Naurah harus terpaksa ikut pindah ke rumah neneknya karena sang ayah menjual rumah mereka untuk pengobatan nenek dan juga biaya kuliah tantenya, Kehidupannya yang dulu sangat bahagia kini perlahan menyisahkan kesedihan apalagi setelah di tinggal oleh ayahnya menghadap Ilahi, namun kehidupannya kembali membaik setelah naurah dan ibunya serta adiknya Hasan di minta pergi dari rumah oleh nenek dan tantenya, apalagi sang nenek tidak menyukai Hasan yang merupakan anak angkat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31.
Sudah seminggu Naurah menetap di kotanya, dia memilih untuk membantu ibunya untuk saat ini, sekalian dia masih menunggu panggilan setelah dia melakukan interview di salah satu perusahaan
Saat sedang membantu ibunya untuk mengantarkan pesanan, dari jauh naurah melihat keramian di sekitar jalan besar
" Bu, ada apa ya di sana? Kok rame banget? " tanya naurah pada ibunya yang duduk di belakang jok motor
" Ibu juga gak tau, ayo kita ke sana "
Naurah pun menghentikan laju motornya dan mencoba bertanya pada seseorang telah berada di sana sebelumnya, sementara ibunya sudah masuk ke dalam kerumunan
" Permisi pak, ada apa ya kok rame banget?"
" Itu mbak, ada anak kecil di tinggal ibunya katanya, kasihan banget "
" Anak kecil pak? Kok bisa ya pak? "
" Saya juga gak tau mbak " jawab bapak itu dan kemudian kembali ke motornya dan kemudian di ikuti oleh naurah yang kembali ke tempat parkir
Sementara bu tari sangat penasaran dan segera menerobos untuk melihat objek yang menjadi perhatian
" Huhuhu.. Papa" terdengar tangisan anak kecil memanggil ayahnya
Tari berhasil menerebos dan berhasil berdiri tepat di depan seorang anak yang sedang menangis itu
" Ayu? Kamu ayu kan? " tanya bu tari menatap anak itu dengan memegang kedua pundaknya
" Bibi, huhuhu... Bibi tolong aku bi" ucap ayu menangis
Dengan segera bu tari memeluk ayu yang nampak sangat kurus tak terawat dengan pakaian sobek di tubuhnya
" Jadi ibu mengenal anak ini? "
" Iya pak, bu ini adalah anak ponakan saya, biar saya yang akan membawanya pulang"
" Dek, benar kamu mengenal orang ini? " tanya seorang warga pada ayu
" Iya om dia bibi saya" jawab ayu
" Baiklah kalo begitu silakan ibu membawanya, ayo kita bubar"
" Naurah, tolong bantuin ibu" ucap ibunya membawa ayu dan tas kresek yang ada di tangannya
" Ayu? Ini ayu kan bu? " tanya naurah menatap gadis kecil itu dan tak percaya jika itu adalah ayu yang dia kenal
" Iya, ayo kita pulang "
" Tapi kenapa ayu di sini bu? "
" Ibu juga gak tau"
" Ayu kenapa kamu bisa di sini? Ini jauh banget loh dari rumah kamu? "
" Tadi mama dan nenek membawaku dengan mobil dan memaksaku turun lalu meninggalkan ku di sini " jawab ayu
" Astagfirullahaladzim, lalu papamu tau? Dimana papamu sekarang? Gak mungkin dia akan membiarkan kamu seperti ini" ucap naurah yang sangat tau jika wawan menyayangi anaknya
" Aku tak tau papa ada dimana" jawab ayu
" Bu, ayo kita antarkan dia pulang" ucap naurah segera melajukan motornya
Sepanjang perjalanan naurah hanya terdiam dan sedikit menahan emosinya
" Ibu? Kak naurah? Mau kemana mereka? Bukankah itu arah ke rumah nenek? Dan siapa gadis kecil yang mereka bawa?" Gumam hasan tak sengaja memergoki naurah, dia pun mengikuti motor naurah yang kini berada di halaman rumah bu wardah, sementara hasan hanya menatap dari jauh secara diam diam
" Assalamu'alaikum, tante...!!! " teriak naurah namun tak ada jawaban
Tok... Tok... Tok...
" Tante ningsih, nenek buka pintunya" ucap naurah
Kreeeek...
