Nolan seorang sarjana fisioterapi yg memiliki mimpi menjadi seperti ayahnya seorang dokter hebat yg berhasil menyelamatkan banyak nyawa.
Tetapi dalam prosesnya banyak masalah muncul hingga akhirnya Nolan kehilangan kedua orang tuanya dan harus berjuang bertahan hidup bersama adiknya.
Disaat situasi yg putus asa, orang yg tidak pernah terpikirkan olehnya datang dan memberi secercah harapan.
Sebuah jalan baru yg memungkinkan Nolan untuk mengubah kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenjagaMalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Lance
Langit di atas Istana Kerajaan Sapin tampak gelap meski belum waktunya senja. Awan pekat bergulung-gulung seolah turut mencerminkan suasana yang menyelimuti ruang pertemuan rahasia di dalam kastil kerajaan.
Di ruangan bundar yang dibentengi sihir pelindung tingkat tinggi, tiga sosok agung duduk melingkar di kursi mewah.
Raja Blaine Glayder dari Sapin duduk tegap, matanya tajam dan wajahnya tegang. Di sampingnya berdiri Lance Bairon Wykes, lengan bersilang dan ekspresi dingin seperti biasa bersama lance Varay Aurae.
Raja Alduin Eralith, penguasa Elenoir dari ras elf, terlihat sedikit muram. Matanya yang biasanya tenang kini menyimpan bayang-bayang kegelisahan. Di belakangnya berdiri Lance Alea, sosok wanita elf yg terlihat tenang.
Raja Dawsid Greysunders dari Darv, ras dwarf, duduk sambil mengetukkan jari-jarinya ke lengan kursi. Wajahnya penuh amarah, dan bahunya sesekali bergetar karena emosi yang ditahan. Di sisi kanannya juga ada seorang lance pria berkulit hitam.
Di tengah ruangan, meja bundar menyala dengan proyeksi sihir yang menampilkan gambaran kabur dari sebuah kastil besar yang dahulu mengapung di langit kini lenyap tanpa jejak.
“Ini bukan sekadar kehilangan,” ucap Raja Blaine akhirnya, suaranya berat. “Kita sedang berbicara tentang kekuatan simbolis dan peninggalan para leluhur yg sangat berharga. Kastil terapung lenyap dan semua penjaganya ditemukan tidak sadarkan diri di depan guild petualang.”
“Dan yang lebih buruk,” sambung Raja Dawsid, nadanya penuh geram, “setiap prajurit yang kita temukan telah kehilangan ingatan mereka sepenuhnya! Sihir tingkat tinggi, mungkin necrotic atau sesuatu yang bahkan lebih asing.”
“Ilmu sihir kami tidak mampu mengurai jejak manapun dari pelaku,” ujar Varay, yang kini ikut bicara. “Seolah kastil itu dipindahkan, bukan dihancurkan.”
Raja Alduin mengangguk pelan. “Bahkan elf penyelidik kami, para High Seers, tidak melihat apapun. Hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.”
Hening sesaat menyelimuti ruangan. Desiran sihir pelindung yang mengalir lembut di dinding ruangan terdengar seperti bisikan kematian di antara ketegangan.
"Banyak laporan tentang aktifitas dongeon yg mulai aneh, mungkin hal hal ini saling berkaitan.” ujar Bairon, matanya menatap Raja Blaine. “Mana beast yg seharunya muncul di dongeon tingkat A kini beberapa kali terlihat di dongeon tingkat C.”
“Dan saat ini,” sambung Lance Alea dengan suara rendah, “aktivitas mana beast di dungeon meningkat di seluruh penjuru benua. Banyak dungeon yang seharusnya sudah ‘mati’ kembali aktif.”
Raja Dawsid akhirnya berdiri. “Cukup! Kita tidak bisa hanya duduk dan berdebat. Ketiga kerajaan sepakat untuk bersatu jadi kita harus mengerahkan semuanya untuk menyelidiki masalah ini.”
