NovelToon NovelToon
Giziania

Giziania

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Juhidin

Ada satu komunitas muda-mudi di mana mereka dapat bersosialisasi selama tidurnya, dapat berinteraksi di alam mimpi. Mereka bercerita tentang alam bawah sadarnya itu pada orangtua, saudara, pasangan, juga ada beberapa yang bercerita pada teman dekat atau orang kepercayaannya.

Namun, hal yang menakjubkan justeru ada pada benda yang mereka tunjukkan, lencana keanggotaan tersebut persis perbekalan milik penjelajah waktu, bukan material ataupun teknologi dari peradaban Bumi. Selain xmatter, ada butir-cahaya di mana objek satu ini begitu penting.

Mereka tidak mempertanyakan tentang mimpi yang didengar, melainkan kesulitan mempercayai dan memahami mekanisme di balik alam bawah sadar mereka semua, kebingungan dengan sistem yang melatari sel dan barang canggih yang ada.

Dan di sini pun, Giziania tak begitu tertarik dengan konflik yang sedang viral di Komunitaz selain menemani ratunya melatih defender.

note: konflik?
- chapter 20
- chapter 35

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juhidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 31 Hen Hen si Fobian

Tap..

Jihan menutup sambungan. Ponsel canggih tersebut Jihan simpan di meja. Pantulan benda tampak logonya di permukaan, dan kemudian jadi gambar tenda yang mengapung sebagai layer kedua.

"Hhh.."

Dimensi grafik tersebut tampaknya tak menghapus keresahan Jihan. Artinya, Helen dan Nana masih Jihan ragukan. Terlebih Nana, handam satu ini suka mancing emosi waktu mengolok lawan bicaranya.

Blitz! Seha muncul bersama koper yang dia jinjing, sedang menenteng akte.

"Hai.. Sayang. Denger-denger lo mau ikut?"

"..??"

"Yuk, kita berangkat Yang."

Blitz! Lena hadir, langsung nimbrung di sebelah Seha.

Seha lemas, berdecak. "Hhh.. Ck. Iklan lagi."

"Ke mana Sorrow, Han?" tanya Lena menyapu seisi tempat. "Suar dia di sini gue baca."

"Dia udah balik ke Escort. Ngecas." Usai memberitahu, Jihan lalu berseru. "Dis..!!"

Jihan memanggil salah seorang yang ada di tempat lesehan.

"Oit..!"

Disa bangkit dari rebahan. Dia lalu menunggu suara Jihan di tempatnya ini.

"Nitip bar bentar, Dis!"

"Ya udah sono amanin jalan, Suhu. Tetap fair di masa prihatin. Nitip itu buat Henpar."

Disa yang beranjak meninggalkan bantal dan tempat santai, membiarkan Jihan pergi dari bar.

Di kamarnya ini Jihan sudah tergolek memejam mata, onmind. Entah Ira dan April yang sebelumnya ada di sini pergi ke mana.

Yang jelas, sudah ada lubang pada dinding kamar mengangga seluas lemari. Belum diketahui ruang ini tersambung ke kamar siapa, sebab kasur yang ada di seberang sana sedang kosong.

Jihan menapaki lorong bersama Seha dan Lena. Banyak pintu di kiri dan kanan mereka, nomer-nomer yang ada disusun berseberangan, ganjil dan genap. Apakah tempat ini yang mereka sebut Pregister, tempat visual planet bisa diedit?

Seha menjajari langkah Jihan, menjarak dari Lena yang mengawas jalan di belakangnya.

Jihan yang tiba-tiba di pegang Seha refleks melepaskan jari dari pegangan si pembawa koper. Set!

"Hai gue Henpar. Lo nyari gue khan?" tanya Seha.

"Apa sih lo, Sajen? Cablak amat. Kaget gue.."

"Lo bawa-bawa pistol ngapain? Merknya apa sih?"

Jihan kembali menjauhkan tangannya. "Diem! Napa sih lo megang-megang gue terus?"

"Masa telkin bawa senpi sih? Ini bukan pengawalan."

"Bawel. Namanya juga lagi usaha."

"Hani, Sarah.. Sebelah sini. Nomer dua ratus empat."

Jihan dan Seha menoleh. Mereka langsung berhenti jalan. Lena yang memanggil, masuk terlebih dulu.

"Dah, sana. Gue jaga di sini sampe beres. Bismillah dulu."

Seha berlari menyusul Lena sambil meneriakkan doa. Melihat aksi tersebut, Jihan nyengir dan mengumpat Seha. Lalu Jihan menghela nafas lega.

Beberapa detik setelah Seha masuk, seberkas cahaya berpendar di depan pintu 204 itu.

Medium langsung masuk ke dalam. Dari ruang tersebut keluar dua pemuda sebaya Medi, Jihan dapat membaca teks yang ada pada punggung rompi mereka, terbaca; Esce. Mungkin petugas security, dan mereka sedang memegang pistol yang sama dengan milik Jihan.

