NovelToon NovelToon
Kau Rebut Calon Suami Ibuku, Kurebut Suamimu

Kau Rebut Calon Suami Ibuku, Kurebut Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: ila akbar

‎Menjalin hubungan dengan pria lajang ❌
‎Menjalin hubungan dengan duda ❌
‎Menjalin hubungan dengan suami orang ✅
‎Mawar tak peduli. Bumi mungkin adalah suami dari tantenya, tapi bagi Mawar, pria itu adalah milik ibunya—calon ayah tirinya jika saja pernikahan itu dulu terjadi. Hak yang telah dirampas. Dan ia berjanji akan mengambilnya kembali, meskipun harus... bermain api.


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ila akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Mawar terdiam, jemarinya menggenggam erat pinggiran buku diary itu. Matanya terasa panas, napasnya tersengal. Perlahan, ia memejamkan mata, berusaha menahan tangis yang semakin menggenang di pelupuk.

Ayah…

Sosok yang tak pernah sempat ia kenal dengan utuh. Ia masih terlalu kecil saat kepergian Ayah. Baru dua tahun—belum cukup mengerti arti kehilangan, belum cukup memahami betapa hancurnya dunia ibunya di hari itu.

Dengan tangan gemetar, Mawar berusaha melanjutkan membaca.

Hari itu, aku tengah sibuk mengurus Anjani dan Mawar yang bermain di halaman kontrakan kecil kami. Tawa mereka mengisi udara, menciptakan melodi terindah yang selalu menghidupkan hariku.

Aku ingat betul, saat itu langit begitu cerah. Matahari bersinar hangat, dan angin bertiup lembut, membuat dedaunan berguguran perlahan. Hari yang sempurna.

Namun, kebahagiaan itu runtuh dalam hitungan detik.

Seseorang berlari tergesa-gesa ke arahku. Nafasnya tersengal, wajahnya pucat pasi, dan matanya menyiratkan ketakutan yang begitu dalam.

“Resti... ada kecelakaan... Tama...”

Dunia seketika membeku.

Suara tawa anak-anakku yang tadi memenuhi udara mendadak lenyap. Angin yang semula terasa sejuk kini berubah menusuk hingga ke tulang. Aku ingin bertanya, ingin memastikan bahwa aku salah dengar—bahwa nama suamiku tidak seharusnya disebut dalam kabar buruk itu.

Tapi bibirku membisu.

Dada ini sesak. Kakiku gemetar. Namun, tanpa pikir panjang, aku berlari sekencang mungkin, menembus jalanan yang terasa semakin jauh. Hati kecilku terus berdoa, memohon agar semua ini hanya kesalahpahaman belaka. Bahwa saat aku tiba di sana, Mas Tama akan berdiri dengan senyumnya yang hangat, menatapku dengan tatapan penuh kasih seperti biasanya.

Namun, harapan itu hancur dalam sekejap.

Di tengah jalan, tubuh Mas Tama tergeletak tak bernyawa. Darah menggenang di sekelilingnya, menyatu dengan aspal yang panas. Wajah yang selalu menyambutku dengan kehangatan kini pucat dan membeku. Matanya terpejam, seolah hanya sedang tidur, tapi aku tahu... aku tahu ini berbeda.

Kakiku melemas. Aku jatuh berlutut di sampingnya, jemariku gemetar saat menyentuh pipinya—pipi yang dulu selalu hangat saat kusentuh.

“Mas Tama... bangun... ini aku, Resti... Mas, dengarkan aku...”

Suaraku parau, nyaris tak terdengar di tengah gemuruh dunia yang seakan runtuh di sekelilingku. Aku mengguncang tubuhnya dengan putus asa, berharap ini hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir.

“Jangan tinggalkan aku... Jangan tinggalkan Anjani dan Mawar... Mereka butuh Ayah mereka... Aku butuh Mas...”

Namun, Mas Tama tidak akan pernah membuka matanya lagi. Tidak akan pernah menyambutku dengan senyuman hangatnya lagi.

Tangisku pecah. Bersama darah yang mengalir di aspal, hatiku pun ikut hancur, meninggalkan luka yang tak akan pernah bisa sembuh.

Mereka bilang, Mas Tama adalah korban tabrak lari. Pelakunya melarikan diri, meninggalkan suamiku begitu saja di jalanan, tergeletak tanpa ada yang menolongnya.

Aku ingin marah. Aku ingin berteriak. Aku ingin menemukan siapa yang telah menghancurkan keluargaku. Namun, kenyataan begitu kejam. Yang tersisa hanyalah keheningan yang menusuk dada, sepi yang tak tertahankan.

Kepergian Mas Tama meninggalkanku dalam kehampaan yang tak terlukiskan. Hidupku seolah kehilangan warna. Setiap hari terasa seperti beban yang menghimpit, menenggelamkanku dalam kesedihan tanpa ujung. Aku kehilangan arah, kehilangan pegangan.

Namun, saat aku menatap wajah polos Anjani dan Mawar, ada sesuatu yang menguatkanku. Mereka adalah alasan aku harus tetap berdiri, harus tetap bernapas, harus tetap bertahan.

Aku bekerja serabutan, melakukan apa saja demi memastikan Anjani dan Mawar tidak kelaparan. Dari pagi hingga larut malam, aku memeras tenaga, mengabaikan lelah yang semakin menggrogoti tubuhku. Lapar, dingin, dan kesepian menjadi teman sehari-hari. Aku ingin menangis, ingin menyerah, tapi aku tak punya pilihan selain bertahan.

Demi mereka.

Mawar menutup buku diary itu sejenak, tangannya bergetar. Isak tangis yang sejak tadi ia tahan akhirnya pecah, dadanya terasa sesak.

Siapa?

Siapa sebenarnya pelaku tabrak lari itu?

Hatinya bergemuruh. Hingga saat ini, orang yang telah merenggut nyawa ayahnya masih bebas, hidup tanpa rasa bersalah, sementara ibunya harus berjuang sendirian dalam kesedihan dan keterpurukan.

1
Aqilah Azzahra
semangat kak
Ila Akbar 🇮🇩: ♥️♥️♥️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!