Kita tidak pernah tau bagaimana Tuhan akan menuntut langkah kita di dunia. Jodoh.. meskipun kita mati-matian menolaknya tapi jika Tuhan mengatakan bahwa dia yang akan mendampingimu, tidak akan mungkin kita terpisahkan.
Seperti halnya Batu dan Kertas, lembut dan keras. Tidaklah sesuatu menjadi keindahan tanpa kerjasama dan perjuangan meskipun berbeda arah dan tujuan.
KONFLIK, SKIP jika tidak sanggup membacanya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Misi rahasia.
"Ingat, El.. Kau saksinya kalau Abang tidak berkhianat. Abang cinta mati sama Jena." Kata Bang Shano sambil mengedarkan pandangan melihat setiap gerak gerik Syafa dari balik dinding club malam.
"Masa Bang?? Bukannya cinta pertama tidak terlupakan??" Celetuk Bang El tanpa sadar.
Terang saja Bang Shano yang mendengarnya sampai terganga. Tangannya menepak bahu juniornya.
"Apa kau bilang, coba ulangi..!!!!! Kalau benar dia tidak terlupakan, itu karena dia buat ulah yang buat Abang kesal. Cinta pertama tidak selalu menjadi selamanya." Omel Bang Shano. "Suatu saat kau pasti akan tau arti lebih baik laki-laki gahar di medan pertempuran daripada harus ribut dengan istri."
"Iyaa Abang.. Iyaaa..!!!" Jawab Bang El ciut juga melihat tampang abangnya. Tapi jujur di dalam hatinya juga menerka, sebesar itukah pengaruh seorang wanita dalam hidup pria.
Sepanjang yang Bang El tau, hidupnya berantakan karena wanita. Ia tidak ingin lagi mengenal wanita. Baginya wanita hanyalah makhluk menyusahkan dan menyesatkan.
"Jadi bagaimana ini, Bang? Abang mau temui Syafa?" Tanya Bang El.
Bang Shano bersiap menghampiri namun tanpa di duga saat itu Bang Hananto tiba dan melabrak Syafa.
"Wanita j****g, belum puas kau memporak-porandakan hidupku dan Shano??" Pekik Bang Hananto.
Secepatnya Bang Shano melerai dan meminta Bang El membawa seniornya itu menjauh. Bang El paham dan membawa Bang Hananto menjauh.
Kini Bang Shano bertatapan wajah dengan Syafa. Sungguh di saat itu juga rasanya Bang Shano ingin sekali menghabisi nyawa wanita yang sudah membuat hidupnya hancur tapi mengingat calon anaknya kini sudah tiada, ia pun menahan diri.
"Hai..!!" Sapa Bang Shano.
Senyum Syafa nampak tidak bersahabat. Jelas mantan kekasihnya itu tidak begitu saja percaya pada dirinya.
"Balas dendam karena istrimu nangis???" Kata Syafa tanpa basa basi.
Bang Shano pun menarik senyumnya meskipun dalam hatinya begitu sakit mengingat calon bayinya tidak pernah sempat di lahirkan.
"Nggak, malah saya senang. Biar saja dia nangis." Jawab Bang Shano, ia paham sejak dulu jika mantan kekasihnya itu sangat pencemburu.
Syafa melirik memastikan kesungguhan dari wajah Bang Shano, tidak lantas percaya dengan pria tersebut.
Secepatnya Syafa menghindar. "Aku sudah punya suami."
"Saya juga punya istri." Ujar Bang Shano seakan tidak peduli dengan statusnya.
"Heeehh b*****t. Eling kamu Shan..!!!!" Bang Hananto terus berteriak marah.
Bang El menghantam sisi leher Bang Hananto hingga pria tersebut oleng namun masih sempat kejadian tersebut.
"Kenapa mereka menghajar Bang Hananto??" Tanya Syafa.
"Saya tidak mau bersaing mendapatkan kamu lagi. Apa cukup jelas?"
Syafa mulai tertarik, ia menghampiri Bang Shano dan merangkulkan kedua tangannya ke belakang tengkuk pria tersebut dan mengarahkan kedua tangannya agar menggamit pinggangnya.
"Jadi.. Apakah kita backstreet??" Goda Syafa.
Bang Shano menarik senyum manis menanggapi Syafa. "Takut??"
"Nggak, aku malah ingin merasakan bagaimana cara Letnan Harshano 'bekerja'." Kata Syafa.
"Tunggu tanggal mainnya, sayang."
Bang Hananto terus meronta marah hingga membuat Bang El kelabakan. Rasa kesalnya semakin menjadi melihat sahabatnya berkhianat.
Syafa merasa begitu di perjuangkan, wanita itu langsung berjinjit mengecup bibir Bang Shano penuh nafsu. Di saat inilah segala perasaan Bang Shano di uji. Tidak mungkin baginya untuk tidak membalas kecup Syafa yang penuh nafsu. Mau tidak mau Bang Shano membalasnya tak kalah hebatnya.
"B*****t kau Shan. B****b..!!!!!!" Umpat geram Bang Hananto.
Bang Hananto begitu murka. Sekali lagi Bang El menghantam sisi leher seniornya. "Maaf, Abang..!!!!"
buuugghh...
Perlahan Bang Hananto tumbang. Ia sungguh membawa ribuan rasa kesal di sela kesadarannya.
...
Bang Shano mencuci wajahnya. Ia gemas sendiri mengingat bekas kecupan bibir Syafa sampai muntah mengingatnya. Jika dulu memang ia sangat menyukainya hingga hampir membuatnya khilaf tapi kini semua bagai racun mematikan. Hatinya sangat membenci Syafa.
"Kamu harus menjadi saksi kalau suatu saat nanti istri saya bertanya. Saya sangat sayang sekali sama dia. Jika bukan karena anak istri dan pekerjaan, haram bagi saya bersentuhan dengan wanita lain." Kata Bang Shano.
"Iyaa Bang. Saya paham." Jawab Bang El ikut susah. Ternyata secepat itu pesona Letnan Shano menjerat para wanita. Berani dalam situasi penuh resiko.
.
.
.
.