“Setuju,” ujar Raja Blaine. “Kita kirimkan para Lance untuk menyelidiki kemungkinan jejak keberadaan kastil terapung. Titik awal akan kita pusatkan di wilayah Beast Glade. Banyak anomali mana tercatat di sana belakangan ini.”
“Lance Alea akan berangkat malam ini,” perintah Alduin.
“Bairon juga akan bergabung,” Raja Blaine menambahkan, menoleh ke arah Lance kebanggaannya.
Lance Bairon hanya mengangguk tanpa kata.
Sebelum mereka bubar, Varay sempat berkata. "Sebelum itu kita harus memutuskan tempat yg tepat dan strategis sebagai pengganti kastil terapung."
Raja Alduin menjawab pelan namun tegas, “Lance varay benar dan tempat yg paling strategis menurut ku adalah akademi cyrus."
Raja Blaine langsung menggelengkan kepala. "Akademi Cyrus tidak di bawah kendali kerajaan, mengubahnya menjadi markas anggota dewan perlu persetujuan dari direktur akademi."
Raja Alduin dengan cepat menjawab. "Ayah ku memiliki hubungan dekat dengan direktur, mungkin dia bisa membantu untuk bernegosiasi."
Dua target akhirnya di tetapkan, pertama menemukan penyebab hilangnya kastil terapung dan kedua mendapatkan tempat yg cocok sebagai pengganti kastil terapung yaitu kota Cyrus karena Kota ini sama sama terapung di langit serta memiliki banyak gerbang portal yg mengarah ke berbagai tempat di benua termasuk wilayah ras lainnya.
Mengubah kota Cyrus menjadi benteng pertahan juga tidak akan sulit karena banyaknya sumber daya serta keluarga bangsawan kelas atas yg tinggal di sana.
Wilayah Beast Glade diselimuti kabut tebal. Hutan lebat yang dipenuhi reruntuhan, akar menjulur seperti cakar iblis, dan udara yang pekat oleh aroma busuk darah.
Tiga Lance utusan raja, kini berpencar. Masing-masing menelusuri dungeon-dungeon yang tersebar, dari gua-gua tak bernama hingga reruntuhan kuno yang terkubur dalam tanah.
Tapi yang mereka temukan hanyalah mayat. Bangkai mana beast dengan tubuh tercabik, organ dalam terbakar atau membeku, seolah-olah dibunuh oleh banyak jenis sihir dalam satu waktu. Bahkan di antara mereka, ditemukan beberapa mayat beast rank S, yang seharusnya mustahil terbunuh dengan mudah.
“Ini... pembantaian,” gumam Lance Bairon, menatap tumpukan daging tak bernyawa di salah satu dungeon yang sudah ditelusurinya.
Di sisi lain, Alea bergerak lebih dalam ke utara Beast Glade.
Ia berjalan tenang, namun langkahnya penuh kehati-hatian. Di belakangnya, 50 prajurit elit dari Elenoir mengikuti dengan siaga.
“Aku bisa merasakan... sesuatu mengalir di udara,” ucap Alea lirih. “Bukan mana biasa.”
Tanpa peringatan, bayangan dari pepohonan di sekitar mereka mulai bergoyang… bergerak... menyerang.
“Awas!”
Duri hitam yang memanjang dari bayangan menembus leher dua prajurit di belakangnya secepat kilat. Darah menyembur ke udara.
“Formasi pertahanan—!”
Terlambat. Bayangan di tanah mencuat seperti tombak hidup. Prajurit lain mati sebelum sempat bersiaga. Hanya Alea yang mampu menghindar, menciptakan medan tumbuhan berduri sebagai penghalang.
Dari balik kegelapan dongeon, muncul sosok pria bertubuh ramping namun berbahaya. Matanya berkilau merah darah. Jubahnya hitam, menyatu dengan bayangan di tanah. Suaranya tenang, nyaris seperti bisikan.