" Kalian? Ada apa kemari? " ganggu orang aja tau gak" ucap ningsih yang masih belum sadar keberadaan ayu
" Mama.. " ucap ayu
" Ayu? Ngapain kamu di sini? Aku sudah membuangmu untuk apa lagi kamu ke sini? "
" Tante, kenapa tante dan nenek tega meninggalkan ayu di jalan? Apa tante gak tau ayu menangis ketakutan "
" Ada apa sih ning? Kok berisik banget " ucap bu Wardah yang baru saja keluar kamar bersama pria yang sama di lihat naurah, dengan pakaian seksi "
" Ini loh bu, orang orang kampung inu datang mengamuk dan membawa kembali anak sialan ini" ucap ningsih
" Nenek, kenapa nenek tega melakukan itu? " tanya naurah
" Karena dia bukan cucu kandung ku"
" Jadi karena dia bukan cucu kandung nenek sehingga nenek tega membuangnya dan mengabaikan nya? "
" Iya kenapa? "
" Lalu bagaimana denganku? Bukankah aku cucu kandung nenek? "
" Kamu memang cucu kandungku, tapi setelah anakku mati kamu bukan siapa siapa lagi bagiku, apalagi ibumu adalah penyebab anakku mati"
" Sudahlah pergi sana, buang saja anak sialan itu, aku sudah tak membutuhkannya" ucap ningsih
" Tega sekali tante berkata seperti itu, bukankah dia juga anak tante? "
" Bukan, dia itu hanya anak tiriku, dan aku bukan wanita bodoh seperti ibumu yang rela merawat anak yang bukan darah dagingnya, seperti adik kamu si hasan anak pungut itu"
Plaaaak...
Satu tamparan dari bu tari berhasil mendarat di pipi mulus ningsih
" Sialan kamu tari " ucap ningsih terlihat emosi
" Jaga mulut kamu ningsih, hasan itu anak aku"
" Hahaha... Iya aku tau dia anak kamu tapi anak pungut, hahaha"
" Lalu kenapa jika adikku anak pungut? Apakah ada masalah dengan tante? "
" Ya jelas masalah dong, abangku harus bersusah payah mencari duit untuk menghidupi anak pungut itu"
" Tante salah, ayahku tak pernah keberatan bahkan ayahku sangat menyayangi hasan dan sudah menganggap hasan sebagai anak mereka, lagian apa ayah dan ibuku pernah menyusahkan kalian atau meminta bantuan kalian untuk membesarkanku dan hasan? Sepersen pun ayah dan ibuku tak pernah meminta pada kalian" ucap naurah
" Tapi yang ada malah kalian yang selalu menyusahkan ayah dan ibuku, bahkan kedua orangtuaku rela menjual rumah kami demi pengobatan nenek dan biaya kuliah tante, tapi balasan apa yang kami dapat?" ucap naurah lagi terlihat sangat kesal
" Tapi itu rumah anakku usman, ibumu hanya numpang" ucap bu wardah
" Rumah itu atas nama ibuku, andai saja ayah masih hidup dan tau kelakuan kalian seperti ini pasti ayahku akan sangat menyesal menjual rumah kami demi orang seperti kalian"
" Sialan, sudah pintar kamu bicara naurah " ucap ningsih
" Iya itulah gunanya aku kuliah agar aku bisa melawan ucapan tante yang selalu menghina keluarga ku"
" Pergi kalian, jangan pernah lagi datang kesini, dan jangan pernah mengharapkan uang warisan rumah ini, karena hanya aku anak yang tersisa dari keluarga ini"
" Tenang saja tante, aku masih sehat dan bisa kerja dan mencari uang untuk menghidupi ibu dan adikku, aku bukan pengemis warisan"
" Kerja? Paling juga jadi lont** atau gak jadi simpanan laki orang" ucap ningsih
" Hahahaha.. Maaf jangan samakan aku dengan tante, tujuanku kuliah itu agar aku bisa mendapat pekerjaan yang baik dan halal sementara tante apa? Merusak rumah tangga paman wawan dan istrinya kan? Setelah itu melepas tanggung jawab dengan ayu anak paman Wawan yang tante rampas dari seorang wanita lain, ayo bu kita pulang " ucap naurah menarik ibunya
" Tapi gimana dengan ayu? " tanya ibunya
" Biar mereka yang mengurusnya " jawab naurah melajukan motor nya
" Sialan kamu naurah, pergi sana dan bawa anak itu bersamamu, jika tidak maka aku akan membuangnya di panti asuhan" teriak ningsih kemudian masuk dan membiarkan ayu seorang diri di luar padahal hari sudah mulai gelap
Sementara hasan segera berlalu begitu melihat naurah menyalahkan mesin motornya, dia tak ingin ibu dan kakaknya tau jika dia mengetahui tentang pertikaian mereka