Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20# Jingga Day
Tak menunggu sampai Fir'aun bangkit dari kematian terus nyolong daster emak. Vio yang masih dalam suasana hati sedih itu langsung menghubungi Shaka lewat panggilan videonya dengan berurai air mata.
"Sayang..."
Kini wajah Shaka menatap Vio khawatir, "Vi, kenapa?"
"Aku mau minta maaf sama kamu, belum bisa jadi istri yang bener...aku sering marah-marah, padahal kamu juga cape cari uang, belum lagi kerjaan rumah yang sekarang kamu ambil alih, masak sendiri, makan sendiri juga karena aku yang lagi benci nasi."
Dilatari oleh apartemen Maru yang bernuansakan monokrom dengan sedikit aksen hijau botol tanpa adanya perintilan pesta macam bridal shower Mei di rumah Vio, Shaka menggeleng, "sayang aku sama kamu ugal-ugalan Vi, apalagi sekarang kita mau punya baby...ngga apa-apa, aku tau kamu ngga gitu, itu efek hamil. Jangan nangis ya, bukannya lagi seneng-seneng sama yang lain?"
Vio justru mengedarkan kameranya ke arah Lula dan Syua yang makan sambil mengobrol, kemudian ke arah Mei dan Senja di sampingnya, "hai bucinnya Vio!" sapa wanita ini tertawa memantik tawa Vio dan yang lain serta Shaka.
"Hay bucinnya Rion." Balas Shaka memantik gidikan bahu dan semprotan rasa jijik Senja, "ih najis."
Shaka menyipitkan matanya tanda jika ia tertawa.
"Ka, lo jangan pulang malem banget ih! Masa Vio mau ditinggal sendirian, pamali...Ka!" ujar Syua diangguki Nalula.
"Ka, yang lain balik jam 9an, nah lo balik jam berapa dari tempat Maru? Jangan kemaleman Ka, gue nemenin Vio sampe lo balik ihh...ntar gue kemaleman balik ke apartemennya, takut." Senja mengomel persis mertua cerewet pada Shaka.
"Gue anterin Nja!" bukan Arlan atau Maru, melainkan Alby.
Shaka mengalihkan kamera depannya jadi kamera belakang dan tepat pada Alby yang melambai sambil nyemil kacang. Senja sempat tersenyum, "lo semua pada lagi ngapain sih, kok ngga keliatan rame-ramenya?"
"Lah, segini dibilang ngga rame. Apa mesti gue bakar unitnya Maru, biar rame se-Rw?" memantik tawa Senja, "bisa ae kulit kacang."
Shaka justru mengedarkan kamera ke arah satu persatu personel kkn 21 laki-laki.
Dari Zaltan yang berada di samping Alby dan tengah mengotak-atik ponselnya sambil menyesap rokok dan tertawa bersama Jovi, karena jelas banyak tawa disana selain dari keduanya.
Disamping Zaltan adalah Arlan yang terlihat menangkup kepalanya sambil menunjuk ke arah tengah, satu kali lagi buruan! Tanggung tepar gue. Wajahnya itu benar-benar sudah tak bisa dikondisikan lagi, membuat Senja menajamkan penglihatan, "lagi pada ngapain sih?"
Ia tak kalah terkejutnya ketika bidikan kamera mengarah semakin mengedar.
Ada Jingga yang nakal menyesap batangan tembakau juga sambil merapikan Pirate Roulette di meja yang sudah berserakan sampah bekas cemilan, gelas sloki bersama botol minuman beralkohol rendah.
Lantas kamera bergerak lagi ke samping Jingga, dimana Maru tak kalah memejamkan matanya singkat, menggertakan urat lehernya ke kanan dan kiri, kentara betul kondisinya yang sudah hampir mabuk, dan berakhir di Mahad dan Jovi yang tertawa mengobrol dan bercanda bahkan saling lempar kulit kacang.
Senja menelan salivanya sulit, "Ka, itu kalian lagi pada minum kah?!"