Jihan mengamati merk barang yang dipegangnya. Tanpa disadari seberkas sinar membuncah di depan Jihan.

Blizt..!

"..?!"

Seorang yang tak Jihan kenali hezt-nya, yang mengenakan setelan ninja hitam ini sontak mengayunkan tangan hingga pistol Jihan jatuh dari pegangan Jihan. Takh..!

Klotakh!

"Akh..!"

Menyusul gerakan kaki, Begh! membuat Jihan sontak terdorong, terjungkal cukup jauh ke belakang.

Gebrukh..!! Sree.. etth!

Dua penjaga pintu sigap, tapi salah satunya langsung menahan si partner yang hendak pergi membantu Jihan.

"Wat de paq..!" umpat Jihan, kocak mendapat kejutan sosok asing.

Jihan berdiri di jarak 15 meter ini, sudah terpisah dengan pistolnya. Nafas Jihan agak mendengus.

Dalam berdiri, Jihan menatap si penendang.

"Siapa? Lepas kancing pusar lo. No semak (tmask)!"

Yang ditanya dengan santai menendang pistol.

Takh!!

Anehnya, tenaga seringan itu mampu membuat benda yang ditendang melesat bak peluru. Wwtthh!

Jihan yang membaca arah benda, tak kalah santai, sudah menggerakkan kepala sejak pistolnya ditendang.

Wsshh..! Bunyi pistol lewat.

Benda metal itu gagal mengenai kening si rambut kuncir.

"Ada point apa dateng-dateng nyerang? Ngobrol dulu, anjir."

Tak dijawab. Tampak di perut orang ini sekeping koin tengah menempel, mirip tmask yang Helen tempelkan ke pusar Nana.

"Lo seneng drama?"

Tak dijawab. Orang ini santai kacak pinggang mendengarkan Jihan.

".. atau ancaman?"

Wghh..!! Tubuh ninja ini tiba-tiba mengambang dan terkaku di udara seperti orang dijerat banyak tali, tak bisa bergerak banyak.

"Han..!! Hentikan!" seru petugas Esce, lari menghampiri Ninja. "Jangan!"

"Betul Han! Nih skill si Nia! Skill nyasar."

"Oke. Mari kita cari tau bareng," santai Jihan di tempatnya, tetap kacak pinggang.

Cliks..! Kancing ini terlepas dari baju penggunanya, melayang ke arah Jihan meninggalkan Ninja yang masih terapung dalam suatu cengkraman. Lalu melebur jadi debu.. sssh..!

"Heu?!" sadar Jihan, entah kenapa.

"Turunin dia, Han," pinta pemuda ini sesampainya di samping si Ninja.

Wztt!!

Jihan menarik korban ke hadapannya, membuat si petugas tambah bingung.

"Rose. Hadeh.. Pangling gue."

Jihan menurunkan tubuh korbannya. Kemudian tanpa menyentuh..

Wrrekkkhh..! Wrrekkkhh.. Bunyi kain kepala, sobek dan terpisah begitu saja.

Seraut wajah persis Mawar tersenyum. "Hai.. Gizi."

"Iya. Terserah lo, War. Hai juga," peluk Jihan. "Gue pangling anjir, lo jadi ganas gini, Rose. Lo dulu makan sayur aja bingung diajak jalan-jalan."

Rose mendekap Jihan seraya mengembangkan senyumnya. Lalu mengiyakan kisah yang Jihan tuturkan, mengakui diri tentang kuper-nya.

"Hei, mana bokin lo, Han?"

"Ira di rumah gue, Rose," jawab Jihan. "Gizi libur. Jadi gue temuin dia sama Gizi."

"Umm, thanks banget buat dia ya Han. Trus juga gue seneng April mau ngertiin. Swer, gue gak ada maksud prank, ngebingungin April. Tapi serius, mereka lagi ngincer Ira kemaren itu Han."

"Duh.. gue yang makasih, Rose." Jihan kembali memeluk Rose.

Setelah Rose membalas dan dilepas, dua tangan mereka saling berpegangan tanda akrab.

"Sama-sama ya Han. Gue nitip bingkisan, buat Ira ya. Barangnya udah gue taro di bar. Gue mau pergi ke Negeri dulu. Ya kangen kangenanlah gitu sama worker laen. Gue juga mau liat Ladang sekalian."

"Hu-um. Lo nyaris bikin empat ratu gelisah, termasuk ratu gue. Salam dari Sarang Kala ya Rose buat warga se-Sarang Viper."

"Noted. Sori gue malah ganggu kerjaan lo di sini. Hihi.."

"Slow aja, ada panitia. Satu Bahrudin, satu lagi Syafei. Orang Panti. Satpam resmi."