“Telinga panjang, kamu pasti berasal dari ras elf”
“Siapa kau?” Alea mencabut pedangnya, tanaman merambat menggeliat di sekelilingnya seperti ular siap menerkam.
“Namaku... Uto. Salah satu Retainers dari Benua Alacriya.”
Uto meluncur cepat. Bayangan di bawah kakinya memanjang, membentuk duri tajam yang menusuk dari segala arah. Alea berputar, membentuk perisai tumbuhan keras yang membelokkan serangan. Ia menyerang balik, tanaman melesat dari tanah, mengikat dan menebas bayangan seperti cambuk hidup.
Dua gaya bertabrakan: bayangan tajam dan kejam, melawan alam yang hidup dan liar.
Uto tertawa kecil. “Lance? Hanya segini?”
Dia menghilang ke bayangan, muncul di belakang Alea—cepat sekali!—dan menusukkan duri ke punggungnya. Alea berbalik, mengayunkan pedangnya. Darah menyembur, tapi bukan milik Uto. Pedangnya hanya menebas udara.
Luka demi luka tercipta. Tubuh Alea tergores dalam, perisainya hancur, tanaman merambatnya tercabik duri-duri bayangan. Ia berlutut, darah menetes dari dagunya, matanya buram. “Aku tak boleh kalah...”
“Selamat tinggal.”
Uto mengangkat tangannya, menciptakan tombak bayangan raksasa.
Namun saat ia hendak melempar—
"CLANG!"
Tombak itu terpental oleh sebuah tebasan gelap dari arah hutan.
Sosok pria tinggi dengan armor hitam pekat, menyerap cahaya sekitar. Ia membawa pedang panjang bergaya katana, auranya memancarkan tekanan gelap yang menusuk jiwa.
Nolan Mahaputra.
Tanpa sepatah kata, Nolan berdiri di depan Alea yang sekarat.
“Dan ini siapa lagi?” tanya Uto, senyumnya melebar.
Nolan tak menjawab. Ia melangkah maju, mengangkat pedangnya dengan satu tangan. Angin berhenti berhembus. Suasana berubah dingin... menyesakkan.
Uto menyerang lebih dulu. Duri-duri keluar dari tanah, dari dinding, dari udara. Nolan mengayunkan katana—sekali tebas—dan semua duri runtuh seperti ilusi.
Uto menyatu dengan bayangan, muncul di belakang Nolan. Serangan fatal.
Tapi pedang Nolan sudah ada di sana lebih dulu.
“KHACK—!”
Uto melompat mundur, pundaknya terbelah.
“Sihir yg mirip..." gumamnya
Nolan diam. Matanya bersinar merah. Dia menyerang, tak berkata apapun. Hanya suara pedang, dentingan, dan kilatan gelap yang menari di udara.
Uto mulai terdesak. Luka-luka mulai menghiasi tubuhnya. Ia tersentak saat satu tebasan Nolan hampir memotong kakinya.
Dengan satu gerakan cepat, Uto menciptakan kabut hitam dan menghilang ke dalam bayangan.
Suara tawa pelan terdengar dari kejauhan.
“Aku akan mencari tahu siapa yg mengirim mu”
Nolan menurunkan pedangnya, lalu berjongkok di sisi Alea.
“Masih belum terlambat” bisiknya, mencoba menyembuhkan luka parah Alea dengan energi hitam miliknya yang mengalir dari telapak tangan ke dada Alea. Meski tak sempurna, aliran energi itu menjaga nyawa sang Lance.
Alea membuka matanya samar. “Kau... siapa sebenarnya...?”
Nolan tidak menjawab pertanyaan itu melainkan memberinya pilihan. "Kondisi mu kritis jadi aku akan langsung ke intinya. Setia pada ku dan kamu akan selamat tetapi harus meninggalkan masa lalu mu sebagai lance atau kamu bisa memilih mati di sini sebagai seorang lance yg terhormat."