NovelToon NovelToon
Tertawan Diantara 2 Takdir

Tertawan Diantara 2 Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Lama menghilang bak tertelan bumi, rupanya Jesica, janda dari Bastian itu, kini dipersunting oleh pengusaha matang bernama Rasyid Faturahman.

Sama-sama bertemu dalam keadaan terpuruk di Madinah, Jesica mau menerima tunangan dari Rasyid. Hingga, tak ingin menunggu lama. Hanya berselisih 1 minggu, Rasyid mengitbah Jesica dipelataran Masjidil Haram.

Namun, siapa sangka jika Jesica hanya dijadikan Rasyid sebagai yang kedua.

Rasyid berhasil merobohkan dinding kepercayaan Jesica, dengan pemalsuan jatidiri yang sesungguhnya.

"Aku terpaksa menikahi Jesica, supaya dia dapat memberikan kita putra, Andini!" tekan Rasyid Faturahman.

"Aku tidak rela kamu madu, Mas!" Andini Maysaroh.

*

*

Lagi-lagi, Jesica kembali ketanah Surabaya. Tanah yang tak pernah ingin ia injak semenjak kejadian masa lalunya. Namun, takdir kembali membawanya kesana.

Pergi dalam keadaan berbadan dua, takdir malah mempertemukanya dengan seorang putra Kiyai. Pria yang pernah mengaguminya waktu lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Sejak pagi hingga sore hari, kini Rasyid masih terus mencari Jesica. Bahkan, hampir seharian tadi ia sudah mengitari Kota Malang, namun hasilnya tetap nihil.

Sementara Tuan Gio dan anak buahnya, mereka juga mencari dari hotel ke hotel, bahkan menuju bandara sekalipun. Dan sama, hasilnya nihil.

Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, namun Rasyid masih tetap duduk termenung dibangku taman kota. Permintaan terakhir Jesica yang belum pernah terpenuhi olehnya adalah ... Mengajak wanita cantik itu sekedar jalan-jalan.

'Sayang ... Pulanglah! Jikapun kamu memang mengandung, maka kita rawat sama-sama putra kita! Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu.' Rasyid menundukan wajahnya, menyembunyikan rasa harunya yang kembali menyergap.

Harus kemana lagi ia mencari istrinya. Rasyid benar-benar frustasi dibuatnya. Dengan berat hati, ia bangkit. Berjalan tertatih, bertumpuan penyesalan hebat.

Mobil mewahnya baru saja memasuki halaman rumah pribadinya dengan Jesica. Biasanya, setiap mendengar suara mobilnya saja, istrinya itu sudah menyambutnya diteras sambil mengulas senyum hangat.

Tapi kini, kepergian Jesica mengemasi semuanya. Wanita itu tidak ingin meninggalkan kesan indah, jika pada kenyataanya semua penuh kepalsuan.

'Mas ... Aku sudah memasak menu kesukaanmu. Yuk, kamu harus mencicipinya!'

Ucapan manis, serta perlakuan hangat Jesica, kini seakan berputar memenuhi isi kepala Rasyid saat ini. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Menyandarkan punggung lemahnya, dengan hembusan nafas lirih.

"Den, Maaf ... Saya sudah mencari ke pusat perbelanjaan juga, tapi Mbak Jesica tidak ada disana!" ujar Adnan yang baru saja masuk kedalam.

"Ya sudah, kembalilah! Kita lanjutkan pencarian nanti malam. Sekarang kamu boleh beristirahat!" Rasyid masih memejamkan mata, karena ia sendiri juga teramat lelah.

Adnan juga merasakan kesedihan yang sama. Ia yang terkejut, juga pagi itu langsung mencari kemana perginya sang Nona Muda.

Rasyid menegakan badanya. Ia baru ingat, jika tadi pagi istrinya masih sempat memasak namun belum ia jamah sedikit pun. Dengan kedua mata berembun, pria itu bamgkit, berjalan tertatih menuju ruang makan.

Baru saja Mbok Minah akan memindahkan makanan itu, dan berniat menggantinya dengan masakan baru.

"Mbok, jangan dipindahkan atau dibuang! Saya akan makan masakan istri saya saja!" air mata Rasyid kembali luruh membasahi wajahnya.

Mbok Minah menatap iba. Hatinya mencoles, menatap Majikannya serapuh itu. "Aden, tapi ini masakannya sudah dingin! Dan mungkin ... Sudah ada yang hambar," ucapnya.

