Seberapa tega orang tua kamu?
Mereka tega bersikap tak adil padaku namun segala macam kepunyaan orang tuaku diberikan kepada adikku. Memang hidup terlalu berat dan kejam bagi anak yang diabaikan oleh orang tuanya, tapi Nou, tak menyerah begitu saja. Ia lebih baik pergi dari rumah untuk menjaga kewarasannya menghadapi adik yang problematik.
Bagaimana kisah perjuangan hidup Nou, ikuti kisahnya dalam cerita ini.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RIBET
Nyatanya usaha Nou memaksa sang ibu tidak berhasil, sang ibu tak tega meninggalkan Iin sendiri, apalagi sang cucu sudah pulang pasca khitan. Nou hanya menghela nafas, lagi-lagi Iin masih dibela. Padahal Nou berusaha semaksimal mungkin agar ibu hidup nyaman di hari tuanya dengan menikmati uang pensiunan yang ditinggalkan bapak, sekaligus uang kiriman dari Nou.
Mungkin Nou belum pernah merasakan jadi ibu sehingga belum tahu bagaimana perasaan seorang ibu melihat anaknya belum sukses. Nou sebenarnya tak masalah sekali dua kali Ibu membantu Iin, tapi yang dibantu itu kelewat batas. Ya sudah Nou tak memaksa kalau ibu tetap tak mau tinggal di kota. Biarlah.
Beberapa hari setelah Kafa pulang dari rumah sakit tidak ada cerita miring dari kehidupan rumah tangga Iin. Nou pikir sudah tenang, dan semoga tidak ada huru-hara kembali. Nou pun lumayan tenang dan fokus pada tiga pekerjaan. Ternyata Nou merasa sangat suka dengan side job sebagai analyst data. Deadline cepat bayarannya pun juga cepat. Ia semakin berminat dalam bidang ini. Cuannya begitu menjanjikan, sehingga Nou bisa mengalokasikan seluruh bayaran remote jobnya untuk investasi emas dan juga saham.
Bersama Mbak Tasya dan Elsa, Nou mendapat ilmu tentang investasi saham. Kata kunci yang diajarkan Mbak Tasya antara lain belilah saham bluechip, diversifikasi ke berbagai saham, jangan hanya satu saham saja. Kalau mau investasi jangka panjang, maka gunakan uang dingin. Semua dicatat dan dipraktikan oleh Nou untuk memulai investasi, agar saat tuan anti ia bisa menikmati hasil investasinya. Untuk investasi emas, Nou tetap setia di toko mama Bos, yang terpercaya keasliannya.
Tapi percaya gak kalau kita diberikan jalan rezeki lain, maka ada rezeki kita yang diambil. Nou awalnya tak percaya, tapi tiba-tiba ibu menelepon. “Nou, boleh gak spring bed kamu dipindah ke kamar Iin?” tanya Ibu tiba-tiba. Drama apa lagi ini.
“Kok dipindah, Bu? Kenapa?” tanya Nou kaget, apa ibu gak berpikir seandainya Nou pulang tidur mana?
“Iin kasurnya banyak tungaunya, kasihan Kafa! Lagian kamu jarang pulang, nanti ibu ganti!” Nou terdiam seketika. Menarik nafas dalam agar tak mengumpat sang ibu juga. Sekali saja tak memikirkan kepentingan anak lain bisa gak. Nou ini anak kandung loh, kenapa selalu disuruh mengalah terus, bahkan barang pribadi Nou yang ia beli dari hasil kerja kerasnya harus diberikan kepada Iin. “Gimana Nou?”
“Sekalian saja, Bu, tanah pemberian Ibu buat Nou kasihkan ke Iin. Biar dia kaya dan bisa beli barang-barang, tak sampai mengambil milikku.”
“Nou, adik kamu kasihan No’. Dia gak punya uang buat beli ini itu, doakan saja habis ini dia keterima P3K biar bisa beli barang sendiri,” ucap Ibu menasehati agar Nou tidak pelit pada sang adik.
“Doakan Nou kuat ya, Bu buat beli rumah, agar Nou bisa Ikhlas punya rumah tanpa meminta bantuan orang lain,” ucap Nou merendah pada sang ibu, kemudian ia menutup telepon. Tak terasa air matanya turun. Ternyata sakit banget ya jadi anak yang dinomor duakan itu. Sungguh, Nou merasa tak adil, kecewa pada sang ibu, kenapa harus mengambil barang Nou demi membahagiakan anak lain. Memang Nou tidak pulang setiap hari, tapi bukan berarti Ibu mudah memberikannya pada Iin. Apalagi dengan alasan kasur Iin banyak tungaunya. Terus apa bisa menjamin kasur Nou nanti bebas dari tungau juga. Entahlah Nou tidak ingin bertengkar dengan keluarga perkara kasur, tapi sedikit saja menghargai keberadaan Nou di rumah emang gak bisa?
