NovelToon NovelToon
Kutu Buku Mendapatkan Sistem

Kutu Buku Mendapatkan Sistem

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Sistem
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: jenos

Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.

Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.

Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?

Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20

Jansen segera mengeluarkan.

KTP yang ia miliki, lalu

menunjukkan sebuah kunci.

yang in pegang erat.

Security mengambil

keduanya dan memeriksanya

dengan seksama, membawa

masuk kedalam Pos untuk

mencocokkan.

Wajah Jansen tampak

sedikit cemas, sedangkan Abang

Ojek terlihat tenang dan percaya

diri. Setelah beberapa saat,

security itu mengembalikan KTP

dan kunci pada Jansen, lalu

membuka palang penghalang.

"Terima kasih," ucap Jansen

sambil tersenyum lega. Abang

Ojek mengangguk dan keduanya

melanjutkan perjalanan yang

tertunda.

Security tadi dengan cepat la

menghubungi Manajer Sony

melalui walkie-talkie

yang ada di

tangannya. "Manajer Sony,

seseorang telah membawa kunci

kediaman No 1, lapor pria

tersebut dengan suara serius.

"Bagaimana ciri-cirinya?"

tanya Sony dengan nada

waspada.

"Dia masih sangat muda dan

tampak lusuh. Namun, karena

identitas di KTP-nya cocok

dengan yang tercantum dalam

data, saya pun membiarkannya

masuk. Saat ini, orang itu

sedang menuju kediamannya,"

jelas pria berpakaian seragam

itu.

"Aku akan kesana," kata

Sony dengan tegas sebelum

memutuskan sambungan.

Sementara itu, Jansen yang

sedang berada di jalanan tengah

menatap

layar hologram yang

hanya bisa dilihat olehnya

sendiri. Di layar tersebut, in

melihat peta yang menunjukkan

lokasi kediaman No 1.

"Berhenti di sini sajal" ucap

Jansen dengan tegas sambil

menepuk

bahu Abang Ojek yang

mengendarai motornya. Abang

Ojek segera menghentikan.

motornya dan memandang ke

arah yang ditunjuk Jansen

Mereka berhenti tepat di

depan sebuah rumah mewah

yang menjulang

tinggi, jauh

lebih megah daripada rumah-

rumah lain di komplek

perumahan tersebut. Pintu

gerbangnya terbuat dari besi

tempa dengan ornamen yang

indah, dan taman di depannya

terawat dengan rapi.

Namun, dibalik

kekagumannya. Abang Ojek

hanya bisa menduga bahwa

Jansen tinggal di tempat itu

bukan sebagai pemilik.

melainkan sebagai pekerja,

mungkin sebagai tukang kebun

atau sopir.

Jansen sendiri tak hisa

menahan kekagumannya saat

melihat rumah itu.

Semua aspek rumah

tersebut menunjukkan

kemewahan, mulai dari

tingginya pagar yang melingkari

hingga material yang digunakan

untuk membangunnya, la

bahkan mengira bahwa untuk

membuat pagar tersebut saja

Memerlukan biaya ratusan juta.

Sementara itu, Abang Ojek melihat ekspresi wajah Jansen yang tampak terpana. Ia tersenyum simpul, lalu berkata, "Wah, rumahnya bagus banget ya, Mas? Pasti enak kerja di sini."

Jansen tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah Abang Ojek. Ia tersenyum tipis, lalu menjawab, "Iya, memang rumah ini sangat bagus. Tapi, bukan sebagai pekerja, saya tinggal di sini sebagai pemilik rumah."

Jansen mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan berwarna merah dari dompetnya dan menyerahkan pada Abang ojek yang baru saja mengantarkannya. "Terima kasih," ujar Jansen dengan

senyum ramah.

Abang ojek tampak terkejut

dan tidak menyangka akan

diberi uang sebanyak itu. Ia

mengerutkan dahi, ragu apakah

harus menerima uang tersebut

atau tidak. Sojenak, ia melirik ke

sekelilingnya, mencari tanda

tanda kamera tersembunyi yang

mungkin mengawasi situasi ini.

Bila ada, ia berniat untuk

menolak uang tersebut.

Namun Jansen seakan tahu

apa yang dipikirkan abang ojek

dan langsung berkata,

"Ambillah. Ini adalah bonus

untukmu. Namun ingat, jangan

kau habiskan judi slat."

Abang ojek tersenyum pahit,

merasa ditegur dan diingatkan

oleh Jansen. ia lalu menerima

uang tersebut dengan perasaan

bersyukur dan berjanji pada

dirinya sendiri untuk tidak

menghabiskannya untuk hal-hal

yang sia-sia seperti perjudian.

Sebagai gantinya, ia akan

menggunakan uang tersebut.

untuk kebutuhan keluarga dan

memperbaiki kondisi motornya

agar lebih aman dan nyaman

untuk penumpangnya.

