kisah sekretaris yang nikah sama bos nya
⚠️ mengandung scene dewasa ⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecolongan
"Haduh, aku taruh dimana ya" Hazel mengacak-acak rambutnya, sudah sepuluh menit dia mencari dokumen yang entah dia simpan dimana sebelumnya. Hazel benar-benar lupa, hampir seluruh sudut diruang kerjanya berantakan akibat pencariannya itu. Dihadapan lemari besar yang berisi buku-buku dan tumpukan map berisi dokumen, Hazel kembali mencari dengan fokus dan perlahan-lahan. Dia yakin dokumen yang dia cari ada disini.
Cukup sulit menjangkau rak yang paling atas, Hazel mencoba menggeser meja kecil tempat vas bunga yang akan ia gunakan untuk mencari dokumen diatas sana. Setelah melepas heelsnya, Hazel berpegangan pada lemari, dengan hati-hati dia memberanikan diri untuk naik. Mejanya sedikit bergoyang, membuat Hazel tegang.
Belum lama tangannya menjelajah bagian atas, meja yang Hazel naiki goyah. Hazel yang tidak sempat berpegangan membuatnya terhuyung bersamaan dengan mejanya. Hazel reflek menjerit, namun, jeritannya itu terhenti saat merasa ada seseorang yang menangkap tubuhnya. Hazel bernafas lega, tubuhnya tidak jatuh ke lantai.
Perlahan membuka kedua matanya, Hazel terkejut saat melihat siapa sosok yang sudah menyelamatkannya. Bukan Dave, suaminya, melainkan Jean. Ya, laki-laki itu yang menangkapnya. Jean pun menurunkan Hazel perlahan sebelum menjewer telinganya dengan gemas. Jean kesal, Hazel bisa saja jatuh dengan posisi yang fatal. Beruntung dia datang tepat waktu.
"Kamu disini? Ngapain?."
"Heh, minimal say thanks dulu."
"Iyaaa, makasih. Tapi kamu ngapain disini, Jean?."
"Nganterin Mama, ada urusan sama Dave. Lo mau ngambil apa diatas?."
"Oh iya, kamu kan tinggi. Kamu mau nggak bantuin aku cari dokumen diatas sana?" Tanya Hazel sambil menunjuk rak yang paling atas, dia akan memanfaatkan kehadiran Jean disana. Postur tubuh Jean yang cukup tinggi akan mempermudah Hazel mencari dokumennya.
"Bantuin aku, ya?."
"Boleh, tapi lo bisa kasih gue apa?."
"Huh? Aku harus kasih apa?."
"Aku kan udah kasih semuanya waktu tidur sama kamu?."
"Hahaha...kenapa mikir kesitu, sih?."
"Ya udah, dokumen apa yang harus gue cari?."
"Laporan tahunan, ada tulisannya didepan."
Jean mulai mencari, membaca satu persatu halaman paling depan dari jajaran dan tumpukan dokumen dibagian paling atas. Hazel pun ikut mendongak, memperhatikan sambil menunggu Jean yang masih sibuk dengan tugasnya.
Tidak butuh waktu lama Jean menemukan map yang Hazel cari. Dia berikan map itu pada Hazel yang tampak membuang nafas lega dan tersenyum lebar seketika.
"Makasih, Jean. Kamu boleh pergi" Hazel berlalu, meninggalkan Jean untuk melanjutkan pekerjaannya.
Tetapi sepertinya Jean tidak terima Hazel meninggalkannya begitu saja. Jean menghentikan Hazel yang berjalan menuju meja kerjanya. Jean mengurung Hazel di himpitan dinding, tangannya perlahan memutar kunci pintu ruangan Hazel. Hal itu membuat Hazel terbelalak, dia mulai takut, apa yang akan Jean lakukan? Jangan sampai hal yang sama terulang kembali, saat Jean menciumnya dengan paksa
"Gue kangen lo, Zel" Jean memeluk Hazel tanpa permisi, Hazel pun terpaku, mendadak bingung harus berbuat apa.
Yang Hazel takutkan hanya kedatangan Dave, bagaimana jika suaminya itu mendapati pintu ruangannya terkunci dan melihat Jean sedang bersamanya? Hazel mulai takut, perlahan dia menurunkan tangan Jean yang sedang memeluknya.
"Jangan kayak gini, Jean. Aku berasa lagi selingkuh."
"Boleh juga, gue mau kok jadi selingkuhan lo."
"Aku nggak mau bercanda!."
"Kenapa? Lo nikah sama Dave demi Oma kan, itu tandanya lo nggak cinta sama Dave?."
"Kamu sok tau" Hazel mendorong Jean, mencari jalan untuk menjauhi laki-laki ini. Tetapi lagi-lagi Jean menahan langkahnya. Tangannya mencengkram kuat pergelangan tangan Hazel,
"Lepasin aku" Hazel memberontak, sekuat tenaga dia lepaskan tangan Jean. Raut wajah Jean berubah, dia mulai kesal dan rahangnya mengeras. Penolakan Hazel membuat amarahnya menonjak,
"Kalo kamu kayak gini terus, aku bakal jauhin kamu."