Jangan salahkan Nou, dia merasa sakit akan sikap ibu dan Iin. Ia pun menuliskan sebuah impian di sebuah aplikasi design lalu dijadikan wallpaper di ponsel, laptop, maupun dicetak seperti kalender meja dan diletakkan di meja rias, dan meja kerja kantor. Impian Nou ditulis dengan detail.
Ya Allah, banyak yang aku impikan lancarkan rezekiku untuk mewujudkannya. Rumah 7 x 20 meter, haji plus, dan juga kendaraan, serta umroh tiap tahun bersama ibuku, aamiin.
“Busyet, No’. Kemaruk sekali impian kamu,” komentar Adrian membaca tulisan Nou.
“Biarkan saja, afirmasi buat aku agar semangat kerja, dan tak kepikiran soal keluargaku.” Mendadak Nou menangis, Adrian bingung. Tak biasanya gadis cantik ini terlihat rapuh. Bahkan saat Nou menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, berhadapan dengan Adrian, lelaki itu menepuk pundak Nou, sekedar memberi semangat. Interaksi keduanya sempat dilihat Wicak. Bos ganteng itu juga mendengar ucapan Adrian.
“Sabar, No’!”
Wicak jadi ikut kepikiran, gadis itu tak pernah manja atau terlihat rapuh, pasti ada masalah sampai dia menangis di kantor. Wicak pun menyempatkan chat Nou.
Kalau butuh uang, pinjam ke kantor gak pa-pa Nou.
Ya Allah Nou membaca pesan bos itu ingin tertawa tapi dirinya lagi sensitif, mungkin Pak Bos tadi melihat dirinya menangis bersama Adrian, sehingga dia berpikir Nou kehabisan uang. Lucu sih, tapi cewek nangis bukan karena gak punya uang, kurang belaian pun bisa kan? Eh, gak gitu konsepnya.
Merasa tak dibalas, Wicak pun kembali mengirim chat pada Nou.
Butuh berapa? Ibu kamu sakit?
Saya belum butuh uang, Bapak.
Terus kenapa menangis?
Urusan pribadi.
Ya apa?
Bapak kepo?
Bisa gak sekali saja kamu tuh friendly sama saya.
Manfaatnya?
“Biar gue bisa deketin lo, Puas!” andai saja Wicak berani ngomong gitu secara chat maupun langsung, nyatanya Wicak memilih untuk tidak membalas chat Nou. Namun Wicak dibuat melotot kaget saat chat Nou masuk setelah pulang kerja.
Pak, saya boleh hutang ke Bapak gak? Buat bangun rumah? Potong gaji deh gak pa-pa, kalau di kantor kan ada limitnya, uang pribadi Bapak, tapi jangan ada bunga ya?
Wicak tertawa ngakak, jadi masalahnya dia ingin bangun rumah. Wicak pun dengan senang hati membalas pesan itu.
Boleh, mau pinjam berapa? Tapi Nou ada cara lain biar kamu gak perlu hutang, tapi bisa punya rumah.
Apa?
Menikah sama saya.
Kali ini giliran Nou yang melotot kaget, cara apaan ini?
“Dih mau bikin aku ge-er lagi, ogah banget. Cukup sekali aku terjebak pesonanya, kali ini enggak mau.”
Maaf, Pak. Saya ingin menikah dengan laki-laki yang mencintai saya, pun saya juga mencintai dia.
Cinta itu apa sih, No’. Rumah tangga bisa berjalan tidak hanya karena cinta, melainkan saling menghormati dan uang. Percaya deh, di luar sana banyak perempuan yang lebih memilih suami kaya daripada suami yang bermodal I love you.
Curhat Pak.
Serius kali.
Gak usah bikin baper anak orang, Pak.
Kamu aneh deh, dikasih cara jitu kok banyak alasan.
Masalahnya saya takut dipermainkan oleh Bapak.
Kata siapa? Makanya dibuktikan.
Kalau Bapak mempermainkan saya apa konsekuensinya?
Rumah yang kamu inginkan buat kamu.
Lah saya menikah karena ingin ibadah atau rumah nih.
Ah ribet amat nih cewek.
Nou tertawa ngakak membaca balasan Wicak, setidaknya berkat chat Wicak ini Nou bisa mengalihkan kekecewaannya pada ibu dan adiknya.
lanjuut sesi 2 nya yaa thoor 🥰