NovelToon NovelToon
Terpaksa Nikah

Terpaksa Nikah

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: Star123

Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Seperti sudah menjadi alarm, Rania terbangun sebelum adzan berkumandang. Matanya perlahan-lahan terbuka, wajah Rafa yang pertama kali dilihat Rania. Dengan wajah yang tersenyum, tangan Rania menyentuh pipi Rafa dengan lembut. Tahu ada pergerakan disekitarnya, Rafa langsung membuka matanya.

"Selamat pagi" ucap Rania yang wajahnya berada diatas wajah Rafa. Semalaman Rania tidur berbantalan lengan Rafa.

"Pagi, sayang" balas Rafa dengan suara serak bangun tidur.

"Ahhh" Rania kaget ketika Rafa kembali memeluknya, menenggelamkan wajah Rania ke dada Rafa.

"Kok malah di peluk, ayo bangun katanya mau shalat" ingatkan Rania sambil mengangkat wajahnya ke atas.

"Sebentar, sayang. 5 menit aja" Rafa bicara dengan mata yang masih tertutup. Rafa kembali merapatkan posisi mereka berdua. Semalam mereka hanya melakukan penyatuan bibir. Sebenarnya Rafa ingin menyatukan bagian lain tapi mengingat hubungan mereka yang baru saja membaik. Rafa tidak ingin terburu-buru. Rafa juga harus menyelesaikan masalah hubungan yang dimiliki Rafa sama Bella.

***

"Rania buatkan sarapan dulu ya, Bang. Abang mandi aja dulu" kata Rania setelah selesai melipat kembali mukenanya. Semalam Rania juga mengajari Rafa cara shalat yang benar sebelum mereka tidur. Sehingga pagi ini, Rafa mencoba menjadi imam meskipun bacaannya belum fasih.

"Rania" panggil Rafa sebelum pergi ke kamar mandi.

"Iya, bang" Rafa menghampiri Rania dan mencium lembut bibir istrinya. Tidak hanya mencium, Rafa juga mel*umat bibir Rania. Rania yang masih awam dengan hal seperti ini hanya bisa diam., membiarkan Rafa menguasai permainan. Rafa melepas bibirnya setelah melihat Rania mulai kehabisan nafas. Wajah Rania tidak usah ditanya lagi bagaimana keadaannya yang jelas merah. Bibir Rania juga sedikit bengkak karena ulah Rafa.

"Morning kiss" kata Rafa sambil berlalu meninggalkan Rania yang tiba-tiba cosplay jadi patung.

"Astagfirullah. Masih pagi sudah bikin senam jantung aja" gumam Rania.

"Pagi, bik" sapa Rania. Rania sudah pergi ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapan buat Rafa.

"Pagi, mbak Rania. Mau masak?"

"Iya, bi. Mau bikin sarapan. Bibi mau Rania buatkan sekalian?" tanya Rania dengan ramah.

"Ga usah, mbak. Bibi tadi sudah makan sebelum kesini" tolak Bi Rani. Seperti biasanya, Bi Rani memang sebelum berangkat bekerja ke tempat Rafa pasti akan sarapan terlebih dulu karena tahu jika Rafa tidak akan sarapan dirumah. Daripada Bi Rani masak tapi tidak ada yang menyentuhnya. Namun, semenjak ada istrinya, Rafa akan sarapan terlebih dahulu sebelum pergi bekerja.

"Baik, Bi. Rania masak dulu ya" izin Rania mulai fokus memotong bawang.

"Silahkan, mbak" Bi Rani mulai melakukan tugas-tugasnya seperti menyapu, mengepel dan membersihkan perabotan rumah yang lain. Untuk mencuci Rafa menggunakan mesin.

Aroma masakan yang sedang dibuat Rania langsung menyentuh hidung Rafa yang baru saja sampai ke lantai bawah. Rafa berjalan dan langsung memeluk istrinya dari belakang.

"Harum banget. Masak apa?" tanya Rafa sambil mengusel-usel leher jenjang Rania seperti anak kucing. Saat ini, Rania hanya menggunakan piyama lengan panjang tanpa menutup rambutnya. Semalam, Rafa meminta pada Rania jika sedang dirumah dan hanya ada mereka dirumah. Rania dilarang menggunkan jilbabnya.

"Abang, lepasin ga? Rania lagi masak, nanti abang terlambat" Bagaimana Rania mau gerak kalau Rafa memeluk pinggang Rania dengan begitu intens.

