Irgi beralih menatap Humaira.
Wajah calon istrinya itu sangat polos tanpa make up sama sekali. Tubuhnya juga dibalut baju gamis panjang serta jilbab pink yang menutup bagian dadanya. Dia sungguh jauh berbeda dengan pacarnya yang bernama Aylin.
Selain memiliki wajah yang cantik, Aylin pandai berdandan serta modis dalam berpenampilan. Kepopulerannya sebagai influencer dan beauty vloger membuat Irgi sangat bangga menjadi kekasihnya.
Namun wasiat perjodohan mengacaukan semuanya. Dia malah harus menikahi gadis lain pilihan kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mertua dan Menantu
"Aduh wanginyaaa...." Sebuah suara khas yang ramah dan renyah tiba-tiba memenuhi dapur dan memecah pikiran Humaira yang sedang memasak.
Pandangan Humaira langsung beralih ke arah sumber suara. Ia menemukan sosok mama mertuanya sedang berdiri pada radius tiga meter dari posisi ia berdiri.
"Mamaa!" serunya sambil berjalan mendekat lalu menghambur ke pelukan Ibu Elisa.
Senyum Humaira mengembang, aura sang mama memang sanggup membangkitkan kebahagiaan orang lain yang berada di dekatnya. Gadis itu lalu menyalami tangan Ibu Elisa.
"Kamu sehat, Maira?" tanya Ibu Elisa sambil tersenyum.
"Alhamdulillah, Ma. Aku sehat. Mama juga sehat kan?"
"Yaa, mama emang sehat. Tapi mama kesepian. Papa lagi keluar kota, makannya mama mau nginep di sini." Ibu Elisa melongok pada isi wajan yang bertengger di atas kompor.
"Aku nyoba masakin Mama. Kata Irgi mama suka ikan gurame."
"Ini bener Kamu yang masak, Maira?" Ibu Elisa nampak kurang percaya namun tatapannya berubah bangga.
Asisten rumah tangga di rumahnya yang sudah paruh baya mungkin sering memasak aneka hidangan yang enak, tapi jika yang memasak adalah perempuan muda seperti menantunya, ia cukup takjub dibuatnya.
"Iya, Ma. Bener kok. Ini Ikan gurame masak pesmol."
"Hemm..Keliatannya menggoda banget, banyak cabe sama kemanginya. Papanya Irgi juga suka ini, Maira."
"Oiya, Ma?"
"Iya, dia doyan banget masakan Indonesia kayak gini. Kamu hebat bisa masak begini!"
"Tadi Irgi juga bantuin aku kok, Ma."
"Masa? Dia emang mau pegang alat-alat masak?"
"Ya, bantu ngupasin bawang merah sama bawang putih aja si."
Kedua wanita, menantu dan mertua itu saling pandang lalu tertawa bersama. Kini mereka mempunyai objek yang sama untuk bahan humor mereka. Ibu Elisa tidak bisa berhenti membayangkan bagaimana putranya memegang pisau lalu mengupas bawang.
"Aku juga bikin rujak buah, Ma. Mama tunggu aja di sana sama Irgi, nanti aku bawain ke sana." ucap Humaira sambil menuju lemari pendingin.
"Waah, mama bener-bener diservice seperti tamu, Maira!"
Bukannya menuruti ucapan sang menantu, Ibu Elisa malah berdiri melihat Humaira menyiapkan bengkoang dan pepaya yang sudah diiris-iris ke dalam piring.
"Enggak kok, cuma begitu aja. Mama mau sambelnya dicampur atau dipisah?"
"Langsung campur aja, Maira. Mama ke sana dulu ya."
"Mama mau minumnya apa?"
"Air putih aja."
Begitu waktu makan siang tiba, Humaira langsung menyiapkan hidangan di atas meja. Dua ekor ikan gurame bumbu kuning sudah berpindah ke piring saji. Humaira juga membuat tumis kangkung serta menggoreng tahu dan tempe untuk lauk tambahan.