"Yaa.. oh. Gue niatnya tuh mau langsung ke bumi Jisas ketemu Ira. Tapi kapan-kapan kayaknya deh. Nunggu April nge-hang (lupa). Ya udah. Gue pergi dulu nih ya. Banyak jadwal yang nungguin."

"Oke ya udah, Rose. Fokus lo keren pokoknya."

"Tatah Gizi."

Blizt..!

Jihan melirik dua petugas yang sudah kembali santai di pintu terjaga. Dia segera mangambil pistol, yang sudah melayang-layang di dekat sebelahnya, tanpa aksi apapun dari si pengendali.

Jihan melesat menemui mereka, para pengawal akte. Setibanya..

"Guys, tadi kalo emang Henpar, skill gue gak terlalu ngefek sebenernya. Tapi, thanks udah nge-warning. Ini lebih guna."

Jihan menyinggung pistolnya.

"Standar operasi."

Belasan menit kemudian, Jihan dan dua temannya menonton penyerahan akte lewat laptop Endfield. Medi tidak turut serta ke Endfield mungkin karena siaran tersebut bisa ditonton di tempat lain dengan alat yang berbeda.

"Sarah ngomong apa sih? Gedeinlah," pinta Nina. "Bisa?"

Tayangan live men-zoom sendiri.

"Suaranya Len. Malah abstrak. Lo minta dicoret dari kewarganegaraan Qobra?"

"Gue udah tersangka. Ada lagi, yang dipinta?"

Nina abai tak menimpali karena mata sudah fokus ke layar laptop, bahkan Jihan yang diduduk menggeser posisi laptop pun tak dipedulikannya.

"Minggir lo.."

"Hahah..!!" gelak Jihan. "Pada drama."

"Sana. Minggir."

"Nih.. Udah diem lo semua. Hk-hkk.."

Jihan mengembalikan posisi laptop.

Di situ, Hen Hen tersorot sedang meraba permukaan pelat. Sementara Seha memperhatikan sambil memberi seringkas tutorial serta penjelasan.

"... kalo lantai force ini gak ada, kata bang Medi habislah sudah histori mantel. Seperti kata lo sendiri, akte ini palsu. Kalo udah muncul sentuh sama telunjuk biar garis link ngalir ke situ."

Tliit..! Tekan Hen Hen saat mengelusi permukaan akte.

Muncul hologram Bumi. Tapi di pulau Jawa tampak dua titik yang mencolok. Butir merah dan biru itu adalah aktivitas dua abstrak yang sedang bertarung. Kemudian muncul objek lain berupa garis. Beberapa detik setelah itu Bumi langsung jadi bola hitam.

"Inget khan jam target visualnya Kak?"

Hen Hen menggangguk dan memberikan jempol. Tanpa menyuruh apa-apa pada Seha, Hen Hen langsung loncat ke laut membawa benda bersinar itu. Byuur..!

Karena wilayah sendiri, Hen Hen lebih cepat tiba di brankas.

Maka tak lama kemudian, Seha mendapati bayangan transparan Hen Hen ke luar dari laut magma dengan kaki terlebih dulu, lalu aktivitas Seha sendiri saat mengobrol dengan Hen Hen.

Srrr.. rrrh..!

Lantai Force menyusut lengkap dengan aktivitas Hen Hen yang sering duduk melamun. semakin lama, reverse tiga dimensi tersebut kian cepat hingga terlihat Jihan dan Helen adu energi.

Seha melayang meninggalkan rakit yang telah hilang. Dia menyaksikan kejadian yang lalu di kota mati tersebut. Saat mendongak, melihat langit, Seha kembali ke objek semula sebab galaksi di sana tetap Bimasakti yang berwajah.

SRRRHH...!! RTTHH!!

Sampai pada akhirnya reverse berhenti sendiri di mana Seha melihat bayangan Jihan yang batal mengetuk pintu.

Blitz..! Perut Seha berpendar jadi cahaya flash, hilang di udara.

Daratan di permukaan planet sudah kembali seperti sediakala kala dengan gravitasi normal. Namun artinya Hen Hen tidak bisa dilihat lagi jika di keluyuran di permukaan.

"Hhh.. Beres juga."

"Belum, Judes. Dia belum buang baju stealth," beritahu Nina.

Jihan tak mendapati Lena di sebelahnya. Dia lihat Lena sedang memegang pagar tribun, memunggunginya. Jihan turut melamun atas kegalauan yang melanda Lena.

"Len..?"

Ketika Jihan mengajak si gabut ngobrol, Lena masih diam menatap ke seberang tribun. Entah kenapa. Mungkin karena Hen Hen masih terus menunda-nunda, hanya sekedar unjuk poster teks belaka.

... TBC

1
sjulerjn29
semangat thor 😊
ak mampir ya 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!