Sembari menyendokan nasi kedalam piringnya, Rasyid mencoba berbesar hati, "Nggak papa, Mbok! Apapun itu, jika istri saya yang memasak ... Maka akan selalu enak dilidah saya."

Diiringi tangisan yang semakin deras, Rasyid menyuapkan nasi dengan lauk yang tadi pagi dimasak oleh Jesica. Dadanya bergemuruh, serta sesak semakin menyergap.

Tubuh Rasyid bergetar, hingga sendok yang berada dalam genggaman tanganya nyaris jatuh. Bibirnya tidak mampu menampung kata apapun, selain isakan tangisnya.

'Bagaimana Mas? Enak nggak?' Jesica tersenyum hangat menatap Rasyid, seolah itu nyata didepan mata Rasyid saat ini.

Tidak dapat Rasyid pungkiri, jika 1 bulan belakangan ini, hidupnya sudah bergantung pada istri keduanya itu. Andini tidak pernah memperlakukan Rasyid sehangat kasih sayang yang diberikan Jesica.

"Masakan kamu yang paling enak didunia ini, Sayang! Tolong pulanglah," Rasyid kembali terisak, menundukan wajah didepan hidangan itu.

Adzan magrib sudah berkumandang. Rasyid yang tadi tertidur dikamarnya, kini tersadar. Matanya mengerjap perlahan, sambil memeluk bantal milik istrinya.

Ia bangkit. Mengambil air wudlu untuk bermunajat kepada Tuhan nya.

Kedua tangan Rasyid mengadah keatas, meminta petunjuk akan kehidupanya yang penuh ambigu. Rumah tangganya berantakan, tanpa ia tahu dari mana membenahinya.

"Ya Allah ... Hamba sudah gagal membimbing istri hamba, hingga dia berkhianat kembali dibelakang hamba. Namun, setelah hamba ingin memutuskan tuntutan itu, dan menemukan kebahagiaan pada istri keuda hamba ... Ia kini malah pergi meninggalkan hamba! Kemana lagi hamba harus mencarinya, Ya Allah ....?!"

Setelah selesai, Rasyid masih enggan untuk bangkit. Namun, disaat ia menoleh kearah meja rias, disana terdapat sebuah paper bag merah hati, yang mungkin, sudah sejak kemarin berdiam disana.

Rasyid baru menyadarinya. Ia segera merapikan sajadah, dan mendekat kearah meja rias itu. "Apa isinya?" rasa penasaran yang besar, Rasyid berniat untuk melihat apa isi didalamnya.

Begitu ia berhasil mengeluarkan isinya, disana terdalat sebuah kotak bewarna hitam, dan didalamnya juga ada sebuah amplop putih dengan logo cap rumah sakit.

Namun, setelah Rasyid berhasil membuka amplop putih tadi, ia disentakan dengan takdir yang hampir membuatnya mematung tak menyangka.

Air matanya kembali luruh, bibirnya bergetar, sambil meremat kertas putih tadi. "Ya Allah ...." Rasyid semakin menyesali ucapanya waktu lalu. Tangisan itu semakin dalam, hingga tubuhnya luruh diatas kursi kayu dibawahnya. "Ternyata kamu sudah hamil, Sayang?! Ya Allah Jesica, pulanglah!"

Dan didalam kotak itu, tersapat tespack, yang menunjukan garis dua terlihat begitu jelasnya.

Rasyid bagai terhantam bom waktu, yang dimana dulu ia rakit sebegitu rapinya. Namun kini, bom itu menghancurkan hidupnya sendiri.

"Mungkin, kamu ketakutan dengan tuntutan Ibu, Sayang. Tolong, kembalilah! Kita mulai rumah tangga kita dari awal. Kita rawat anak kita sama-sama! Tapi jangan menghukumku seperti ini," lirih Rasyid disela isakan tangi frustasinya.

*

*

"Assalamualaikum warahmatullah ... Assalamualaikum warahmatullah," Jesica mengakhiri sholatnya dengan ucapan salam.

Ia saat ini tengah melakukan sholat magrib berjamaah, bersama santriwati lainnya.

Begitu selesai, mereka melakukan doa bersama yang dipimpin langsung Kiyai Ismail. Dan ... Setelah itu, terdapat tausiyah singkat, dari Ustadzah Tiara Fatmawati.