"Dari kapan, Kamu bisa masak begini, Maira?" Mama mulai mengisi piringnya dengan nasi dan aneka lauk.
"Kalo nyoba resep-resep baru pas SMA. Ibu kan sibuk kerja, jadi aku suka eksperimen di dapur buat bikin lauk makan sendiri."
Ibu Elisa mengangguk. Ia langsung mencicipi makanan itu.
Irgi yang sejak tadi duduk di sebelah mamanya sudah lebih dulu menikmati masakan istrinya. Dia sudah dua kali mencicipi masakan Humaira, dan rasanya memang sangat lezat.
"Hemm, enak banget, Maira! Mirip masakan restoran." ucap Ibu Elisa dengan tangan yang berbumbu.
Ucapan Ibu Elisa tidak basa-basi. Dia bahkan terus menambah isi piringnya
"Mama bisa aja!" Humaira tersipu malu.
"Kamu beruntung Irgi, punya istri cantik, solehah, pinter masak lagi." Mama menatap mata Irgi lekat.
"Iya Ma." Irgi hanya tersenyum.
"Semoga, Mama sama Papa bisa cepat dikasih cucu juga sama kalian ya." ujar Mama melanjutkan.
Ia memandang Irgi dan Humaira bergantian.
"Tenang aja, Ma. Kita usaha tiap malem kok. Iya kan, Sayang?" Irgi melirik Humaira yang masih sibuk mengunyah.
Hampir saja sang istri tersedak mendengar dialog suaminya yang pandai mengarang cerita. Tiba-tiba saja, otaknya membayangkan apa yang baru saja dikatakan oleh Irgi.
Humaira hanya tersenyum.
***
Malam harinya,
"Tadi siang, kenapa Kamu ngomong tiap malem kita usaha bikin anak? Sandiwara mu kelewatan!" Humaira menarik selimut ke arahnya lalu memunggungi tubuh Irgi di sebelahnya.
Irgi tertawa pelan.
"Kamu masih mikirin itu? Apa mau kita coba malam ini?" Suara Irgi terasa begitu dekat di telinga Humaira.
"Jangan berani coba-coba, ya! Abis Kamu lebay. Kalo mama berharap beneran, gimana?" Humaira menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Diantara cahaya remang di kamarnya, Irgi tertawa pelan melihat sikap istrinya yang sangat polos. Dia senang bisa mengerjai gadis itu.
"Emang Kamu belum pernah begituan, Maira?" Irgi menatap gundukan selimut di sebelahnya.
Tiba-tiba gundukan itu bergerak, sebuah kepala muncul dari baliknya.
"Kamu pikir, aku cewek apaan?" seru Humaira dengan nada tajam.
Pertanyaan Irgi sangat tidak sopan.
"Ya maap, aku kan cuma nanya!"
Irgi menyadari jika dirinya telah salah berucap.
"Gak semua perempuan itu sama. Mending Kamu cepet tidur sana! Besok pagi kan harus anter mama pulang."
"Iya, iya. Jangan kencang-kencang ngomongnya, nanti mama denger. Dikira kita berantem lagi!"
Humaira tidak menyaut lagi. Dia kembali marapatkan selimutnya lalu berusaha untuk terlelap.
Di sebelahnya, Irgi sedang membuka dua pesan yang masuk ke ponselnya tiga puluh menit lalu. Aylin mengiriminya dua buah foto dengan latar belakang pantai dan tubuh sexynya yang hanya berbikini.
Irgi sontak terkejut melihatnya. Darah langsung berdesir hebat, irama jantung juga terasa lebih cepat. Dia laki-laki normal. Melihat pemandangan seperti itu tentu membuat hasratnya bangkit.
Semenjak Aylin tahu kalau Irgi sudah menikah, sikap gadis itu memang berubah. Dia sering mengirimi Irgi foto-fotonya yang berpakaian terbuka. Dia juga tak malu mengajak Irgi untuk menginap di apartemennya. Itu semua membuat tubuh Irgi semakin panas.
...****************...
hmm covernya bagus kak