan rajin," puji Bu Ratna, membuat Linda tersipu malu.
Sambil memotong sayuran, Linda dan Bu Ratna terlibat dalam obrolan ringan. Mereka membahas tentang cuaca Jakarta yang semakin panas, tentang rencana liburan keluarga Ayu, dan tentang resep-resep masakan baru. Linda merasa nyaman berada di dekat Bu Ratna. Ia sudah menganggap Bu Ratna seperti ibunya sendiri.
"Tante, Linda boleh tanya sesuatu nggak?" tanya Linda, ragu-ragu.
Bu Ratna menoleh, menatap Linda dengan tatapan lembut. "Boleh dong, sayang. Mau tanya apa?" jawabnya, dengan nada penuh perhatian.
Linda menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Tante lihat Ayu akhir-akhir ini gimana? Apa ada yang aneh sama dia?"
Bu Ratna terdiam sejenak, lalu menghela napas pelan. "Tante juga ngerasa ada yang beda sama Ayu. Dia jadi lebih pendiam, lebih sering ngelamun. Tante khawatir, dia lagi ada masalah," jawab Bu Ratna, dengan nada cemas.
Linda menatap Bu Ratna dengan tatapan bersalah. Ia tahu, ia harus menceritakan masalah Ayu pada Bu Ratna. Namun, ia juga tidak ingin mengkhianati kepercayaan Ayu.
"Tante, sebenernya... Linda..." ucap Linda, menggantung kalimatnya.
Namun, sebelum Linda sempat melanjutkan perkataannya, Ayu tiba-tiba muncul di ambang pintu dapur.
"Pagi, Ma, Lin," sapa Ayu, dengan senyum tipis.
Linda dan Bu Ratna menoleh serentak. Mereka berdua terdiam, tidak tahu harus berkata apa.
Ayu berjalan mendekat, lalu bertanya, "Lagi pada ngomongin apa nih? Kok kayaknya serius banget?"
Bu Ratna tersenyum, berusaha mencairkan suasana. "Enggak kok, sayang. Cuma lagi ngobrol biasa aja. Kamu udah bangun? Sini, sarapan dulu," ajak Bu Ratna, mengalihkan perhatian.
Ayu mengangguk, lalu duduk di meja makan. Linda dan Bu Ratna saling bertukar pandang, lalu melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Namun, di dalam hati mereka berdua, masih tersimpan pertanyaan yang belum terjawab. Apa yang sebenarnya terjadi pada Ayu? Dan apa yang harus mereka lakukan untuk membantunya?