"Abang makan kamu aja, boleh?" Nafas yang dihembuskan Rafa menyentuh kulit leher Rania membuat aliran darah Rania berdesir. Aroma shampo yang digunakan Rafa di rambutnya terhirup wangi di indera penciuman Rania.

"Katanya mau nunggu kesiapan Rania"

"Lama ga, yang?"

"Ga tau" Rania mengedikkan bahunya sambil tertawa. "Udah ah, abang duduk dulu di kursi. Sebentar lagi selesai kok." Rania melepaskan eratan tangan Rafa yang berada di pinggangnya, meskipun masih ingin memeluk Rania mau tidak mau Rafa melepaskannya. Setelah itu, Rania mendorong Rafa untuk duduk di kursi meja makan.

***

"Waa, sepertinya ada yang senang habis membobol gawang nih" celetuk Dustin setelah melaporkan hasil pekerjaan seminggu yang lalu. Sejak Dustin melaporkan, Rafa tidak ada membantah atau berargumen. Rafa hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Raut wajah yang biasanya dingin, kali ini berbeda.

"Ah, andaikan bisa begitu" Rafa meletakkan kepalanya di sandaran kursi favoritnya. Membayangkan bisa menyentuh Rania dengan versi yang halal itu adalah kebanggan sendiri buat Rafa.

"Rania datang bulan?" Rafa menggeleng.

"Rania sakit" lagi-lagi Rafa menggeleng.

"atau Lu di tolak?" Rafa mengirim tatapan tajam ke Dustin. Rafa ditolak? Ohhhh, tidak. Itu bisa menurunkan harga diri seorang Ceo muda yang wajahnya sudah tidak asing lagi di dunia perbisnisan.

"Trus apa bangke? Dari tadi ga ada yang benar" Dustin melipat tangannya menunggu jawaban dari Rafa.

"Gue yang nahan" lirih Rafa. Dustin menyipitkan matanya. Pertanda seperti pertanyaan kok bisa.

"Kami baru saja bersama, hubungan gue sama Bella juga belum berakhir sepenuhnya. Jika Gue langsung membobol Rania, gue takut jika Rania menganggap gue laki-laki yang brengsek" jelas Rafa sambil mengambil sekotak rokok dari saku celananya. Rafa mengambil satu batang rokok kemudian menyalakannya tanpa mempedulikan yang lain. Rafa langsung menghisap dengan pelan-pelan setelah dirasa paru-parunya penuh, Rafa langsung menghembuskannya. Segumpalan asap putih keluar dari bibir merah Rafa.

"Jadi, kapan Lu akan temui Bella?" tanya Dustin yang juga ikut menyusul Rafa merokok di dalam ruangan Rafa. Kepulan asap putih memenuhi ruangan namun hanya sebentar karena langsung menghilang.

"Mungkin besok malam" Bukankan lebih cepat lebih baik, Rafa harus segera menghubungi papanya untuk memberitahu jawaban undangan makan malam yang diadakan keluarga Bella.

"Oke, semoga tidak ada drama lagi ya"

"Semoga" mengingat beberapa minggu lalu ketika Bella datang ke kantor Rafa. Bella yang tidak terima diputusin oleh Rafa malah melakukan percobaan bunuh diri. Padahal Bella sudah ketahuan selingkuh dengan Excel, musuh bebuyutan Rafa.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Retno Harningsih
lanjut
Drezzlle
Ceritanya menarik di tambah tulisannya rapi
Retno Harningsih
up
Aisyah Shiti
ķ
Retno Harningsih
lanjut
Drezzlle
suka ceritanya, nanti mampir lagi
Drezzlle
/Facepalm/
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Aquarius22
Lanjutkan kak 😀
Anonymous
Bagus ceritanya
Anonymous
Lanjut thor
Drezzlle
lanjut
wirdya maula
semangat terus nulisnya ya thorr😄
H
😂😂😂
Drezzlle
penasaran
Drezzlle
Bagus kak jalan ceritanya.

beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku
Star123: Terima kasih, kak. siap kak, mohkn ditunggu ya😀
total 1 replies
Ketty Wewengkang Tingkue
aku suka ceritanya
Ketty Wewengkang Tingkue
lanjut penasaran ini ceritanya bagus
Ketty Wewengkang Tingkue
lanjut ceritanya bangus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!