"Apa bisa? Hm?."
"Jean!" Hazel semakin kuat, kedua tangannya mencoba melepaskan Jean namun terasa sulit, Jean jauh lebih kuat darinya. Hazel mulai lelah, setengah tenaganya habis setelah berkali-kali mencoba melarikan diri dari laki-laki dihadapannya ini. Hazel pasrah, nafasnya terdengar sangat berat.
"Mau kamu apa, sih?."
"Gue cuma mau lo."
"Aku ini Tante kamu, Jean."
"Sial! Gue nggak suka lo ngomong kayak gitu."
"Lo itu cuma milik gue, Zel."
"Ya Tuhan" Hazel bergumam. Jean tidak pernah berubah, selalu seperti ini. Sama seperti saat Hazel masih menjalin hubungan dengan Samuel, Jean pun berusaha merebut dan memilikinya. Jean posesif, seakan Hazel adalah miliknya.
Dan kejadian itu terulang lagi saat Hazel menjadi istri Dave, Pamannya. Jean tidak rela lagi-lagi Hazel meninggalkannya bersama pria lain. Rasa cintanya pada Hazel begitu besar dan tidak pernah hilang. Jean masih berharap bisa memiliki Hazel suatu saat nanti, akan dia upayakan bagaimana pun caranya.
Masih bertahan diposisi mereka, tangan Jean perlahan turun kebawah. Mengusap lembut perut Hazel dari luar pakaiannya. Hazel tercekat, kali ini apa yang Jean lakukan? Mengapa laki-laki ini mengusap perutnya.
"J-Jean...kamu ngapain?."
"Sebaiknya lo jangan berfikir buat jauhin gue, nggak akan bisa."
"Karena diperut lo ini, anak gue bakal tumbuh."
"Enggak! Enggak! Nggak boleh."
"Jelas-jelas kamu pakai kon dom, aku sendiri yang pasang."
"Terus, apa lo tau kalau gue ngelepas karet sialan itu? Lo nggak tau, Zel, lo nggak sadar."
"Gue keluar banyak, sangat banyak."
"Enggak...nggak mungkin."
"Hehe, kabarin gue kalau lo hamil, okay?" Jean tersenyum manis sambil mengusap kepala Hazel. Dia pun pergi dan meninggalkan Hazel yang langsung terduduk lemas diposisinya.
Hazel kesal, dia lempar semua dokumen yang masih ada ditangannya. Amarahnya hampir meledak, mengingat kecurangan yang Jean katakan. Bagaimana bisa dia tidak tahu Jean melakukan itu, melepaskan alat pengaman yang dia pakaikan sebelum berhubungan in tim? Hazel tidak terima, Jean benar-benar curang.
Ketakutan yang sama pun muncul kembali. Bayang-bayang kehamilan terasa nyata setelah Jean mengatakan fakta yang baru Hazel ketahui. Bukan lagi soal alat pengaman yang tidak bisa mencegah kehamilan, tetapi Jean benar-benar melepaskannya. Hazel mengingat-ingat momen saat bermalam bersama Jean, bagaimana bisa kejadian itu luput dari perhatiannnya? Kapan Jean melakukannya? Hazel berdecak kesal, dia tidak bisa mengingatnya. Dia merasa bodoh, dia tidak tahu apa-apa. Dan mengapa Jean baru mengatakannya?
"Pasti Jean bercanda? Dia lagi bohongin aku aja, kan?."
Hazel mengusir pikiran buruk tentang bayang-bayang kehamilan. Hazel yakin Jean hanya bercanda, tidak mungkin Jean berbuat curang. Tetapi bagaimana Hazel membuktikannya? Hazel bahkan tidak bisa berfikir jernih. Hazel pun bangun dan mengejar Jean, dia akan meminta Jean untuk berkata jujur.
"Jean?" Hazel memanggil saat Jean hendak menutup pintu ruangan Dave.
Didalam, Dave dan Davina kompak menoleh. Davina tinggalkan pekerjaannya dan menghampiri Hazel yang masih berdiri diluar. Senyum lebar mengembang dibibir Davina, wanita itu memeluk Hazel dan mengusap lembut kepalanya.
"Hazel, aku pinjam sebentar suami kamu, ya. Ada kerjaan, hehe."
"Iya...Kak."
"Hm?" Jean mengernyit, panggilan apa yang Hazel tunjukkan kepada Mamanya? Kak? Kakak? Jean menatap Hazel dengan tajam, Hazel benar-benar menjalankan peran istri dengan cukup baik, Hazel menganggap sang Mama adalah kakak iparnya. Membuat Jean semakin kesal dan semakin kuat tekadnya untuk memiliki Hazel.
...••••...
...bersambung...
Maap baru update, gak enak badan akutu😵Gak ada semangat buat posting bab terbaru. Maap ya preennn doakan aku sehat terus
dan bisa cepat-cepat update cerita yang makin seru ini....
Jangan lupa subscribe biar gak ketinggalan!!!! Nanti nyesel lohhh!!!
buat hazel si cwek gatel semoga dave ninggalin lu,lu gk pantes jd istrinya😡😡😡