Jesica duduk bersama para santriwati, menenangkan hati serta fikirannya.

"Ingat saudara saudariku sekalian ... Bahwa apa yang sedang kita hadapi saat ini, itu semua tidak luput dari kerja tangan Allah! Semua manusia sedang berjuang dengan ujiannya masing-masing. Ada yang diuji melalui kesehatanya, rejekinya, ada pula yang diuji melalui rumah tangganya. Intinya ... Kita sebagai hamba, jangan pernah melupakan rahmat Allah! Sabar, tawakal, dan bersabar. Insya Allah ... Semua akan segera berlalu."

Lontaran kalimat indah dari mulut Ustadzah Tiara, kini mampu membuat semangat Jesica untuk menjalani hidup semakin bertambah.

Diam-diam, senyum simpul terukir dari mulutnya, sambil mengusap perut ratanya.

Begitu selesai, para santriwati bergegas kembali ke pondok. Sementara Jesica, ia kini masih duduk diteras masjid, enggan sekali untuk bangkit.

"Assalamualaikum, Ning?! Ini kok masih duduk disini? Oh ya, Ning ini saudaranya Umi Khadijah ya? Kok saya baru lihat?" Ustadzah Tiara menepuk pelan bahu Jesica, tersenyum begitu lembut.

Kedua manik teduh itu, seakan kini mampu menyihir Jesica, hingga ia terpana dibuatnya. "Walaikumsalam Ustadzah! Em ... Iya, saya baru tiba tadi pagi Ustadzah."

Dari arah belakang, tepatnya dari halaman pondok, datang wanita setengah baya, berjilbab instan, dengan mengenakan rok panjang, serta atasan lebar. Kira-kira usianya 40 tahunan. Namanya Mbak Luroh, bekerja sebagai asisten rumah tangga Umi Khadijah.

"Ning Jesica, hayuk Ning pulang! Umi tadi tadi nyariin Ning Jesica," seru Mbak Luroh menatap khawatir.

"Benar, kayaknya juga sudah mau hujan! Saya permisi dulu. Mari Ning Jesica, Mbak Luroh ...." Ustadzah Tiara segera masuk kedalam mobil, begitu mobil sudah tiba didepan halaman masjid.

"Walaikumsalam ...." jawab Jesica bersama Luroh.

Setelah kepergian Ustadzah tadi, kini Jesica bergegas untuk kembali menuju ndalem.

Umi Khadijah sudah menunggu diteras, menatap cemas kearah Ibu Hamil tadi. "Assalamualaikum ...." salam kembali Jesica dan Luroh.

"Walaikum salam, ayok Nak Jesica cepetan masuk! Sebentar lagi hujan," Umi Khadijah langsung menarik lembut lengan Jesica, begitu Luroh juga sudah masuk melalui pintu samping.

Didalam, Yusuf sedang duduk dikursi sudut sambil memangku laptop. Sarung hitam, serta kemeja koko cream yang masih melekat pada tubuhnya ... Dapat dipastikan jika pria muda itu baru juga selesai sholat Magrib.

"Nak Jesica, ayo kita makan dulu! Untuk kali ini, jangan ditunda-tunda lagi. Kasian bayinya," Umi Khadijah sudah berhenti dimeja makan, menyiapkan semuanya untuk makan malam.

"Benar, Nak! Jangan sampai telat-telat!" sahut Kiyai Ismail begitu keluar dari kamar.

'Bayi? Jadi ... Wanita itu hamil? Tapi, dimana suaminya?' Yusuf yang tampak acuh dengan laptopnya, sejujurnya ia kini menyimak betul apa ucapan keluarganya.

1
evi carolin
hadeh keliatannya berat sebelah ni rasyid trlalu mengutamakan keluarga kasian kamu jesica walau gemana pun kamu pst banyak mengalah dan dikalahkan
Septi.sari: iya kak kasian 🤧🤧🤧
total 1 replies
Khoirun Nisa
lanjut ka
Septi.sari: syukron bintangnya kak🙏❤❤❤❤
total 1 replies
Nisa_Flour01
aku mampir nihh, jangan lupa di back ya Thor
Nisa_Flour01
aku bingung gimana jelasinnya. intinya semangat Thor. update lagi yaww

jangan lupa mampir dan react balik yaaa. thank you
Septi.sari: syukron kak nisa.🙏🙏🙏❤❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!