Abang Ojek itu melirik ke

arah Jansen, dan sebuah

senyuman hangat merekah di

wajahnya. Sorot matanya yang

cerah menggambarkan betapa

bahagianya dia. Dengan

semangat, dia memutar kembali

motornya dan melaju pergi dari

tempat itu, meninggalkan rasa

bahagia yang menular.

Sementara itu, Jansen

berjalan menuju pagar yang

tidak terkunci. Tangannya sudah

siap untuk menggeser pagar,

namun tiba-tiba sebuah mobil

sedan berhenti tepat di

belakangnya, membuatnya

terkejut dan menghentikan

langkahnya.

Jansen menghentikan

gerakannya untuk mendorong

pagar dan perlahan berbalik

badan, menatap mobil sedan

yang berhenti di belakangnya.

Dia meram penasaran siapa

orang yang ada di dalamnya,

sebab dia tidak terlalu mengenal

seri mobil-mobil yang ada di

jalanan.

Pintu mobil sedan itu

terbuka, dan muncullah satu

sosok yang turun dari kursi

kemmdi. Orang tersebut tampak

tersenyum lebar saat menatap

Jansen, membuatnya semakin

penasaran. Siapa gerangan

orang ini, dan apa yang ingin la

lakukan di sini?

"Salam kenal Tuan, saya

adalah Sony, manajer

Perumahan Residen." Sony

mengulurkan tangan dengan

senyuman ramah pada Jansen.

la melihat pakaian Jansen

sejenak dan benar-benar tidak

mencirikan orang yang memiliki

banyak uang. Pakaian Jansen

tampak lusuh dan berwarna

pudar, seolah sudah lama tak

diganti.

"Sebelumnya saya

mendengar bahwa kediaman

Nomor satu ini sudah dipesan

ketika pembangunan awal dan

selama beberapa tahun ini tetap

kosong. Untungnya saya masih

berkesempatan melihat

pemiliknya. Senang rasanyu.

Semoga Anda betah tinggal

disini," ucap Sony dengan tulus.

Jansen menerima uluran

tangan Sony dengan sikap

sopan. "Terima kasih banyak

sudah menjaganya," ujar Jansen

sambil tersenyum tipis.

Walaupun penampilannya

tidak mencerminkan kekayaan,

namun aura yang ditunjukkan

Jansen membuat Sony merasa

kagum. Jansen memiliki sikap

tenang dan percaya diri, seolah

dia tahu betul apa yang ingin

dicapainya dalam hidup.

Mereka berdua kemudian

berjalan bersama melihat-lihat

isi dalam rumah yang akan

menjadi tempat tinggal baru

bagi Jansen. Sony menjelaskan

berbagai fasilitas yang tersedia

di Rumah tersebut, sementara

Jansen mendengarkan dengan

seksama, sesekali mengangguk

atau mengajukan pertanyaan.

Sony berdiri di depan

rumah mewah Pak Jansen

dengan wajah berseri-seri. In

menyerahkan kartu nama

pribadinya kepada Jansen,

bukan kartu nama kantornya.

"Baiklah Pak Jansen, sekiranya

Anda membutuhkan bantuan

saya, tolong hubungi saja nomor

ini. Ini adalah nomor pribadi

saya! ujar Sony penuh

semangat, la tahu, menjalin

hubungan dengan orang kaya

seperti Jansen bisa membawa

banyak keuntungan bagi dirinya.

Rumah yang berada di

kawasan Residen Nomor 1 ini

memiliki harga fantastis,

mencapai 5 miliar rupiah. Lebih

mengagumkan lagi, dibayar

rumah tersebut secara tunai.

Sony sangat mengetahui betapa.

kaya raya dan berpengaruhnya

orang yang bisa

menggelontorkan uang sebesar

itu, sehingga ia berharap dapat

bekerja sama dengan pria

tersebut di masa depan.

"Baiklah Pak Sony," sahut

Jansen dengan ramah,

menerima kartu nama yang

diberikan. Sony merasa lega,

Jansen nampaknya terbuka

dengan ajakan kerjasama

darinya.

Dengan hati berbunga

bunga, Sony segera

meninggalkan kediaman mewah

Itu. Perasaan senang dan bangga

membayangi dirinya saat

melangkah keluar dari rumah

tersebut.

Jansen menyandarkan

tubuhnya di sofa yang empuk

dan nyaman, merasakan sensasi

yang belum pernah ia rasakan

sebelumnya. Selama hidupnya,

ia hanya mengenal perabotan

sederhana dan tak pernah

bermimpi akan memiliki semua

kemewahan ini

"Sungguh ini sebuah berkah.

1
Pakde
lanjut thor
Pakde
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!