"Shaka kamu minum?!" cecar Vio sudah menajamkan alisnya, praktis saja seruan itu memancing ketiga lainnya melihat layar ponsel Vio.
"Engga Vi, tenang aja..."
"Ka, Jingga minum itu?" tanya Mei yang langsung dijawab Jingga saat mendengar suara Mei, "engga sayang. Aku aman..."
"An jing Ka, lo video call? Matiin nyet!" Arlan langsung menyela dan meminta Shaka mematikan panggilannya.
"Vio, sayang...udah dulu ya. Aku pulang bentar lagi."
Layar ponsel Vio langsung berubah tampilan, mendadak para wanita ini diam seribu bahasa.
"Itu mereka lagi---" lirih Lula tak percaya.
"Nah loh, kan...abis ini jangan ada yang berantem,.please. Diluruskan dulu..."
"Zaltan minum, Vi?" tanya Nalula digelengi Vio, "engga kayanya. Zaltan keliatan oke kok."
Senja yang sekarang justru terdiam membeku di tempatnya.
"Liar banget acara bridal showernya cowok. Ngga mungkin kalo ngga pada minum, seenggaknya seteguk dua teguk pasti lah...ngga liat botol minuman di sana?"
"Sisi lain cowok-cowok kkn 21 kayanya..." akui Vio.
Syua menggeleng, "tadi lo liat ada cewek panggilan atau sejenisnya ngga? Minta gue gantung satu-satu nih cowok!" Syua naik pitam.
"Ci, jangan pake emosi. Jangan negatif thinking dulu. Tadi gue liat ngga ada kok." Mei angkat bicara.
Arlan sudah benar-benar tak bisa bangkit dari posisinya. Diantara semua laki-laki disini, mungkin ia dan Maru lah yang banyak sekali menenggak cairan beralkohol itu sebab selalu si al menarik pedang plastik yang salah.
Namun Maru masih dapat duduk meski sudah bersandar menopang badannya. Zaltan turut menenggak meski hanya setengah dari gelas mungil itu termasuk Jovi dan Mahad yang mulai merasa linglung.
Jingga menggeleng tak percaya, jika acara lajangnya benar-benar dimanfaatkan teman-temannya itu untuk menunjukan sisi liar laki-laki mereka, dengan catatan...*no women*.
Shaka sudah beranjak dari duduknya, "gue balik lah...udah jam 10. Kasian Senja kalo mesti balik kemaleman nungguin Vio."
Mendengar nama Senja, Maru lantas mendongak, "Senja di rumah lo nungguin Vio, Ka?"
"Iye! Dan lo justru mabok disini bareng Arlan sama yang lain. By, anter Nja balik, kasian, kemaleman dia baliknya. Kalo gue suruh nginep di rumah, dia suka nolak." Pinta Shaka pada Alby bersiap dengan jaketnya.
"Mei?" tanya Jingga.
"Mei udah dianter Senja, Ci Yu sama Lula pesen taxi online setelah Senja balik lagi dari anter Mei." Shaka menepuk-nepuk celananya.
"Gue balik guys, ketemu lagi di nikahan Jingga--Mei dua hari lagi...By yok." panggilnya pada Alby setelah pamit.
"Oke...oke. Ntar gue balik lagi, mau lanjut ngga?" kikik Alby melihat Arlan yang sudah hampir tak bisa bangkit dari posisinya, "titip Senja, By."Ia melirik Maru yang masih tertegun, seakan paham dan sadar jika Maru tengah menyesali tindakannya sendiri malam ini, Arlan berdecak, "elah...udah terlanjur. Lagian lo ngga bisa nganter Senja lagi mabok gini. Yang ada bahaya buat Senja sama anak lo nanti."
Mahad menggeleng, "an jing. F...uck Ru! Gue masih ngga nyangka lo sama Senja? Kapan coba!"
"Ya lo tadi liat kan di cctv, si Nja bawa-bawa susu bumil, pake alesan buat Vio."
"Padahal gue percaya, Maru yang paling waras diantara kita." Zaltan berucap diangguki yang lain.
Semua masih tak menyangka jika kalimat keramat itu keluar dari mulut Maru tadi.
Awalnya, kekalahan permainan pirates Roulette yang diambilnya mengantarkan Arlan mendesak Maru dengan pertanyaan-pertanyaan menjebak tentang Senja.
"Gue titip anak di Senja."
"Ha?!"
"An jing! Maksud lo----Ru?!"
Maru menepuk-nepuk kepala yang sudah terasa pusing karena minuman itu untuk kemudian cangkir berisi minuman yang telah disediakan oleh Jovi diteguknya lagi lancar melewati tenggorokan.
Arlan menatap Maru tajam, "bang sat emang lo, Ru."
Dan begitu pula dengan Arlan, yang salah langkah membuat ia dicecar pertanyaan Maru, "Lo sama Senja pernah ciuman? Kapan?"
"Iya. Abis lulus S1, waktu gue sama Senja lagi deket-deketnya. Gue tahan mati-matian, karena gue tau Senja suka lo dari dulu, gue cuma mau menghargai perasaan Senja dan gue sendiri, sadar kalo gue belum pantes, sadar kalo gue paksakan, Senja justru ilfeel...gue juga ogah cuma jadi pelarian doang. Jadi bayangan lo."
"Munafik kalo gue ngga punya perasaan setelah gue sama Senja ciuman."
Dan drama berebut Senja antara Arlan dan Maru itu disaksikan oleh keenam laki-laki lainnya, "gokil an jing. Baru buka-bukaan sekarang, nih dua mo nyet." Jovi justru menjadi wasit saja bersama kekehan Mahad dan Alby, sementara Jingga sudah mencoba menghentikan keduanya, "udah lah. Lo berdua ngga beres."
"Tenang aja Ga, gue oke kok. Ngga apa-apa...semua pilihan ada di Senja. Dan gue baik-baik aja, meskipun Senja tetep milih nih cowok ngga peka." Arlan menggeleng, "bukan--bukan. Senja lebih milih sendiri sebenernya." Kekeh Arlan menyunggingkan senyum tengilnya, "cuma akhirnya gue tau. Kalo dia masih belum bisa move on dari Maru. Senja ngga pandai nyembunyiin itu."
"Ya gimana mau move on, udah naro bibit gitu." Cibir Arshaka, "bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan? Kok bisa?"
"Harga diri lo tercomot ya, Ka? Biasanya lo yang paling tau..." Zaltan cekikikan.
"Senja, astaga..." geleng Jovi menggaruk kepalanya, "gue ke Jepang lo bertiga udah sejauh ini, lo juga Zal. Kacau, gue balik yang satu sad boy, yang satu udah main naro anak aja..." omel Jovi.
"Gue ngga mau pertemanan yang udah kita bangun dari sejak kkn bubar." Ujar Alby digelengi Arlan dan Maru.
Oke, awalnya Maru ingin menjelaskan jika anak yang ia maksud adalah boneka beruang yang Senja beri nama Jojo, tapi saat Arlan bilang jika pada kenyataannya Senja masih menaruh hati untuknya sampai saat ini, maka dengan caranya itu ia ingin memukul mundur Arlan. Anggap saja ia sedang berjuang meraih Senja yang jika dirinya tak bergerak, Arlan sudah siap merebut hati Senja, terlebih kini Arlan sudah memiliki alasan kuat.
.
.
.
.
Aaaaah..... lega..... lihat sang pujaan duduk bersila menunggu....
kenapa sich ngk ungkapin aja biar jelas gitu
ini kesan maru msih plin plan gitu
luruh sudah ketemu tambatan hati yg lagi ngemper depan partemen kamu bang... serasa dpt aer di gurun pasir klo dah ketemu nja...ademm ayemm ws poko e 😂